Pudarnya Kearifan Lokal Besutan Jombang

kearifan lokal jombang

Oleh: Fina Fikriatul Ilmi
Mahasiswa Prodi Ekonomi Syariah UIN Sunan Ampel Surabaya

Kesenian Besutan berawal dari kesenian bandan (menunjukkan atraksi atau kekuatan kekebalan tubuh) yang berkembang di Jombang. Setelah itu berkembang menjadi lerok yang dilakukan secara amen oleh 3 orang pelaku utamanya. Masa lerok ini berlangsung antara tahun 1907-1915. Lerok kemudian berkembang menjadi Besutan. Kesenian Besutan merupakan sebuah kesenian yang pada awalnya muncul di Kabupaten Jombang.

Ludruk Besut adalah suatu seni pertunjukan yang mengutamakan arti simbolis dari peristiwa-peristiwa teater yang diciptakan pada saat pertunjukan itu dimainkan. Tokoh Besut mengawali dengan muncul dari dalam kegelapan di tengah panggung dengan menyanyikan kidungan-kidungan yang berisi pantun serta syair-syair sindiran, melukiskan keadaan sosial ekonomi rakyat pada umumnya. Besut menyelipkan cerita tentang nasib dirinya yang tak lain adalah gambaran umum nasib rakyat pada jamannya di antara kidungan-kidungan tersebut. Besut pun melakukan gerakangerakan tari untuk memperkuat isi kidungan, setelah dirasa cukup, tokoh Besut pun berlari-lari ke seluruh penjuru di mana sebelumnya telah disediakan obor-obor yang belum dinyalakan, kemudian dinyalakan oleh Besut. Prosesi ini ditafsirkan orang sebagai keluh kesah rakyat pada zaman penjajahan dan feodalisme, dalam menghadapi kegelapan masa depan, kesulitan hidup sehari-hari serta mendambakan kemerdekaannya. Tafsiran ini lebih diperjelas lagi dengan pakaian pemainnya yang serba simbolis. Besut mengenakan tutup kepala berupa kopiah berwarna merah, konon ini adalah lambang keberaniannya. Tokoh Besut tidak mengenakan baju sebagai lambang kemiskinan, bercelana pendek hitam melukiskan ketidakmampuannya, dan riasan benang lawe putih melilit pinggangnya sebagai lambang kesuciannya.

Bacaan Lainnya

Besutan, merupakan seni tradisional yang memiliki nilai dan makna luhur, sekaligus merupakan kearifan lokal yang dimiliki suatu daerah. Semua yang ada pada seni Besutan, mulai tembang pengiring yang diiringi gamelan Jawa, tata busana, acting, aksesoris, dialog dan alur cerita memiliki makna dan nilai karakter yang luhur, sangat disayangkan apabila kearifan lokal yang sarat dengan nilai karakter ini harus punah. Kearifan lokal seni Besutan yang memiliki makna dan nilai karakter yang luhur, memiliki potensi besar menjadi nilai karakter Universal.

kesenian besutan ini telah berkembang sejak lama tetapi seiring dengan berkembangnya zaman kesenian ini mulai pudar keberadaannya di masyarakat. Hal yang menjadi penyebab pudarnya besutan yang paling utama adalah kurang tertariknya masyarakat pada kesenian ini. Globalisasi membawa dampak pada terjadinya westernisasi. Dari dampak ini anak muda yang khususnya lahir di era milenial ini menganggap bahwa kesenian yang berkembang di daerahnya telah ketinggalan zaman. Mereka lebih menyukai bentuk kesenian yang dianggap popular pada masa sekarang. Selain itu, kecanggihan teknologi membuat masyarakat menyibukkan diri untuk beraktivitas di media sosial dan dunia maya. Akibatnya interaksi sosial kurang berjalan dengan baik. Keadaan ini berbeda dengan zaman dahulu yang belum terpengaruhi oleh perkembangan teknologi sehingga masyarakat lebih senang untuk melihat pergelaran kesenian besutan sebagai sarana penghibur diri.

Selain faktor diatas, faktor lain yang menjadi penyebab pudarnya besutan adalah kurang adanya sosialisasi  dan pengkaderisasian pemain besutan. Biasanya besutan ini dipertunjukkan di daerah kota atau pusat kota Jombang. Ditampilkan di pusat kota karena besutan ini dipentaskan pada acara-acara tertentu yang merupakan progam dari pemerintah daerah. Sedangkan kabupaten Jombang terdiri dari sekitar 21 kecamatan. Beberapa kecamatan juga letaknya jauh dari pusat kota.  Oleh karena itu, kurang adanya sosialisasi di daerah-daerah yang jauh dari pusat kota membuat besutan tidak banyak dimengerti oleh generasi berikutnya. Apalagi oleh generasi muda. Kurang adanya pengkaderisasian juga menjadi faktor pudarnya kesenian besutan ini. Generasi yang faham tentang besutan dan para pemain besutan juga kurang mengenalkan kesenian ini. Padahal selain di jombang terdapat sekolah formal, di Jombang juga terdapat banyak pesantren. Baik lingkungan sekolah formal maupun lingkungan pesantren ini kurang dikenalkan mengenai besutan ini sehingga mereka hanya mengetahui nama kesenian ini saja tanpa mengetahui bagaimana cara melakonkan kesenian ini dan tidak mengetahui nilai kearifan lokal yang terkandung dalam kesenian khas ini.

Peranan pemerintah juga menjadi faktor penyebab pudarnya kearifan lokal besutan. kurang adanya sosialisasi yang dilakukan oleh pemerintah dan kurang adanya fasilitas serta akomodasi yang diberikan pemerintah kepada pemain besutan menyebabkan besutan ini kurang meluas eksistensinya. Memang telah diadakan suatu acara untuk menampilkan besutan ini. Tetapi hal ini tidak sering digelar oleh pemerintah . Dalam artian kegiatan ini tidak dilakukan secara berkelanjutan. Tidak hanya pemerintah tingkat kabupaten tetapi pemerintah tingkat kecamatan seharusnya berperan dalam pelestarian kesenian ini. Belum adanya fasilitas di tingkat kecamatan yang mendukung terlaksananya besutan.  Ditingkat ini kebanyakan mereka sibuk dengan masalah kesejahteraan penduduk sekitar dan administrasi kependudukan. Padahal jika setiap pemerintahan kecamatan menyadari kelestarian besutan akan lebih terciptanya keefektifan dalam pelestarian besutan.

Kurang adanya organisasi atau lembaga yang melestarikan kesenian ini. Di Jombang kebanyakan yang berkembang adalah organisasi keagamaan seperti fatayat NU, muslimat NU, seribu rebana, dan lain-lain. Organisasi di bidang pelestarian kesenian ini kurang banyak berkembang. Padahal sebenarnya organisasi ini dapat dijadikan penggerak untuk tetap terjaganya kesenian besutan ini. Apalagi jika beranggotakan pemuda maka semangat mereka masih membara. Hal ini dapat membangkitkan terlestarinya besutan di kalangan seumurannya.

Pihak pemerintah direkomendasikan untuk lebih mendukung kesenian besutan . Karena dengan adanya dukungan dari pihak pemerintah, kemungkinan juga dapat menciptakan keakraban masyarakat terhadap kesenian besutan dan terciptanya kelestarian besutan . Selain itu, untuk pihak pemain besutan sebaiknya lebih menambah inovasi terhadap pertunjukan besutan agar dapat menarik minat masyarakat. Seharusnya masyarakat Jombang juga berpartisipasi dan ikut memeriahkan setiap terselenggaranya besutan di kota Jombang.

Pos terkait

Kirim Artikel Opini, Karya Ilmiah, Karya Sastra atau Rilis Berita ke Media Mahasiswa Indonesia
melalui e-mail: redaksi@mahasiswaindonesia.id
Lalu konfirmasi pengiriman artikel via WA Admin: +62 811-2564-888 (Rahmat Al Kafi)
Ketentuan dan Kriteria Artikel, baca di SINI