Efek Seduhan Bawang Putih (Allium Sativum L.) Terhadap Penurunan Tekanan Darah pada Pasien Hipertensi

Bawang Putih

Seperti yang kita ketahui di indonesia penyakit hipertensi terus meningkat dan penyakit lainnya, penyakit hipertensi ini dapat menyerang berbagai kalangan usia dan gender. Namun penyakit ini sangat mudah berkembang, dan penyakit ini tidak menular.

Berdasarkan data dari WHO tahun 2019 diketahui bahwa jumlah orang dewasa dengan hipertensi meningkat dari 594 juta pada tahun 1975 menjadi 1,13 miliar pada tahun 2015. Penyakit ini berkembang dengan pesat di negara-negara berpenghasilan rendah dan menengah. Peningkatan ini terutama disebabkan oleh peningkatan faktor risiko hipertensi pada populasi tersebut. Prevalensi hipertensi tertinggi di Afrika mencapai (27%) sedangkan prevalensi hipertensi terendah di Amerika sebesar (18%) (WHO, 2019).

Hipertensi adalah suatu peningkatan abnormal tekanan darah dalam pembuluh darah arteri secara terus menerus lebih dari suatu periode. Hal ini terjadi bila arteriole-arteriole kontriksi. Kontriksi arteriole membuat darah sulit mengalir dan meningkatkan tekanan melawan dinding arteri. Hipertensi menambah beban kerja jantung dan arteri yang bila berlanjut dapat menimbulkan kerusakan jantung dan pembuluh darah.

Bacaan Lainnya

Baca juga : Ayo Kenali Pengaruh Air Rebusan Daun Sirsak (Annona muricata Linn) terhadap Penurunan Tekanan Darah pada Pasien Hipertensi

Hipertensi Prevalensi hipertensi di Indonesia berdasarkan diagnosis dokter pada kelompok umur >18 tahun pada tahun 2019 yaitu sebesar 8,4%. Tertinggi di Sulawesi utara dengan prevalensi sebesar 13,2% dan terendah di papua dengan prevalensi sebesar 4,4%, sedangkan Sulawesi tengah menempati peringkat 11 dengan prevalensi sebesar 9,2%. Berdasarkan data dari dinas kesehatan kabupaten poso penderita hipertensi pada tahun 2018 sebanyak 41,282 jiwa atau 87%, sedangkan pada tahun 2019 penderita hipertensi sebanyak 38,918 jiwa atau 73,80%.

Berdasarkan hasil penelitian Mahonis (2015) bahwa meminum seduhan bawang putih selama 7 hari berturut-turut dapat menurunkan tekanan darah, selama 7 hari semua tekanan darah sistolik dan diastolik pasien hipertensi turun sebesar 6-10 mmHg.7. Sedangkan penelitian Hendra dkk (2020) menyatakan bahwa terjadi penurunan tekanan darah sistolik setelah pemberian bawang putih sebesar15.57 mmHg dan diastolik sebesar 8.96 mmHg dengan nilai p value 0.00.

Bawang putih (Allium sativum L.) adalah tanaman rempah rempah, terutama bagian umbinya yang biasa digunakan sebagai penyedap rasa serta digunakan sebagai bahan herbal untuk pengobatan berbagai penyakit yang diolah dengan sederhana oleh masyarakat Indonesia sejak dulu. Bawang putih dapat dijadikan terapi alternatif dalam mengobati hipertensi karena kemampuan dalam menurunkan tekanan darah dengan adanya kandungan senyawa allicin.

Allicin merupakan kandungan aktif yang banyak yang terdapat di dalam bawang putih. Kandungan allicin dalam bawang putih bekerja melalui penghambatan angiotensin converting enzyme (ACE) sehingga bawang putih berpotensi dan dapat digunakan untuk menjadi terapi komplementer untuk pasien hipertensi.

Baca juga : Pemanfaatan Bawang Dayak (Eleutheine Palmifolia L.) sebagai Antidiabetes

Bawang putih digunakan dalam pengobatan tradisional terhadap penyakit akut dan kronis selama lebih dari 1.000 tahun. Penelitian pada binatang menunjukkan bawang putih dapat menurunkan tekanan darah, tetapi penelitian pada manusia menunjukkan hasil yang bervariasi. Bawang putih lebih superior dari pada plasebo dalam menurunkan tekanan darah pada individu dengan hipertensi.

Bawang putih bisa digunakan dalam klinis pada pasien dengan hipertensi ringan. Bawang putih dapat digunakan sebagai bagian dari diet sebagai salah satu strategi tatalaksana hipertensi. Disusunlah artikel yang membahas mengenai peranan bawang putih terhadap hipertensi.

Hipertensi dapat dipicu oleh faktor yang tidak dapat dikontrol dan faktor yang tidak dapat dikontrol. Faktor yang tidak dapat dikontrol diantaranya seperti keturunan, jenis kelamin, dan usia. Sedangkan faktor yang dapat dikontrol diantaranya seperti obesitas, diet hipertensi, stres, aktivitas fisik, dan merokok (Puspita et al., 2019). Urbanisasi yang cepat, gaya hidup, junkfood, dan stress juga merupakan faktor risiko yang bertanggung jawab untuk terjadinya peningkatan prevalensi hipertensi (Sartika et al., 2020; Andri et al., 2018).

Hipertensi dapat dicegah dengan mengendalikan perilaku berisiko seperti merokok, diet yang tidak sehat seperti kurang konsumsi sayur dan buah serta konsumsi gula, garam dan lemak berlebih, obesitas, kurang aktifitas fisik, konsumsi alkohol berlebihan dan stress dengan self care management (Sihotang et al., 2020).

Hipertensi dapat diobati dengan dua cara yaitu secara farmakologis dan nonfarmakologis. Penanganan dapat menimbulkan berbagai efek samping seperti pusing, sakit kepala, muntah, batuk kering, sembelit, dan lesu. Sebaliknya, pengobatan nonfarmakologis lebih aman karena hanya sedikit meningkatkan risiko efek samping (walaupun beberapa tidak), tidak mahal, dan mudah diakses.

Salah satu contoh pengobatan non farmakologi untuk hipertensi adalah penggunaan terapi komplementer. Terapi komplementer berdampak rendah diberikan seminggu sekali. Hasil terapi dapat dilihat setelah hanya satu hari. Pengobatan komplementer yang paling umum untuk pasien hipertensi adalah terapi herbal. Tanaman obat tradisional antara lain bawang putih, daun salam, rumput laut, ketimun, rimpang hitam, mengkudu, dan bunga pisang untuk mengobati gejala hipertensi.

Studi meta analisis, pada 12 penelitian dan 533 pasien hipertensi memperlihatkan bahwa suplementasi dari bawang putih dapat menurunkan tekanan darah sistolik sebesar 8.3±1.9 mmHg dan tekanan darah diastolik sebesar 5.5±1.9 mmHg (air raksa). Penurunan tekanan darah ini sama dengan penurunan yang didapatkan dari obat standar lini pertama anti-hipertensi. Penurunan tekanan darah ini dikaitkan dengan penurunan 16-40% risiko menderita penyakit kardiovaskuler (serangan jantung, penyakit jantung coroner, atau stroke).

Bawang putih mengandung Vitamin C, vitamin B6, mineral mangan, serta mineral selenium. Namun, yang sangat bermanfaat yaitu senyawa yang mengandung belerang yang disebut sebagai allicin, merupakan anti oksidan yang dianggap bertanggung jawab atas efek baik dari mengonsumsi bawang putih.

Bawang putih merupakan satu-satunya obat alami karena khasiatnya dalam memperlancar produksi otot polos pembuluh darah. Beberapa penelitian eksperimental mengungkapkan beberapa efek Bawang putih, termasuk efek aktivasi endotel oksidanitrat dan hiperpolBarisasi membran sel otot yang dapat memicu perkembangan tonus pembuluh darah.

Cara mengolah bawang putih untuk mendapatkan ekstrak bawang putih tersebut, yaitu :

  1. Cincang bawang putih segar 1-3 siung.
  2. Rebus satu gelas air di dalam wadah.
  3. Masukkan bawang putih yang di cincang tadi.
  4. Lalu diamkan selama lima menit.
  5. Kemudian di saring dan minum.

Baca juga : Selain untuk Bahan Masakan, Ternyata Daun Salam (Syzygium Polyanthum Wight) Banyak Mengandung Manfaat dalam Mengatasi Berbagai Penyakit

Bawang putih memiliki kandungan allisin yang sangat banyak, yang dapat digunakan untuk mengobati kolesterol, antikoagulan (menghancurkan pengumpulan darah), menurunkan kolesterol, dan memperkuat sistem imun tubuh. Bawang putih mengandung senyawa kimia yang sangat bermanfaat bagi manusia, antara lain allisin, allin, adenosin, dialil-disulfida, skordanin, dan alistatin. Allisin dan alil-metil-sulfida adalah dua bahan bawang putih yang disetujui untuk digunakan sebagai obat anti hipertensi.

 

     

Penulis:

1. Bunga Putri Cantika
2. Elsa Kharisma Ayu

Mahasiswa Jurusan Farmasi, Sekolah Tinggi Ilmu Farmasi Padang

Editor: Anita Said

Bahasa: Rahmat Al Kafi

 

Ikuti berita terbaru Media Mahasiswa Indonesia di Google News

Pos terkait

Kirim Artikel Opini, Karya Ilmiah, Karya Sastra atau Rilis Berita ke Media Mahasiswa Indonesia
melalui e-mail: redaksi@mahasiswaindonesia.id
Lalu konfirmasi pengiriman artikel via WA Admin: +62 811-2564-888 (Rahmat Al Kafi)
Ketentuan dan Kriteria Artikel, baca di SINI