Saatnya Mengadopsi Agroekologi

Agroekologi
Foto: Pixabay

Majelis Umum PBB menyatakan tahun 2020 sebagai Tahun Internasional Kesehatan Tanaman, yang didedikasikan untuk meningkatkan kesadaran global tentang menjaga kesehatan tanaman dan bagaimana hal itu dapat menopang kehidupan miliaran orang di Bumi. Menurut Organisasi Pangan dan Pertanian PBB (FAO), sekitar 40 persen tanaman pangan global hilang setiap tahun karena hama tanaman. Tingkat kehilangan panen yang mengkhawatirkan ini dapat menyebabkan kelaparan global, dengan ratusan juta orang kemungkinan menghadapi kelaparan. Tingkat kehilangan panen yang mengkhawatirkan dapat menyebabkan ratusan juta orang mengalami kelaparan dan menyebabkan kelaparan global.

Perubahan iklim tidak hanya mengganggu produksi tanaman di seluruh dunia, tetapi juga menciptakan kondisi yang menguntungkan bagi hama dan penyakit tanaman. FAO telah menilai bahwa perubahan iklim “mengubah distribusi dan potensi distribusi” hama dan penyakit.

Wabah belalang gurun yang saat ini mempengaruhi beberapa negara Afrika menunjukkan bagaimana perubahan iklim dapat menyebabkan peningkatan berbagai invasi hama. Hujan deras yang terjadi sejak Oktober 2019 dan topan pada tahun 2018 yang melanda beberapa negara Afrika Timur, termasuk Kenya, Somalia, dan Ethiopia, meningkatkan pertumbuhan belalang. Kawanan belalang yang telah muncul sejak Januari 2020 menimbulkan kekacauan dengan menghancurkan jutaan hektar tanaman pangan. PBB memperkirakan bahwa 20,2 juta petani di seluruh Afrika menghadapi permasalahan pangan yang serius.

Bacaan Lainnya

Indonesia juga menghadapi masalah yang sama, meskipun jenis hama serangga dan intensitas invasi mungkin berbeda. Dari Desember 2019 hingga Februari 2020, invasi Spodoptera frugiperda (ulat fall armyworm) telah berdampak buruk pada 4.585 hektar dari total 12.072 hektar penanaman jagung di Flores, Nusa Tenggara Timur (NTT). Hama ulat dapat mengurangi hingga 60 persen hasil panen di NTT, seperti yang diperkirakan oleh Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP).

Faktor-faktor yang Menyebabkan Masalah bagi Pertanian

Kekeringan yang berkepanjangan, diikuti oleh perubahan cuaca yang tiba-tiba, menciptakan lingkungan yang sempurna bagi hama untuk berkembang biak dalam jumlah yang lebih besar. Sayangnya, ancaman alam seperti itu terhadap pertanian tidak mungkin berhenti dalam waktu dekat karena cuaca ekstrem terus melanda seluruh kepulauan.

Selain dari perubahan iklim, ancaman buatan manusia atas praktik pertanian yang tidak berkelanjutan membuat tanaman kita lebih rentan terhadap hama dan penyakit. Sistem pertanian kita dimaksudkan untuk memaksimalkan pendapatan jangka pendek sambil mengabaikan konsekuensi dalam hal dampak lingkungan jangka panjang dan ketahanan terhadap hama dan penyakit.

Misalnya, petani masih menggunakan pestisida kimia konsentrasi tinggi untuk membunuh hama tanaman di ladang mereka. Namun, penggunaan pestisida secara berlebihan juga dapat memusnahkan musuh alami hama – serangga dan organisme lain yang secara alami memangsa hama yang mereka coba untuk hilangkan. Akibatnya, para petani membuat lahan mereka lebih rentan jika terjadi lonjakan populasi spesies hama yang tidak biasa, karena secara tidak langsung telah membunuh predator alami hama.

Selain itu, sebagian besar petani biasanya menggunakan sistem monokultur untuk menanam satu tanaman pada satu lahan pada waktu tertentu. Hal ini dapat meningkatkan risiko dan memperparah efek wabah hama, karena hama yang lebih menyukai tanaman tertentu, seperti beras, dapat dengan mudah makan dari ladang ke ladang di daerah pertanian yang mengolah tanaman yang sama.

Sementara mengurangi dampak perubahan iklim membutuhkan upaya menyeluruh dan terpadu dari pemerintah ke pada masyarakat dan industri pertanian. Industri pertanian dan petani perorangan masih dapat mengendalikan hama sambil meningkatkan hasil dan meminimalkan dampak lingkungan dengan menggunakan pendekatan agroekologi yang berkelanjutan.

Adopsi Agroekologi sebagai Solusi

Agroekologi menekankan penerapan proses ekologis ke berbagai praktik pertanian, termasuk perlindungan dan produksi tanaman. Pada saat yang sama, mengambil pendekatan agroekologi dapat mengurangi dampak negatif lingkungan dari pertanian, seperti dari penggunaan pestisida kimia. Dengan cara ini, kita dapat membangun lingkungan adaptif agroekosistem di mana populasi hama tidak dapat meledak di luar kendali. Alih-alih menggunakan pestisida kimia untuk menghilangkan hama serangga sementara, petani dapat menanam spesies pohon dan bunga tertentu di dekat ladang mereka untuk menarik musuh alami hama.

Bunga kenikir atau sulfur kosmos (Cosmos sulphureus), misalnya, dapat ditanam di tanggul di sekitar sawah untuk memancing pemangsa serangga seperti kepik, lebah, dan capung yang memakan hama padi. Petani juga dapat menanam varietas tanaman asli atau lokal yang dikembangkan yang lebih baik disesuaikan dengan kondisi lingkungan di suatu daerah, seperti kekeringan dan banjir.

Mengubah pupuk tanah dengan bahan organik seperti kompos atau sisa tanaman dapat mencegah telur atau larva hama serangga berkembang menjadi dewasa, karena tanah yang sehat kaya akan organisme bermanfaat dan mikroorganisme yang menghadirkan antagonisme alami terhadap hama dan penyakit tanaman.

Petani juga dapat mengadopsi sistem polikultur atau tumpang sari, di mana dua atau lebih tanaman yang berbeda dibudidayakan secara bersamaan dalam satu bidang tunggal. Ini akan membantu mengurangi distribusi hama yang lebih menyukai tanaman tunggal. Pada saat yang sama, petani akan mendapat manfaat dari keanekaragaman tanaman dan peningkatan selanjutnya dalam hasil yang ditawarkan oleh polikultur.

Tentu saja, penyuluh pertanian diperlukan untuk mentransfer pengetahuan dan keterampilan agroekologi kepada petani. Oleh karena itu, pemerintah pusat dan daerah memiliki peran penting untuk mengisi dalam mewujudkan strategi ini menuju hasil yang sukses.

Melindungi tanaman dari hama dan penyakit jauh lebih efektif dari segi biaya dibandingkan dengan menangani keadaan darurat kesehatan tanaman secara menyeluruh. Karena itu pencegahan sangat penting untuk menghindari wabah hama dan penyakit di industri pertanian kita dan untuk memastikan keamanan pangan bagi bangsa kita.

Ryan Al-Helal

Pos terkait

Kirim Artikel Opini, Karya Ilmiah, Karya Sastra atau Rilis Berita ke Media Mahasiswa Indonesia
melalui e-mail: redaksi@mahasiswaindonesia.id
Lalu konfirmasi pengiriman artikel via WA Admin: +62 811-2564-888 (Rahmat Al Kafi)
Ketentuan dan Kriteria Artikel, baca di SINI