Biografi dan Pemikiran Fazlur Rahman

picture by https://www.samaaenglish.tv/news/1866862.

Riwayat Hidup Fazlur Rahman

Fazlur Rahman dilahirkan pada tanggal 21 September 1919 di Hazara, suatu daerah di anak Benua Indo-Pakistan yang sekarang terletak di Barat Laut Pakistan.[1] Wilayah ini sudah tidak diragukan lagi telah melahirkan banyak pemikir Islam yang cukup berpengaruh dalam perkembangan pemikiran Islam, seperti Syah Waliyullah ad-Dihlawi (1703-1762 M), Sayyid Ahmad Khan (1817-1898 M), Sayyid Amir Ali (1849-1928 M) dan Muhammad Iqbal (1977-1938 M).

Pada masa ini umat Islam di India sedang bergejolak dan berjuang membentuk negara sendiri yang bebas dari India, yaitu suatu negara yang berlandaskan ajaran Islam. Fazlur Rahman dibesarkan dalam suatu keluarga dengan tradisi keagamaan mazhab Hanafi yang cukup kuat.

Oleh karenanya, sebagaimana diakuinya sendiri bahwa ia telah terbiasa menjalankan ritual-ritual agama, seperti shalat dan puasa secara teratur sejak masa kecilnya bahkan tidak pernah meninggalkannya.[2]

Bacaan Lainnya

Baca Juga: Biografi dan Pemikiran Muhammad Amin Abdullah

Dasar pemahaman keagamaan keluarganya yang cukup kuat itu dapat ditelusuri dari ayahnya yang bernama Maulana Shihab ad-Din dan ibunya bernama Ny. Bilqis Rahman seorang ulama tradisional kenamaan lulusan Dar Al-‘Ulum, Deoband.

Di sekolah ini Shihab ad-Din belajar dengan beberapa tokoh terkemuka, di antaranya Maulana Mahmud Hasan (w. 1920) yang lebih dikenal dengan Syekh al-Hind, dan seorang fakih ternama Maulana Rasyid Ahmad Gangohi (w. 1905).[3]

Maulana Shihab ad-Din sendiri adalah seorang ulama modern, meskipun terdidik dalam pola pemikiran Islam tradisional. Ayahnya ini memiliki keyakinan bahwa Islam melihat modernitas sebagai tantangan-tantangan dan kesempatan-kesempatan yang harus dihadapi.

Pandangan ayahnya inilah yang kemudian mempengaruhi pemikiran dan keyakinan Fazlur Rahman. Keyakinan seperti ini pulalah yang kemudian dimiliki dan mewarnai pemikiran Fazlur Rahman. Bekal dasar di atas memiliki pengaruh yang cukup berarti dalam pembentukan kepribadian dan intelektualitas Fazlur Rahman pada masa-masa selanjutnya.[4]

Baca Juga: Metode Tafsir Kontemporer Fazlur Rahman

Melalui didikan ayahnya, Fazlur Rahman menjadi sosok yang cukup tekun untuk menimba pengetahuan dari berbagai sumber dan media, termasuk karya-karya Barat. Pengajaran dan pendidikan tradisional ilmu-ilmu keislaman pada waktu kecil beliau terima dari ayahnya Maulana Shihab ad-Din di rumah.

Semenjak usia sepuluh tahun, Fazlur Rahman telah hafal Al-Qur’an sebanyak 30 juz walaupun keluarganya masih bersifat tradisional, namun pola perilaku kekeluargaan sangat akomodatif terhadap unsur modernitas. Ayahnya sangat menghargai pendidikan sistem modern.

Dorongan keluarganya itulah yang banyak mempengaruhi pemikiran Fazlur Rahman di kemudian hari. Pada usia 14 tahun atau sekitar tahun 1933 Fazlur Rahman dibawa ke Lahore tempat tinggal leluhurnya, di sanalah Ia masuk sekolah modern. Sekolah atau madrasah ini didirikan oleh Muhammad Qasim Nanotawi pada tahun 1867.

Akan tetapi pada malam harinya ia tetap mendapatkan pelajaran agama secara tradisional dari ayahnya Maulana Shahab al-Din di rumahnya. Semangat muda Rahman mengantarkan dia mulai gemar belajar filsafat, bahasa Arab, teologi, hadis, dan tafsir.

Lebih dari itu, karir intelektualnya ditingkatkan dengan penguasaan berbagai bahasa: Persia, Urdu, Inggris, Perancis, dan Jerman, Bahasa Eropa kuno dan Latin.[5] Pengaruh ayah dan ibunya itu sangat kuat dalam membentuk kerangka pemikiran dan pengamalan keagamaan Fazlur Rahman, sang ayah yang dididik dalam pola pemikiran Islam tradisional namun toleran terhadap nilai-nilai modernitas sebagai kenyataan sehari-hari.

Dari ibunya, Ia diajarkan nilai-nilai kebenaran, kasih sayang, ketabahan, dan cinta. Hal lain yang mempengaruhi Fazlur Rahman adalah tradisi mazhab Hanafi yang dianut oleh keluarganya dan ini yang membentuk pola pemikirannya dalam hal keagamaan.

Tradisi mazhab Hanafi dikenal sebagai salah satu mazhab Sunni yang mengedepankan akal-logika. Ini menjadi landasan berpikir Fazlur Rahman untuk selalu berada di jalur pemikiran keagamaan yang bercorak rasional. Meskipun demikian, beliau tidak mau dikungkung oleh satu mazhab tertentu.

Baca Juga: Analisis Penerjemahan Surat An Nur Ayat 4: Hadist Tentang Menyambung Silaturahmi dan Berbuat Baik Kepada Sesama

Perkembangan Pemikiran Fazlur Rahman

Dunia Islam mengenal adanya tingkatan corak para pemikir Muslim yang berusaha mewujudkan keselarasan antara ajaran Islam dengan kehidupan dunia modern. Karena itu mereka berupaya mengkaji ulang ajaran Islam, lalu memberikan penafsiran-penafsiran baru.

Fazlur Rahman dapat dipandang sebagai tipe pembaharu yang memiliki corak tersendiri dan berbeda dengan pembaharu abad 19 pada umumnya, walau tidak memiliki pendidikan formal yang memadai. Adapun Rahman merupakan seorang pakar yang terdidik secara formal sampai tingkat doctoral di Barat.

Meskipun didikan Islam yang diterimanya di Barat tersebut dipermasalahkan dan menjadi basis penolakan kalangan tradisionalis Pakistan.[6] Kesamaan Rahman dengan pembaharu Muslim pada umumnya adalah bahwa pemikiran Rahman dalam perkembangannya juga melalui tahapan-tahapan.

Hingga berhasil mencetuskan suatu metode penafsiran Al-Qur’an yang diharapkan dapat memberikan solusi bagi permasalahan yang dihadapi kaum muslimin dewasa ini. Perkembangan pemikiran keagamaan Rahman seperti yang dapat dibaca melalui tulisannya, dapat dibagi ke dalam tiga periode yakni, periode tahun 50-an ketika telah menyelesaikan program Doktoralnya di Universitas Oxford, Periode tahun 60-an ketika Ia kembali ke Pakistan, dan Periode tahun70-an ketika Ia bermukim di Chicago.

Baca Juga: Meneropong Sejarah hingga Eksistensi Asuransi Syariah di Indonesia

Pada periode pertama, Rahman belum memberikan perhatian yang serius terhadap kajian-kajian normatif. Karya-karya intelektual yang dihasilkannya pada periode ini walaupun amat kritis, tapi baru pada tahap kajian Islam historis.

Karya Rahman yang terpenting pada periode pertama ini adalah Prophecyin Islam: Philosophy and Orthodoxy (1985). Penulisan buku ini dilatarbelakangi oleh ketiadaan perhatian para sarjana Muslim terhadap bidang religio philosophis di awal periode modern.

Hal ini menurut Rahman disebabkan oleh beberapa hal. Pertama, masalah internal utama yang dihadapi kaum muslimin masa itu, timbul dari ketidakpuasan terhadap warisan mazhab hukum abad pertengahan yang tidak lagi memadai untuk kondisi-kondisi modern yang berubah dengan cepat.

Kedua, serangan-serangan yang memojokkan kaum Muslimin dari para kritikus Barat terhadap Islam yang ditujukan kepada pranata-pranata legal dan sosialnya, serta moralitas yang terkandung di dalamnya.

Periode kedua dari perkembangan pemikiran keagamaan Rahman adalah pada dekade 60-an, ketika Ia berada kembali di Pakistan. Pada periode ini Rahman menekuni kajian Islam normative dan terlibat secara intens dalam upaya untuk merumuskan kembali Islam dalam rangka menjawab tantangan-tantangan dan kebutuhan-kebutuhan masyarakat muslim kontemporer.

Ada beberapa faktor yang menguntungkan Rahman dalam mengembangkan ide-idenya di Pakistan. Pertama, bahwa di Pakistan saat itu terjadi kontroversi yang akut antara kalangan modernis dengan kalangan tradisionalis fundamentalis dalam mendefinisikan Islam, agar kaum muslimin Pakistan dapat hidup selaras dengan tuntunan Islam.

Kedua, kontak Rahman dengan dunia Barat selama ia berada disana, membuat rahman menyadari bagaimana tantangan yang dihadapi Islam pada era modern; ketiga, kedudukan Rahman sebagai Direktur lembaga riset Islam dan sebagai Dewan penasihat ideologi Islam pemerintah Pakistan, tidak dapat disepelekan perannya.[7]

Sedangkan periode ketiga dalam perkembangan pemikiran Rahman adalah ketika ia mengabdikan ilmunya di Universitas Chicago pada era 70-an, Ia memperlihatkan kemandirian pemikiran dan komitmennya yang tinggi terhadap Islam, dalam menghadapi tantangan zaman. Dalam kerangka inilah Rahman berupaya mencari solusi-solusi agar Al-Qur’an dapat eksis dalam kehidupan kaum muslimin dewasa ini.

Penulis: Anisa Nurbaeti Rismalia
Mahasiswa Sejarah dan Peradaban Islam UIN Sunn Gunung Djati Bandung

Editor: Ika Ayuni Lestari


[1]Zulkanain, op.cit, 15

[2] Ibid, 17

[3] Fazlur Rahman, Gelombang Perubahan dalam Islam (Studi Fundamentalis Islam) ,disunting oleh Ebrahim Moosa, (Jakarta:PT Raja Grafindo persada, 2001), 1

[4] Ibid, 2

[5] Khotimah, op.cit, 240

[6] Akhyar Hamzah, op.cit, 21

[7] Ibid, 24

Kirim Artikel

Pos terkait

Kirim Artikel Opini, Karya Ilmiah, Karya Sastra atau Rilis Berita ke Media Mahasiswa Indonesia
melalui e-mail: redaksi@mahasiswaindonesia.id
Lalu konfirmasi pengiriman artikel via WA Admin: +62 811-2564-888 (Rahmat Al Kafi)
Ketentuan dan Kriteria Artikel, baca di SINI