Efektivitas Antibakteri Ekstrak Kulit Buah Manggis (Garcinia mangostana L) terhadap Kulit Berjerawat

Manggis (Garcinia mangostana L)
Ilustrasi: istockphoto.

Indonesia dengan sumber daya alam hayati yang melimpah memiliki sekitar 30.000 spesies tumbuhan, kurang lebih 9.600 spesies di antaranya diketahui sebagai tanaman obat. Salah satu jenis obat herbal yang potensial adalah manggis (Garcinia mangostana L).

Manggis merupakan tanaman yang berasal dari hutan tropis di kawasan Asia Tenggara. Masyarakat Indonesia banyak memanfaatkan tanaman manggis untuk dikonsumsi. Buah manggis merupakan buah dengan kandungan antioksidan, vitamin, dan zat gizi yang sangat tinggi.

Kulit buah manggis dapat digunakan untuk mengobati asam urat, diare, disentri, sariawan. Kandungan kimia pada kulit buah manggis diketahui memiliki kemampuan antibakteri seperti flavonoid, xanton, tanin, terpenoid, dan saponin.

Bacaan Lainnya

Garcinia mangostana L memiliki ciri morfologi berupa pohon, tinggi hingga 30 m. Batang tanpa banir di pangkalnya dan dengan permukaan kulit kayu yang mengelupas, serpihan seperti keripik atau tipis. Tumbuhan ini mengandung getah warna kuning. Batang saat masih muda berbentuk persegiempat jika dilihat secara melintang.

Daun G. mangostana letaknya berhadapan. Helaian daunnya  jorong atau melebar, bundar telur atau lanset terbalik, panjang 9-25.5 cm serta lebar 7-9 cm. Pangkal daun berbentuk membaji atau tumpul, tepi rata dan ujung runcing atau tumpul.

Bunga G. mangostana dibedakan menjadi bunga jantan dan bunga betina. Bunga jantan lebih kecil ukurannya. Bunga muncul dari ujung ranting dengan 1 atau  2-3 bunga betina dan 3-5 bunga jantan. Benang sari pada bunga jantan mengelompok menjadi 1 kumpulan dan di bunga jantan juga terdapat putik steril.

Bunga betina dengan stigma bercuping 4 atau 5. Buah muda G. mangostana bewarna kehijauan dan berubah menjadi merah pink atau saat masak penuh ungu gelap, bulat telur, pir, jorong atau membulat. Diameter buah 3-6 cm. Biji terbungkus oleh salut biji putih, manis.

Manfaat buah manggis untuk kesehatan tidak digunakan untuk pengobatan tradisional, buah manggis juga digunakan untuk mengobati berbagai masalah kesehatan seperti diare, infeksi saluran kemih, dan radang.

Baca Juga: Ekstrasi Bubuk Simplisia Kulit Manggis untuk Menurunkan Kadar Glukosa Darah

Buah dengan kulit berwarna ungu mengkilap dan rasa manis asam ini populer di Asia Tenggara. Buah ini dikenal karena memiliki kandungan nutrisi yang kaya dan manfaat kesehatan yang luar biasa.

Terdapat 40 jenis xanton yang ditemukan pada kulit buah manggis dengan jenis xanton yang paling banyak yaitu α-mangostin, β-mangostin, dan γ-mangostin. Kulit buah manggis mengandung beberapa senyawa fitokimia yaitu senyawa golongan alkaloid, saponin, tanin, fenolik, flavonoid, triterpenoid, steroid, dan glikosida.

Senyawa yang berpotensi sebagai antibakteri terdiri dari saponin, flavonoid, dan tanin. Saponin dapat meningkatkan permeabilitas membran sel sehingga sel bakteri menjadi hemolisis. Flavonoid yang mengikat protein sehingga dapat mengganggu proses metabolisme bakteri.

Pada konsentrasi rendah, sedangkan tanin berfungsi sebagai bakteriostatik, sedangkan pada konsentrasi tinggi, tanin berfungsi sebagai antimikroba dengan cara mengkoagulasi protoplasma bakteri sehingga terbentuk ikatan yang stabil dengan protein bakteri.

Aktivitas antibakteri ekstrak kulit buah manggis terhadap bakteri P. acnes dapat dibuktikan dengan melakukan pengukuran nilai Konsentrasi Hambat Minimum (KHM) dan Konsentrasi Bakterisidal Minimum (KBM) pada pertumbuhan P. acnes pada ekstrak etanol kulit buah manggis.

Baca Juga: Mengatasi Masalah Jerawat yang Membandel (Acne Fight)

Ekstrak etanol kulit buah manggis memiliki aktivitas antibakteri, baik sebagai bakteriostatik, maupun sebagai bakterisidal, tergantung dari konsentrasi ekstraknya. Ekstrak kulit buah manggis berfungsi sebagai bakteriostatik terhadap bakteri P.acnes pada nilai KHM 64 µg/mL, sedangkan dapat berfungsi pula sebagai bakterisidal pada nilai KBM >1024 µg/mL.

Pembuatan ekstrak bubuk dari kulit manggis yaitu manggis yang digunakan merupakan buah manggis segar yang diambil kulit bagian dalamnya (berwarna merah hingga ungu tua). Kemudian diekstrak menggunakan blender dengan beberapa variasi penambahan air yaitu 1:6, 1:8, dan 1:10.

Maksud perbandingan antara kulit manggis dan air 1:6 adalah 100 gram kulit manggis bagian dalam ditambahkan air sebanyak 600 ml. Hasil ekstraksi disaring dengan kain hingga diperoleh ekstrak kulit manggis.

Kulit merupakan bagian tubuh terluar yang membatasi dari lingkungan manusia. Kulit memiliki struktur yang sangat kompleks, dan juga bervariasi sesuai dengan iklim, usia, jenis kelamin, ras, dan lokasinya pada tubuh. Ada tiga lapisan utama pada kulit yang terdiri dari lapisan epidermis, dermis, dan subkutis.

Selain itu, kulit juga mempunyai kelenjar pada kulit, rambut, dan kuku yang terdapat kelenjar minyak atau glandula sebasea.

Baca Juga: Akademi Farmasi Surabaya Himpun para Santri dalam Pemanfaatan Bunga Telang (Clitoria ternatea L.) sebagai Produk Kosmetik Lipbalm serta Strategi Penjualannya

Kelenjar tersebut memiliki fungsi menjaga keseimbangan dari kelembaban kulit, yang pada masa pubertas berfungsi secara aktif dan menjadi lebih besar. Hal tersebut dapat menyebabkan gangguan pada kulit, salah satunya adalah acne vulgaris atau jerawat.

Kulit adalah lapisan jaringan yang menyebar di seluruh permukaan tubuh. Di permukaan kulit, kelenjar keringat mengeluarkan produk limbah yang dikeluarkan melalui pori-pori kulit berupa keringat. Jerawat merupakan suatu kondisi di mana pori-pori tersumbat dan menyebabkan kantong nanah menjadi meradang.

Acne vulgaris atau jerawat  adalah gangguan inflamasi pada unit pilosebasea, yang berlangsung secara kronis dan dapat sembuh sendiri (self-limited disease). Acne vulgaris dipicu oleh Cutibacterium acnes (sebelumnya dikenal sebagai Propionibacterium acnes) pada masa remaja, di bawah pengaruh sirkulasi normal dehydroepiandrosterone (DHEA).

Acne vulgaris merupakan kelainan kulit yang sangat umum serta dapat muncul dengan lesi inflamasi dan non-inflamasi terutama di wajah tetapi juga dapat terjadi pada lengan atas, dada, dan punggung.

Acne vulgaris atau jerawat adalah penyakit kulit karena adanya penumpukan minyak yang menyebabkan pori-pori kulit wajah tersumbat sehingga memicu aktivitas bakteri dan peradangan pada kulit.

Penyebab Acne vulgaris atau jerawat masih belum diketahui, tetapi beberapa penyebab telah diajukan, yang diyakini memiliki peran internal, termasuk faktor internal seperti peningkatan sekresi sebum, hiperkeratosis folikel rambut dan koloni bakteri propionibacterium (P. acne), dan inflamsi serta faktor ekstrinsik yaitu stres, iklim/ suhu/ kelembaban, kosmetik, diet, dan obat-obatan.

Jerawat memiliki gambaran klinis yang beragam, mulai dari komedo, papula, dan pustula hingga nodul dan jaringan parut, sehingga disebut penyakit kulit pleomorfik.

Selain disebabkan oleh faktor hormonal dan folikel yang tersumbat, jerawat sering kali diperburuk oleh aktivitas bakteri yang menginfeksi jaringan kulit yang meradang. Bakteri yang paling sering menginfeksi kulit dan membentuk nanah adalah P. acnes, kemudian menyusul bakteri Staphylococcus aureus dan S. epidermidis.

Mekanisme pertama pembentukan A. vulgaris, yaitu stimulasi pada kelenjar sebasea yang menyebabkan sebum berlebih biasanya dimulai pada masa pubertas. Kedua, pembentukan jerawat terkait dengan proliferasi keratinosit yang abnormal, adhesi dan diferensiasi cabang bawah folikel folikel. Ketiga, pembentukan lesi inflamasi berperan pada bakteri anaerob, P. acnes.

Propionibacterium canes adalah bakteri Gram positif dan anaerob, yang merupakan flora normal kelenjar sebaceous berbulu. Remaja dengan jerawat memiliki konsentrasi P. acnes yang lebih tinggi dibandingkan mereka yang tidak berjerawat, tetapi tidak ada korelasi antara jumlah P. acnes dan tingkat keparahan jerawat.

Baca Juga: Cara Penggunaan Skincare yang Benar: 100% Cantik

Peran P. acnes dalam patogenesis jerawat adalah menguraikan trigliserida yang merupakan komponen sebum menjadi asam lemak bebas, sehingga terjadi kolonisasi P. acnes dan menyebabkan inflamasi. Selain itu, antibodi terhadap antigen dinding sel P. acnes dapat meningkatkan respon inflamasi melalui aktivasi komplemen.

Propionibacterium acnes merupakan flora normal bakteri pada kulit manusia yang menghasilkan lipase yang terurai menjadi trigliserida, salah satu komponennya adalah sebum yang terurai menjadi asam lemak bebas.

Lemak bebas ini akan menjadi pertumbuhan yang baik bagi bakteri P. acnes, kemudian penumpukan bakteri tersebut menyebabkan terjadinya inflamasi dan pembentukan komedo yang merupakan salah satu faktor yang berperan dalam pembentukan jerawat.

Masalah jerawat di wajah tentunya juga disebabkan oleh kebersihan diri dan kebersihan lingkungan. Namun, langkah yang sering dilakukan setiap orang untuk mengurangi dan mencegah terbentuknya jerawat adalah dengan mencuci muka minimal tiga kali sehari.

Selain itu yang terpenting adalah memilih sabun pembersih untuk menghilangkan kotoran pada permukaan kulit. Biasanya produk pembersih tertentu biasanya menambahkan senyawa aktif atau kombinasi beberapa senyawa aktif untuk membunuh bakteri penyebab jerawat.

Di samping manfaatnya kulit manggis memiliki efek samping di antaranya memperlambat pembekuan darah konsumsi kulit manggis dapat mengganggu proses pembekuan darah dalam tubuh. Proses ini sangat berguna untuk menghentikan pendarahan saat seseorang terluka atau cedera.

Untuk itu, terlalu banyak mengonsumsi kulit manggis tidak aman bagi orang yang rentan mengalami pendarahan berlebihan. Konsumsi kulit manggis pun dapat meningkatkan risiko pendarahan selama dan setelah menjalani operasi.

Pencegahan jerawat dapat dilakukan dengan menghindari faktor-faktor pemicunya. Melakukan perawatan kulit wajah dengan benar menerapkan gaya hidup sehat dengan tepat mulai dari pola makan, olahraga, dan pengelolaan emosi.

Merokok dilaporkan menyebabkan prevalensi dan keparahan jerawat. Rokok mengandung asam arakidonat dan hidrokarbon polisiklik aromatik dalam jumlah besar, yang menyebabkan peradangan melalui fosfolipase dan selanjutnya merangsang sintesis asam arakidonat.

Selain itu, diduga terdapat reseptor asetilkolin keratinosit nikotinat yang dapat menginduksi hiperkeratosis dan menimbulkan komedo.

Penulis:

Salsadilla Aprilliani S.
Mahasiswa Jurusan Farmasi Sekolah Tinggi Ilmu Farmasi Padang

Editor: Ika Ayuni Lestari

Bahasa: Rahmat Al Kafi

Ikuti berita terbaru di Google News

Pos terkait

Kirim Artikel Opini, Karya Ilmiah, Karya Sastra atau Rilis Berita ke Media Mahasiswa Indonesia
melalui e-mail: redaksi@mahasiswaindonesia.id
Lalu konfirmasi pengiriman artikel via WA Admin: +62 811-2564-888 (Rahmat Al Kafi)
Ketentuan dan Kriteria Artikel, baca di SINI