Benarkah Pola Tidur dapat Menyebabkan Anemia?

Pola Tidur

Anemia merupakan masalah gizi yang sering dialami oleh berbagai kalangan usia. Bukan hanya orang tua, anemia dapat terjadi pada remaja bahkan anak-anak. Anemia dapat terjadi karena tubuh kekurangan sel darah merah.

Menurut data yang dikeluarkan oleh Riskesdas pada tahun 2018, anemia sering terjadi pada remaja dan yang memiliki risiko tinggi terkena anemia adalah remaja putri.

Remaja putri berisiko lebih tinggi mengalami anemia karena memiliki body image yang mengharuskan mereka untuk selalu memiliki tubuh yang ideal sehingga sering melakukan diet yang bahkan tidak memikirkan kebutuhan tubuh akan asupan zat gizi makro dan mikro.

Bacaan Lainnya

Peningkatan kebutuhan akan zat besi akibat pertumbuhan dan mentruasi harus selalu terpenuhi oleh remaja putri, jika mereka acuh terhadap kebutuhan zat besi ini maka akan berisiko lebih tinggi mengalami anemia.

Banyak gejala yang terjadi pada penderita anemia seperti lemah,letih,lesu,pucat,pusing, dan sakit kepala. Gejala-gejala ini mungkin tidak disadari oleh para penderita anemia, namun seiring bertambah parahnya anemia maka akan sering terasa. Selain kurangnya asupan zat besi pada tubuh terdapat faktor lain yang menjadi penyebab anemia yaitu pola tidur atau kualitas tidur.

Pola tidur menadi salah satu faktor penyebab anemia karena pada saat tidur terjadi pembentukan hemoglobin (Hb). Seseorang yang memiliki pola tidur yang buruk maka akan berpengaruh terhadap pembentukan hemoglobin sehingga dapat menyebabkan kadar Hb lebih rendah dari nilai normalnya.

Kurangnya hemoglobin dalam darah akan menyebabkan proses pengedaran oksigen ke seluruh tubuh dan otak akan terganggu yang dapat mengakibatkan gejala-gejala berupa lemah, letih, lesu, dan pucat sehingga dapat berpotensi mengalami anemia.

Banyak penelitian yang mengatakan bahwa remaja putri memiliki pola tidur yang kurang baik yang disebabkan karena insomnia dan durasi tidur yang kurang.

Hal ini dapat disebabkan karena sebelum tidur mereka cenderung melakukan kegiatan yang dapat mengganggu kualitas tidurnya seperti bermain ponsel, menonton drama atau film hingga lupa waktu, bahkan mengerjakan tugas yang mepet deadline sehingga memaksa mereka untuk begadang.

Padahal waktu tidur yang ideal bagi remaja adalah 8-9 jam setiap harinya. Jika waktu tidur mereka kurang maka akan mengalami gangguan tidur dan jika terus menerus dilakukan berisiko mengalami anemia.

Kecemasan dan stress juga dapat menjadi penyebab kualitas tidur memburuk. Saat seseorang mengalami stress maka detak jantungnya kan berdetak dengan cepat, aliran darah juga akan meningkat, dan menyebabkan andrenalin meningkat sehingga mengakibatkan seseorang terus terjaga dan mengalami kecemasan hingga mengganggu tidurnya.

Remaja putri yang mengalami anemia dapat terkena berbagai dampak kesehatan. Terdampat banyak dampak jika remaja putri mengalami anemia seperti dapat menggangu konsentrasi belajarnya yang berakibat prestasi belajar akan menurun, tubuh mudah terinfeksi berbagai macam penyakit, pertumbuhan tubuh remaja juga akan terhambat, dan berkurangnya kebugaran tubuh.

Dampak yang lebih besar jika remaja putri terkena anemia terhadap kesehatannya adalah remaja putri tersebut dapat berpotensi meningkatkan angka melahirkan bayi dengan berat badan lahir rendah (BBLR) atau yang biasa disebut sebagai premature.

Remaja putri yang berpotensi melahirkan BBLR akan berdampak pula dengan kejadian stunting pada anak yang dilahirkan. Selain dapat berisiko melahirkan secara BBLR, remaja putri yang terkena anemia dapat mengalami pendarahan saat sebelum melahirkan atau sesudah melahirkan, abortus, dan bahkan cacat bawaan.

Remaja putri yang terkena anemia atau sebelum mengalami anemia harus lebih memperhatikan pola makannya terutama pada asupan zat besi hewani dan nabati. Dengan memperhatikan pola makan diharapkan remaja putri dapat mengurangi risiko terjadinya anemia.

Jika sudah terlanjur terkena anemia maka dapat dicegah dengan cara pemberian suplementasi zat besi yang dapat dilakukan dengan cara pemberian tablet tambah darah, memberi penyuluhan dan pendidikan gizi terkait peningkatan konsumsi makanan sumber zat besi, dan melakukan fortifikasi bahan makanan.

Penulis: Teti Dwi Cahyani
Mahasiswa Ilmu Gizi Universitas Muhammadiyah Surakarta

Pos terkait

Kirim Artikel Opini, Karya Ilmiah, Karya Sastra atau Rilis Berita ke Media Mahasiswa Indonesia
melalui e-mail: redaksi@mahasiswaindonesia.id
Lalu konfirmasi pengiriman artikel via WA Admin: +62 811-2564-888 (Rahmat Al Kafi)
Ketentuan dan Kriteria Artikel, baca di SINI