Program Pemenuhan Gizi “Garang Ranting”, Cegah Balita Berat Badan Kurang Itu Penting

Pada usia balita, anak mengalami proses pertumbuhan yang relatif pesat dan membutuhkan asupan gizi yang sesuai dengan kebutuhan harian anak.

Perubahan yang terjadi pada balita dari waktu ke waktu merupakan petunjuk awal perubahan status gizi. Balita mengalami siklus pertumbuhan dan perkembangan yang membutuhkan zat gizi lebih besar dibanding dengan kelompok umur yang lain, sehingga balita lebih rentan mengalami masalah gizi.

Di samping itu balita juga biasanya memiliki gangguan nafsu makan, serta mendapat asupan zat gizi yang tidak sesuai kuantitas atau kualitasnya.

Bacaan Lainnya

Menurut Nafijah et al., (2017), Penyebab masalah gizi yang terjadi pada anak sangat beragam, di antaranya yaitu kurangnya asupan, penyakit yang diderita, pola asuh dan masih banyak penyebab lainnya.

Apabila terjadi ketidaksesuaian antara jumlah zat gizi yang masuk dengan kebutuhan tubuh maka akan menyebabkan balita mengalami masalah gizi. Balita yang memiliki status gizi yang baik cenderung memiliki status kesehatan yang baik juga.

Baca juga: Pancasila dan Pemerataan Gizi Balita: Mengambil Tindakan Konkret dari Segala Sisi

Hal tersebut dikarenakan terdapat hubungan antara status gizi dengan penyakit infeksi pada balita, malnutrisi yang terjadi pada balita dapat meningkatkan morbiditas dan kerentanan balita terhadap penyakit infeksi begitupun terjadi sebaliknya.

Underweight berhubungan erat dengan pemberian asupan makanan yang kurang dan kualitas makan yang rendah.

Jika hal ini terjadi bersamaan dengan munculnya penyakit infeksi maka dapat berakibat semakin buruknya status gizi balita.

Kurangnya asupan protein dan kalori adalah alasan yang mendasari meningkatnya kerentanan terhadap penyakit infeksi (Pratiwi et al., 2015).

Menurut kerangka UNICEF tahun 1998, faktor langsung penyebab masalah gizi adalah asupan makanan dan penyakit infeksi.

Kedua faktor ini saling berkaitan, kurangnya asupan makanan dapat menyebabkan tubuh mudah terserang penyakit infeksi demikian juga juga sebaliknya, penyakit infeksi dapat menurunkan asupan makanan.

Beberapa penelitian menunjukkan bahwa kurangnya asupan protein dapat berpengaruh terhadap terjadinya masalah gizi kurang.

Hal ini dapat terjadi karena protein mempunyai banyak fungsi, di antaranya membentuk jaringan tubuh baru dalam masa pertumbuhan dan perkembangan tubuh, memelihara jaringan tubuh, memperbaiki serta mengganti jaringan yang rusak atau mati, menyediakan asam amino yang diperlukan untuk membentuk enzim pencernaan dan metabolisme.

Baca juga: Pengendalian Stres dan Kelelahan dalam Keluarga terhadap Tumbuh Kembang Balita

Asupan protein pada masa balita diperlukan untuk pertumbuhan dan perkembangan pada anak terutama pada anak bawah lima tahun karena protein memiliki fungsi utama sebagai zat yang berperan dalam pembangun (Ernawati et al., 2016)

Menurut penelitian yang diteliti oleh Rahim, (2014), Balita yang tergolong status gizi underweight sebanyak 31,40 %.

Praktik pemberian makan anak balita tergolong kurang baik sebanyak 43,80 %, praktik pengobatan anak balita tergolong kurang baik sebanyak 25,30 % dan praktik kesehatan anak balita tergolong kurang baik sebanyak 41,80 %.

Tingkat konsumsi energi kurang baik kurang baik pada anak balita sebanyak 60,30% dan tingkat konsumsi protein kurang baik pada anak balita 54,60 %.

Adapun faktor-faktor yang berhubungan dengan status gizi buruk pada balita umur 7-59 bulan yaitu pola asuh pemberian makan anak, tingkat konsumsi energi dan protein.

Asupan protein sangat dipengaruhi oleh mutu protein yang ditentukan oleh jenis dan proporsi asam amino yang dikandungmya.

Baca juga: Nutrition and Diet: Maintaining Health with a Balanced Diet

Terdapat Dua Jenis Sumber Protein yang Biasa Ditemukan pada Bahan Makanan

1. Protein Hewani

Protein hewani adalah protein yang bersumber dari hewani. Pangan hewani memiliki nilai biologi tinggi karena mengandung semua jenis asam amino esensial dengan jumlah yang sesuai untuk pertumbuhan. Contohnya yaitu daging sapi, daging ayam, telur, ikan, dan lain-lain.

2. Protein Nabati

Protein nabati adalah protein yang bersumber dari bahan makanan nabati atau tumbuhan. Contohnya yaitu tempe, tahu, kacang kedelai, kacang hijau, dan kacang-kacangan lain.

 

Penulis: Supri Hartini, S.Gz

Mahasiswa Jurusan Pendidikan Profesi Dietisien, Universitas Esa Unggul

Editor: Anita Said
Bahasa: Rahmat Al Kafi

Referensi

Ernawati, F., Prihatini, M., & Yuriestia, A. (2016). Gambaran Konsumsi Protein Nabati dan Hewani Pada Anak Balita Stunting dan Gizi Kurang di Indonesia. Penelitian Gizi Dan Makanan, 39(2), 95–102.

Nafijah, M., Wardoyo, A. S., & Mahmudiono, T. (2017). Hubungan Frekuensi Penimbangan , Penggunaan Garam Underweight Pada Balita di Provinsi Jawa Timur. Media Gizi Indonesia, 12(1), 40–46.

Pratiwi, R. H., Ir. Suyatno, M. K., & Aruben, D. R. (2015). Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Berat Badan Kurang di Perkotaan dan Perdesaan Indoensia Berdasarkan Data Riskesdas Tahun 2013. Jurnal Kesehatan Masyarakat, 3(2), 2356–3346. http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkm

Rahim, F. K. (2014). Faktor Risiko Underweight Balita Umur 7-59 Bulan. Jurnal Kesehatan Masyarakat, 9(2), 115–121. http://journal.unnes.ac.id/nju/index.php/kemas

Ikuti berita terbaru Media Mahasiswa Indonesia di Google News

Pos terkait

Kirim Artikel Opini, Karya Ilmiah, Karya Sastra atau Rilis Berita ke Media Mahasiswa Indonesia
melalui e-mail: redaksi@mahasiswaindonesia.id
Lalu konfirmasi pengiriman artikel via WA Admin: +62 811-2564-888 (Rahmat Al Kafi)
Ketentuan dan Kriteria Artikel, baca di SINI