Teknologi Sediaan Solid: Suppositoria

Pendahuluan

Berbagai macam terapi obat banyak dilakukan pada kehidupan manusia. Dewasa ini, farmasi meningkatkan produksi pada obat demi menyediakan obat yang dapat menjangkau setiap kebutuhan pasien dan masyarakat akan obat yang berkhasiat.

Untuk mendapatkan khasiat dari obat secara efektif, sediaan obat dengan jenis yang baru pun terus diformulasikan dan dikembangkan. Bentuk akan sediaan adalah bentuk obat berdasarkan kebutuhan spesifik yang di dalamnya terkandung zat yang aktif dalam pembawa serta mampu untuk digunakan terapi baik luar ataupun dalam tubuh seseorang.

Obat yang diformulasikan oleh farmasis harus dapat disesuaikan dengan kebutuhan pasien yang menggunakan. Selain itu, dokter ataupun farmasis harus mampu mengenali dan mengidentifikasi bentuk sediaan yang telah mendapat izin edar, terutama jika dokter sedang dalam proses mengubah bentuk sediaan jadi menjadi bentuk sediaan kombinasi.

Bacaan Lainnya

Baca Juga: Teknologi Sediaan Solid: Tablet

Alasan yang paling mendasar adalah agar masyarakat mengambil bentuk sediaan obat yang sesuai dengan kondisinya tanpa merusak efek obat (resep) yang telah diubah bentuk sediaannya. Sebelum suatu campuran obat menjadi suatu bentuk sediaan tertentu, ia terdiri dari beberapa bahan aktif.

Bahan obat adalah unsur/ zat bioaktif yang digunakan untuk mendiagnosis, mencegah, mengobati penyakit pada manusia, hewan, atau tumbuhan. Bahan baku obat dapat berasal dari sumber alami (sumber mineral, tumbuhan, hewan, dan lain-lain) dan dari biosintesis atau kemosintesis organik (Tobing & Sitompul, 2019).

Tergantung pada substansinya, produk obat dibagi menjadi cairan (larutan sejati, suspensi, emulsi), sediaan semi-padat (krim, lotion, salep, gel) dan sediaan padat (tablet, kapsul, pil, butiran, bubuk, dan suppositoria). Salah satu jenis sediaan padat atau solid adalah suppositoria.

Pemberian suuppositoria ini dimaksudkan untuk melunakkan daerah feses atau memperlancar buang air besar, dengan tujuan untuk memperoleh efek terapeutik obat tersebut. Suuppositoria ini dapat diberikan kepada pasien yang mengalami pendarahan dubur.

Suppositoria adalah bentuk sediaan padat dengan berbagai berat dan bentuk yang diberikan lewat rektal, vagina, atau uretra dan biasanya meleleh, melunak, atau larut pada suhu tubuh (Murtini & Elisa, 2018). Berdasarkan uraian latar belakang tersebut, penulis tertarik untuk mendeskripsikan teknologi sediaan solid berjenis suppositoria sehingga tujuan dari penulisan artikel ini adalah untuk mengetahui teknologi sediaan solid berjenis suppositoria beserta evaluasinya.

Baca Juga: Evaluasi Tablet

Metodologi

Penelitian ini termasuk ke dalam penelitian studi kepustakaan atau studi literatur. Penelitian kepustakaan bertujuan untuk mendapatkan pemahaman mengenai suatu permasalahan secara lebih mendalam. Sumber data pada penelitian ini adalah semua referensi berupa buku atau artikel ilmiah yang relevan. Data yang akan dicari pada penelitian ini yaitu data yang berkenaan dengan teknologi sediaan solid berjenis suppositoria.

Pembahasan

Pemberian obat sebagai bentuk terapi penyembuhan pasien akan dilaksanakan sesuai kebutuhan yang dimiliki oleh pasien. Salah satunya adalah pemberian suppositoria. Penggunaan suppositoria ditujukan untuk pasien dengan kesulitan dalam menelan, memiliki gangguan pencernaan, dan terjadi ketidaksadaran.

Basis suuppositoria memainkan peran penting dalam pelepasan obat yang dikandungnya (Rusmin, 2020). Suuppositoria umumnya adalah salah satu sediaan solid atau padat yang penggunaannya dengan cara dimasukkan ke dalam tubuh melewati lubang yang ada pada tubuh seseorang.

Suuppositoria yang meleleh, melunak, atau larut setelah dimasukkan ke dalam rongga tubuh dan memiliki efek lokal atau sistemik.Terdapat beberapa tujuan dari diciptakannya suppositoria. Menurut Murtini & Elisa (2018), tujuan tersebut di antaranya adalah:

  1. Untuk pengobatan topikal rektum, vagina dan uretra seperti pengobatan wasir, infeksi, dan lain-lain;
  2. Sebagai jalan lain apabila pemberian obat secara oral belum memungkinkan. Seperti pada bayi, seseorang yang menderita kekurusan (lemah, kurang energi), adanya gangguan pencernaan maupun terjadi kerusakan pada saluran pencernaan;
  3. Penyerapan obat melalui mukosa rektal langsung ke dalam sistem peredaran darah pembuluh darah, sehingga obat bekerja lebih cepat;
  4. Untuk mencapai “efek berkelanjutan” (obat tetap di tempat ini untuk waktu yang diinginkan);
  5. Agar kerusakan obat yang mungkin terjadi pada saluran cerna dapat dihindari.

Baca Juga: Evaluasi Kapsul Keras

Suuppositoria harus mudah dimasukkan ke dalam port penyisipan tanpa ketidaknyamanan bagi pasien, dan harus bertahan selama periode yang ditentukan. Berikut ini dijelaskan beberapa bentuk suppositoria yang umum digunakan:

1. Suppositoria Rektal (anus)

Jenis suppositoria ini digunakan secara manual dimasukkan ke dalam anus. Berbentuk seperti peluru dengan panjang +32 mm (1,5 inci). Jika suppositoria menggunakan lemak coklat (minyak theobroma) sebagai basis, maka penggunaan untuk dewasa adalah seberat 3g, dan untuk anak seberat 2g.

Bentuk suuppositoria yang bulat seperti peluru menawarkan keuntungan. Sappo secara alami ditarik ketika mayoritas masuk melalui otot rektus enkapsulan.

2. Suppositoria Vaginal/ Ovula

Penggunaan suuppositoria ini dimasukkan ke dalam vagina dengan bantuan alat. Menurut Farmakope III Indonesia, ovula adalah sediaan padat untuk penggunaan intravaginal. Ovula umumnya bulat telur dan dapat larut, melunak dan meleleh pada suhu tubuh.

Jadi telurnya berbentuk bola lonjong atau lonjong atau kerucut dan beratnya antara 3 dan 6 gram, sedangkan telur berbasis lemak coklat biasanya berbobot 5 gram. Namun, berat ovula dapat bervariasi tergantung pada bahan dasar dan produk industri.

3. Suppositoria Uretral

Jenis suuppositoria ini dimasukkan ke dalam uretra baik pada pria maupun wanita. Jenis suuppositoria ini berbentuk tongkat seperti pensil dan tersedia dalam ukuran berikut: 1) untuk pria: panjang +140mm, diameter = 3.6mm, berat = 4g; 2) untuk wanita: panjang +70mm, diameter = 1,5-3mm, berat = 2g.

Baca Juga: Glukokortikoid

Penggunaan suppositoria menurut Tungadi (2017) memiliki beberapa keuntungan dan kerugian, keuntungan dalam penggunaan suppositoria di antaranya adalah:

  1. Bentuk sediaan rektal dapat digunakan untuk memberikan kemanjuran lokal untuk mengobati infeksi dan peradangan;
  2. Bentuk sediaan rektal digunakan untuk meredakan sembelit atau membersihkan usus besar sebelum operasi;
  3. Bentuk sediaan rektal dapat digunakan untuk efek sistemik di mana konsumsi obat secara oral dapat mengiritasi lambung dan tidak dianjurkan;
  4. Bentuk sediaan rektal dapat digunakan untuk menginduksi efek lokal dalam terapi usus besar;
  5. Pasien dapat dengan aman menggunakan bentuk sediaan dubur dan vagina jika instruksi apoteker diikuti.

Selain memiliki keuntungan, penggunaan suppositoria juga memiliki beberapa kerugian. Tungadi (2017) menyebutkan beberapa kerugian dalam penggunaan suppositoria sebagai berikut:

  1. Dinding membran ditutupi dengan lapisan mukus yang relatif konstan, yang bertindak sebagai mekanisme lewatnya obat melalui pori-pori;
  2. Tergantung pada kondisi pasien, dosis obat yang diminum secara rektal mungkin lebih tinggi atau lebih rendah daripada yang diminum secara oral. Sifat fisikokimia obat, dari kemampuan obat untuk mengatasi hambatan fisiologis penyerapan, dan sifat dasar suuppositoria untuk obat sistemik dan efek lokal, umumnya bermanifestasi dalam bentuk 30 menit sampai kurang dari 4 jam;
  3. Untuk memperpanjang umur simpan, harus disimpan kering, dingin, terlindung dari cahaya, bebas dari udara, dan belum dirakit di bawah kondisi penyimpanan yang tepat;
  4. Di negara tertentu, bentuk sediaan rektal tidak begitu dikenal, terutama untuk pengobatan sistemik, tidak seperti di Eropa. Saran profesional diperlukan saat memberikan bentuk sediaan ini  karena penyerapan bahan aktif yang lambat dari rektum. Pemberian obat rektal dapat menyebabkan efek samping lokal, dan produksi suuppositoria industri lebih sulit daripada bentuk rektal lainnya;
  5. Bila bahan aktif diberikan sebagai suuppositoria, ia diserap perlahan-lahan dan memberikan efek terapeutiknya dalam jangka waktu yang lama.

Baca Juga: Mekanisme Kerja Obat Ibuprofen dan Paracetamol

Basis suuppositoria dan ovula yang banyak digunakan yaitu lemak coklat, gelatin tergliserinasi, minyak nabati terhidrogenasi, campuran polietilen glikol dengan berbagai berat molekul, dan ester asam lemak polietilen glikol. Substrat yang digunakan harus dapat larut dalam air dan juga mampu meleleh pada suhu tubuh seseorang. Bahan dasar suppositoria adalah:

  • Basis lemak yang mampu meleleh pada suhu tubuh;
  • Basis yang dapat larut dalam air atau larut dalam air, misalnya gelatin gliserol, polietilen glikol;
  • Basa campuran, contohnya polioksil 40 stearat (campuran ester monostearat dan distearat dari diol dan glikol polioksietilena bebas).

Terdapat beberapa persyaratan dalam penggunaan bahan dasar untuk pembuatan suppositoria yang ideal. Syarat tersebut adalah: 1) secara fisiologis dan kimia tidak menyebabkan iritasi; 2) viskositas yang cukup saat meleleh; 3) cepat meleleh pada suhu tubuh; 4) tidak mempengaruhi penyerapan/pelepasan bahan aktif; 5) campur obat yang berbeda; dan 6) penyimpanan stabil, warna tidak berubah, tidak berbau, dan tidak ada pemisahan obat (Murtini & Elisa, 2018).

Seperti halnya penggunaan sediaan obat yang lain, dalam penggunaan suppositoria juga memerlukan adanya evaluasi yang bertujuan untuk menguji kualitas dari suppositoria agar lebih efisien ketika digunakan oleh pasien.

Menurut Tungadi (2017) evaluasi suppositoria terdiri dari tiga pengujian, yaitu evaluasi kisaran leleh yang dilakukan untuk mengukur waktu yang dibutuhkan suppositoria untuk meleleh dengan sempurna, selanjutnya evaluasi waktu melunak yang dilakukan pada suppositoria rektal, evaluasi kehancuran yang dilakukan untuk melihat seberapa rapuh suppositoria, evaluasi disolusi yang bertujuan untuk mengukur laju pelepasan obat suppositoria dan terakhir uji penampilan yang dilakukan untuk memastikan homogenitas suppositoria.

Baca Juga: Mekanisme Kerja Obat Ampicilin dan Amoxicillin

Penutup

Bentuk dan sediaan obat telah berubah dari waktu ke waktu termasuk tablet, bubuk, kapsul, sirup, dan suuppositoria. Bentuk sediaan yang berbeda didasarkan pada kebutuhan konsumen dan pasien. Bentuk sediaan dan formulasi juga dapat diberikan dengan cara yang berbeda untuk mencapai efek yang berbeda.

Suuppositoria adalah sediaan padat dengan berbagai berat dan bentuk untuk pemberian melalui rektum, vagina atau uretra, dan dalam kasus suuppositoria, rute pemberiannya adalah melalui rektum atau lubang badan.

Penggunaan suuppositoria ditujukan untuk pasien dengan kesulitan menelan, gangguan pencernaan, dan ketidaksadaran. Suuppositoria dapat dibuat dalam bentuk rektal, ovarium, dan uretra. Bentuk suuppositoria ditentukan oleh basis yang digunakan.

Basis suuppositoria memainkan peran penting dalam pelepasan obat yang dikandungnya. Pembuatan suppositoria memiliki beberapa tujuan yaitu untuk pengobatan yang bersifat lokal, membantu memberikan terapi pada pasien yang tidak dapat menerima oral, serta untuk menghindari terjadinya kerusakan pada obat yang ada pada saluran pencernaan.

Selain itu, evaluasi pada pembuatan suppositoria juga diperlukan agar menghasilkan suppositoria dengan kualitas terbaik dan dapat memenuhi kebutuhan pasien.

Penulis: Ade Afriyanti
Mahasiswa DIII-Farmasi Politeknik Kesehatan Hermina Jakarta

Editor: Ika Ayuni Lestari

Bahasa: Rahmat Al Kafi

Daftar Pustaka:

Murtini, G., & Elisa, Y. (2018). Teknologi Sediaan Solid. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.

Rusmin. (2020). Formulasi dan Uji Stabilitas Sediaan Suppositoria dengan Bahan Dasar Gelatin Tulang Ikan Bandeng (Chanos chanos). Jurnal Kesehatan Yamasi, 4(2), 1–9.

Tobing, R. L., & Sitompul, F. (2019). Panduan Praktikum Blok XX Gerontologi.

Universitas Kristen Indonesia.

Tungadi, R. (2017). Teknologi Sediaan Solida. Wade Group.

Pos terkait

Kirim Artikel Opini, Karya Ilmiah, Karya Sastra atau Rilis Berita ke Media Mahasiswa Indonesia
melalui e-mail: redaksi@mahasiswaindonesia.id
Lalu konfirmasi pengiriman artikel via WA Admin: +62 811-2564-888 (Rahmat Al Kafi)
Ketentuan dan Kriteria Artikel, baca di SINI