Pengaruh Kopi pada Produktivitas Pekerja Kantoran dan Status Gizi

Kopi menjadi salah satu trend yang paling menonjol di kalangan anak muda dan pekerja kantoran pada saat ini.

Hal ini biasa mereka sebut dengan istilah “cold brew”.

Kopi bukan hanya sekedar minuman, melainkan gaya hidup dan industri. Kopi mulai menjadi trendsetter selama masa pandemi COVID-19.

Bacaan Lainnya

Badan Pusat Statistik Indonesia mengeluarkan data bahwa produksi kopi Indonesia tahun 2019 mencapai 742 ribu ton.

Jadi sebenarnya kopi bukanlah hal yang baru untuk masyarakat-pekerja Indonesia.

Dalam sebuah penelitian yang diterbitkan dalam Journal of Psychopharmacology, para peneliti di Ohio State University menemukan bahwa pekerja yang minum kopi menilai diri mereka sendiri dan rekan satu tim mereka lebih tinggi dibandingkan mereka yang tidak minum kopi.

Baca juga: Apakah Mengkonsumsi Kopi Berbahaya bagi Tubuh?

Hal ini terjadi dikarenakan sebagai seorang karyawan kopi sangat dibutuhkan di saat-saat kerja.

Kopi sendiri dikenal mengandung kafein yang dapat membuat seseorang menjadi lebih semangat dan fokus setelah minum secangkir kopi.

Penelitian menunjukkan bahwa kafein meningkatkan fungsi otak dalam hal memori, suasana hati, waktu reaksi dan perhatian, serta merangsang sistem saraf pusat dan meningkatkan produksi neurotransmitter untuk meningkatkan suasana hati seperti dopamin, serotonin dan noradrenalin.

“Kopi menjadi mesin pemompa supaya saya tidak mengantuk saat bekerja, karena kebosanan suasana apalagi saat lembur.

Meminum kopi sebelum memulai dan ditengah-tengah melakukan pekerjaan membuat saya merasa lebih produktif.” ucap Jennifer seorang pegawai di BUMN.

Dibalik meningkatnya produktfitas bekerja apakah mengkonsumsi kopi baik dilakukan setiap saat, dan apakah akan berpengaruh kepada status gizi seseorang.

Baca juga: Bahaya Kolesterol dan Manfaat Kopi Biji Alpukat yang Berkontradiksi

Dalam sebuah Jurnal yang ditemukan oleh penulis dijelaskan bahwa tidak ada hubungan antara konsumsi kopi dan status gizi.

Kim (2017) menyatakan bahwa konsumsi kopi tidak berpengaruh terhadap asupan sehingga kecil kemungkinannya untuk mempengaruhi perubahan status gizi.

Di sisi lain, penelitian oleh Setiadi (2013) menyatakan bahwa asupan kopi memiliki hubungan yang signifikan dengan status gizi.

Sejalan dengan penelitian Lahti-Koski et al. (2002), terdapat keterkaitan antara konsumsi kopi dengan status gizi, semakin banyak kopi dikonsumsi maka Indeks Massa Tubuh (IMT) meningkat.

Pada kesimpulannya penulis menemukan, bahwa peningkatakan status gizi tidak hanya dipengaruhi oleh konsumsi kopi yang terlalu sering, faktor lainnya yaitu aktivitas fisik.

Aktivitas fisik dapat meningkatkan kebutuhan energi (energy expenditure). Asupan energi yang berlebih dan pengeluaran energi yang tidak seimbang atau kurangnya aktivitas fisik menyeenergi terjadinya penambahan berat badan (Delimasari, 2017).

Penulis: Betrys Hana Chrystina Putri

Mahasiswa Jurusan Komunikasi PJJ, Universitas Siber Asia

Editor: Anita Said

Bahasa: Rahmat Al Kafi

Ikuti berita terbaru di Google News

Pos terkait

Kirim Artikel Opini, Karya Ilmiah, Karya Sastra atau Rilis Berita ke Media Mahasiswa Indonesia
melalui e-mail: redaksi@mahasiswaindonesia.id
Lalu konfirmasi pengiriman artikel via WA Admin: +62 811-2564-888 (Rahmat Al Kafi)
Ketentuan dan Kriteria Artikel, baca di SINI