Inovasi dalam Dunia Pendidikan

inovasi pendidikan

Latar Belakang

Produk-produk baru di berbagai bidang sedang diciptakan sebagai hasil dari kemajuan teknologi dan informasi yang pesat. Hal ini sesuai dengan sifat kebutuhan manusia yang terus meningkat. Untuk memenuhi semua tuntutan tersebut, manusia harus bertindak sebagai agen perubahan. Dalam hal ini, kita akan berbicara tentang kemajuan teknologi pendidikan.

Konsep inovasi pendidikan menurut mattew B. Miles menekankan pada keadaan yang bersifat (1) delebrate, disengaja dan direncanakan, pendapat ini cukup beralasan karena segala sesuatu tindakan yang tidak direncanakan dan tidak disengaja dipastikan tidak akan berhasil sesuai harapan, (2) novel (new), artinya setiap perubahan seharusnya mengandung ide dan gagasan baru, (3) specific, yaitu mengarahkan kepada suatu tindakan yang dapat diukur pada suatu bidang kajian tertentu.

Guru sebagai cikal bakal penyelenggaraan pendidikan kini diharapkan memiliki ide dan produk inovatif yang dapat digunakan untuk memecahkan masalah pendidikan Indonesia, khususnya yang ada di sekolah.

Bacaan Lainnya

Baca juga: Problematika Pendidikan di Indonesia

Sifat Inovasi

Sampai saat ini penyelidikan yang dirancang untuk meneliti sifat-sifat inovasi tidaklah banyak. Karena itu pernyataan-pernayataan yang dikemukakan lebih bersifat hipotesis sifatnya dan dukungan empirisnya juga lebih sedikit.

Jika seseorang dengan seksama memeriksa kepustakaan riset difusi, dia akan menemukan betapa banyak usaha yang dilakukan untuk menganalisa perbedaan “orang” dalam hal keinovatifannya dengan betapa sedikitnya usaha yang dilakukan untuk menganalisa “inovasi” (yakni penelitian mengenai ciri-ciri inovasi mempengaruhi kecepatan adopsi).

Jenis penelitian yang terakhir ini mungkin bernilai tinggi bagi agen pembaru untuk menentukan strategi dasar dalam penyebaran inovasi. Mereka dapat memperkirakan reaksi-reaksi kliennya terhadap suatu inovasi tertentu dan mungkin dalam hal-hal tertentu merubah reaksi-reaksi kliennya itu dengan cara yang sesuai seperti yang mereka kehendaki; para agen pembaru itu dapat mempraktekan inovasi atau mengkaitkannyadengan kepercayaan dan sikap yang ada pada klien.

Kami membutuhkan sistem untuk mengkategorikan berbagai aspek inovasi. Kita dapat mengatakan bahwa inovasi seperti pengajaran tim lebih seperti matematika modern di alam daripada taman kanak-kanak (menurut pandangan masyarakat). Lima jenis inovasi akan dibahas pada bagian ini. Adalah mungkin untuk menghubungkan setiap atribut dengan atribut lainnya secara empiris. Namun, secara konseptual, mereka adalah dua hal yang berbeda.

1. Keuntungan Relatif

Jika keunggulan relatif sebuah ide lebih tinggi dari yang terbaik sebelumnya, itu lebih baik. Di tengah krisis, keuntungan relatif dari sebuah ide baru dapat terlihat lebih jelas. Wik Ening (1952) mempelajari pengaruh krisis iklim pada adopsi pengering rumput oleh petani Wincosin.

Pada tahun 1951, keuntungan relatif dari suatu inovasi (pengering rumput) tidak dirasakan karena cuaca yang baik mungkin tidak memiliki pengaruh yang cukup kuat untuk memungkinkan petani mengeringkan rumput tanpa menggunakan metode baru. Jika suatu inovasi memiliki keunggulan yang lebih besar pada saat krisis, inovasi tersebut akan diadopsi lebih cepat.

Ada beberapa subdimensi keuntungan relatif yang sudah tidak dirasakan lagi, yaitu tingkat keuntungan ekonomi, biaya awal yang lebih rendah, dan risiko riil yang lebih rendah. Tidak adanya ketidaknyamanan. Manfaatkan sumber daya Anda dengan paling efisien dan dapatkan hasilnya segera.

Faktor terakhir ini mungkin menjelaskan mengapa begitu sulit untuk menunjukkan kepada pelanggan kegunaan inovasi pencegahan tersebut. Karena efeknya tidak akan terasa untuk beberapa waktu.

Berdasarkan penelitian para ahli, suatu inovasi yang membawa keuntungan relative akan lebih cepat diterima masyarakat, sehingga berdampak positif terhadap penyebaran inovasi itu sendiri.

Beberapa aspek keuntungan ekonomi relatif dapat mempengaruhi seberapa cepat orang mengadopsi teknologi baru, tetapi ini tidak sesuai untuk masyarakat yang masih sangat sederhana. Adopsi dapat dipengaruhi oleh faktor non-ekonomi seperti keuntungan relatif dan kompatibilitas. Kondisi ini sering dipengaruhi insentif, Adapun fungsi insentif ialah unuk meningkatkan taraf keuntungan relative, walaupun kenyataannya seringkali efek insentif agak mengecewakan.

Baca juga: Penyebab Rendahnya Kualitas Pendidikan di Indonesia

2. Keterhubungan (kompatibilitas)

Menurut istilah “keterhubungan”, sejauh mana suatu inovasi dianggap konsisten dengan nilai-nilai yang ada, pengalaman masa lalu dan kebutuhan klien untuk menerima suatu inovasi adalah contoh dari apa artinya memiliki kompatibilitas.

Inovasi yang kompatibel adalah inovasi yang mampu memenuhi kebutuhan yang dirasakan pelanggan, yang dapat ditentukan dengan terlebih dahulu mengidentifikasi kebutuhan pelanggan dan kemudian menyarankan inovasi untuk memenuhi kebutuhan tersebut.

Foster (1962) menunjukkan bagaimana suatu inovasi dapat dibuat lebih kompatibel dengan mengubah fungsinya, menghasilkan adopsi produk yang lebih cepat. Secara keseluruhan, ide-ide baru sering dipandang sebagai sebuah paket atau kompleks dari ide-ide yang saling berhubungan daripada sebuah konsep tunggal.

3. Kompleksitas (kerumitan) 

Ini adalah sejauh mana suatu inovasi dianggap sulit untuk dipahami dan digunakan. Penerima beberapa inovasi dapat dengan mudah menangkap inovasi tertentu, tetapi ini tidak selalu terjadi. Kecepatan adopsi suatu inovasi berkorelasi negatif dengan kompleksitasnya, menurut pengamatan anggota sistem sosial. Dengan kata lain, ide-ide baru membutuhkan waktu lebih lama untuk dipahami ketika mereka lebih sulit untuk dipahami.

4. Triabilitas (dapat dicobanya suatu inovasi)

Kemampuan suatu inovasi untuk diuji dalam skala kecil dikenal dengan tribability-nya. Inovasi yang dapat diuji sebelum diadopsi lebih mungkin berhasil daripada yang tidak. Dalam beberapa kasus, mungkin lebih sulit untuk menerapkan inovasi tertentu daripada yang lain.

5. Observabilitas (dapat diamatinya suatu inovasi)

Sejauh mana hasil suatu inovasi dapat diamati oleh orang lain diukur dengan konsep observasi. Inovasi dapat dilihat dan dikomunikasikan kepada orang lain dalam berbagai cara.

Baca juga: Kelas Rangkap: Program Inovasi Pendidikan Sekolah Dasar Pembawa Perubahan

Inovasi Pendidikan dan Pembelajaran

Inovasi (perubahan) dapat dilihat dari berbagai perspektif, antara lain: (1) segi sosiologi perubahan struktur social budaya akibat industrialisasi disharmoni social, (2) segi psikologi, menunjukan bagaimana kemampuan individu dalam beradaptasi menghadapi perubahan yang cepat, (3) dari segi pedagogik, Alih-alih melihat lembaga pendidikan sebagai entitas yang terpisah, pandangan pedagogik tradisional memandang mereka sebagai bagian integral dari masyarakat, yang masing-masing memiliki konteks budaya dan sosial yang unik. Lembaga pendidikan akan kehilangan fungsinya dan kemungkinan besar akan ditinggalkan oleh masyarakat jika tidak dapat mengikuti perubahan sosial. (H.A.R. Tilaar, 2002:5).

Konsep inovasi pendidikan menurut mattew B. Miles menekankan pada keadaan yang bersifat (1) delebrate, disengaja dan direncanakan, pendapat ini cukup beralasan karena segala sesuatu tindakan yang tidak direncanakan dan tidak disengaja dipastikan tidak akan berhasil sesuai harapan, (2) novel (new), artinya setiap perubahan seharusnya mengandung ide dan gagasan baru, (3) specific, yaitu mengarahkan kepada suatu tindakan yang dapat diukur pada suatu bidang kajian tertentu.

A. Pedagogik Transformatif

Dari berbagai istilah yang dipakai untuk membicarakan strategi pembelajarqan atau perubahan pendidikan sekarang ini banyak terdapat istilah seperti reformasi, revolusi, dan paradigma baru pendidikan.

Tranformasi pendidikan menekankan pada perubahan watak dan karakter . Jika pendidikan berubah demi kemajuan dan perkembangan generasi muda untuk memperbaharui Indonesia, maka harus dilakukan transformasi pendidikan dan perubahan system. Hal ini bisa dilakukan melalui beberapa tahap reformasi yang akhirnya bermuara pada transformasi pendidikan.

Adapun yang perlu ditranformasikan sekarang dapat dimulai dari perubahan karakter dan watak guru yang harus meninggalkan ataknya sebagai orang yang serba tahu. Kembali pada pokok bahasan yaitu pedagogic transformative yang berarti “ilmu mendidikan yang berdasarkan kajian ilmiah, sedangkan kajian pedagogic, adalah suatu tindakan mendidik yang berdasarkan kepada teori dan konsep”. (H,A,R. Tilaar, 2002: 2006).

Dengan demikian, pedagogic transformative adalah ilmu praktis yang merupakan suatu kesatuan antara ilmu dan tindakan mendidik yang mengasumsikan otonimi manusia yang terus berkembang dan mengalami proses perubahan.

B. Pendidikan Kreatif

Di sinilah peran pedagogik transformatif, yang bertujuan untuk menciptakan individu yang kreatif, inovatif, dan termotivasi untuk mengubah masyarakat.

Menurut Everett Hagen, terdapat beberapa ciri dari sifat dan karakter pribadi inovatif dalam masyarakat, yaitu:

  1. Penyelidikan tentang apa yang terjadi di dunia nyata, dengan tujuan menemukan penyebab yang mendasari fenomena sosial sehingga gejala ini dapat dikelola dan diubah.
  2. Terima tanggung jawab atas tindakan Anda, cari solusi yang lebih baik, dan lakukan upaya untuk membawa perubahan.
  3. Untuk menumbuhkan orisinalitas dan inovasi pada bawahan, Anda harus toleran dan terbuka terhadap ide dan tindakan mereka.
  4. Menghargai keaslian dan pembaruan, dan mendorong pengejaran pengetahuan.

C. Strategi Inovasi Pendidikan

Strategi dalam konteks ini didefinisikan sebagai suatu alat/cara yang dapat menyebabkan suatu inovasi dapat berhasil dalam suatu system pendidikan yang sedang berjalan.

Oleh karena itu, Metthew mengusulkan suatu topologi strategi inovasi pendidikan, yaitu:

  1. Strategi yang diinisiasikan pada system dan sasaran
  2. Strategi yang diinisiasikan pada target baru
  3. Strategi komprehensif
  4. Strategi dengan struktur yang sudah ada
  5. Strategi dengan lingkungan terkait
  6. Strategi kolabirasi dengan sekolah-sekolah tertentu

Keenam strategi ini tidak semuanya dapat diaplikasikan, tentunya disesuaikan dengan berbagai kondisi politik, ekonomi, dan kebijakan yang sedang terjadi.

H. A. R, Tilaar menyatakan, terdapat hubungan multikulturalisme dan perubahan social yang menghasilkan empat strategi yaitu:

  1. Strategi Liberal, dalam strategi ini terdapat ekuilibrium atau keseimbangan kondisi yang ditinjaun dari peraturan/perundangan, supaya tidak terjadi kekacauan, dan pada strategi ini menganggap SDM merupakan potensi yang sangan dipentingkan (kondisi ini identic dengan Indonesia pada masa orde baru yang terkuat dengan keseimbangan Trilogi pembangunan: ekonomi, pemerataan, dan keamanan).
  2. Strategi terpimpin, strategi ini menunjukkan intervensi pemerintah yang sangat dominan, perubahan memang dapat terjadi dengan sangat cepat, tetapi disertai dengan pengorbanan nilai-nilai kemanusiaan seperti hak asasi manusia, hak daerah untuk mengurusi diri sendidir, penindasan terhadap kelompok marjinal.
  3. Strategi konservatif, dalam strategi ini perubahan social terjadi karena partisipasi masyarakat perlu diarahkan.
  4. Strategi konflik, strategi ini menekankan pada perencanaan yang matang serta penguasaan teknik manajemen konflik dalam menghadapi perubahan social.

D. Karakteristik Inovasi

Masing-masing karakteristik inovasi dapat dikaitkan secara empiris dengan yang lain, meskipun ada perbedaan konseptual, sebagai berikut. Inilah kelima ciri tersebut:

  1. Relative advantage (keuntungan relative), yaitu sejauh mana ide baru dianggap lebih unggul dari yang sudah ada.
  2. Kompabilitas (keterbukaan inovasi), yaitu Kesesuaian yang dirasakan suatu inovasi dengan nilai-nilai yang ada, pengalaman masa lalu, dan kebutuhan penerima disebut sebagai kompatibilitas.
  3. Komplesitas (perumitan inovasi), kesulitan di mana suatu inovasi dianggap dipahami dan dimanfaatkan.
  4. Triabilitas (dapat dicoba), di mana hasil ide-ide baru dapat dievaluasi dalam pengaturan kecil. Inovasi yang sudah teruji akan mendapatkan daya tarik lebih cepat daripada inovasi yang tidak bisa.
  5. Orang lain dapat melihat manfaat dari inovasi tersebut.

E. Saluran Komunikasi Inovatif

Komunikasi antarmanusia didasarkan pada kenyataan bahwa ide-ide lebih mungkin untuk dipertukarkan ketika ide-ide itu berasal dari sumber dan penerima yang sama, bersesuaian, dan homofil.

Misalnya, homofilia adalah sejauh mana dua orang yang berinteraksi serupa dalam bidang tertentu seperti pandangan mereka tentang kehidupan dan tingkat pendidikan mereka. Apabila komunikasi terjadi dalam kelompok homofil, dimungkinkan efek dan perubahan tingkah laku besar, sehingga inovasi akan lebih besar kemungkinannya untuk diadopsi.

Sedangkan lawan daripada homofil adalah heterofil, yang merupakan terdapat banyak perbedaan aspek dalam kelompok tersebut, sehingga dapat menghambat proses inovasi.

F. Paradigma Baru Pendidikan Nasional

Dengan begitu luasnya peranan daerah kabupaten/kota, sudah jelas harus diiringi dengan perubahan paradigma pendidikan, sebagai aspek mendasar untuk keberhasilan inovasi pendidikan, untuk itu berikut merupakan bagan perubahan paradigma lama ke paradigma baru pendidikan nasional:

Perbandingan Paradigma Lama dengan Paradigma Baru Pendidikan Nasional

Paradigma LamaParadigma Baru
SentralistikKebijakan dari atas ke bawah.Pendidikan dengan fokus pada pertumbuhan ekonomi, stabilitas politik, dan pengembangan teknologi perakitan.Peran pemerintah sangat signifikan.Lembaga non-sekolah memainkan peran kecil.DesentralistikPendekatan dari bawah ke atas.Pengembangan orientasi manusia seutuhnya untuk pengembangan kesadaran terpadu dalam mendukung pluralisme budaya, nilai-nilai moral, kemanusiaan, agama, kesadaran kreatif, kesadaran produktif, kesadaran hukum.Perluasan peran masyarakat secara kuantitatif/kualitatifMenegaskan nilai keragaman dan inklusi di semua sektor masyarakat
(Fasli Jalal, Dedi Supriadi 2001:5)

Ide-ide berikut memandu pendekatan baru untuk reformasi pendidikan di Amerika Serikat:

  1. Perlakuan yang sama untuk sektor pendidikan dibandingkan dengan bagian ekonomi lainnya.
  2. Pendidikan diarahkan pada perubahan sosial.
  3. Pemberdayaan bangsa.
  4. Menciptakan infrastruktur sosial untuk mendukung perluasan pendidikan publik di seluruh negeri.
  5. Terciptanya lingkungan yang kondusif bagi tumbuhnya keunggulan melalui pembentukan kemandirian dan budaya. Toleransi dan kerjasama dalam menghadapi perbedaan
  6. Integrasi perencanaan horizontal dan vertikal.
  7. Keterlibatan siswa dalam pendidikan
  8. Keanekaragaman di dalam kelas.
  9. Sebuah perspektif global tentang pendidikan.

G. Konteks Pembelajaran Inovatif

Ketika siswa harus lebih aktif untuk belajar dengan cara yang inovatif, mereka lebih mungkin untuk menyimpan informasi yang mereka pelajari (student center).

Adalah tugas guru untuk menjadi pembelajar yang ahli, manajer dan mediator dalam dunia pembelajaran inovatif, sekaligus. Seorang pembelajar ahli, guru dipercayakan dengan tugas memberikan waktu yang cukup bagi siswa untuk belajar, memberi mereka alternatif solusi, mengamati proses pembelajaran, menyesuaikan strategi pembelajaran jika siswa merasa kesulitan untuk mencapai tujuannya dan berusaha untuk mencapai tujuannya.

Sebagai seorang manajer, guru bertanggung jawab untuk melacak kemajuan siswanya, serta setiap kesulitan yang mungkin mereka hadapi dalam studi mereka.

Dalam perannya sebagai mediator, guru membantu siswa menyelesaikan konflik, membantu mereka merumuskan pertanyaan atau membangun representasi visual dari suatu masalah, membantu mereka mengembangkan sifat belajar yang positif, memusatkan perhatian mereka, menghubungkan informasi baru dengan pengetahuan sebelumnya, dan proses berpikir model sehingga siswa dapat berpartisipasi dalam berpikir kritis.

Kita tidak bisa berbicara tentang inovasi dalam pendidikan tanpa berbicara tentang model pembelajaran yang akan digunakan dalam pendidikan itu. Peran guru dalam desain pembelajaran adalah menciptakan dan memahami model pendidikan baru.           Joyce & Weil (1980) kerangka konseptual untuk melakukan pembelajaran didefinisikan sebagai model pembelajaran. Dengan demikian, model pembelajaran merupakan kerangka konseptual yang menggambarkan pendekatan sistematis untuk mengorganisasikan pengalaman belajar guna mencapai tujuan pembelajaran.

Berikut merupakan beberapa model pembelajaran inovativ diantaranya adalah;

  1. Kooperatif Jigsaw
  2. Kooperatif Numbered Heads Together
  3. Kooperatif Group to Exchange
  4. Kooperatif Decision Making
  5. Analisa Kasus
  6. Kooperatif Tipe Talking Chips
  7. Discovery
  8. Problem Based Learning (PBL)
  9. Project Based Learning (PjBL)
  10. Group Investigation
  11. Penelitian Jurisprudensial
  12. Penelitian Sosial
  13. Pembelajaran Scientific
  14. Model Pembelajaran Aktif

Simpulan 

Inovasi merupakan proses yang kreatif yang harus terus berjalan termasuk dalam dunia pendidikan. Melalui individu-individu yang kreatif dan mumpuni dunia pendidikan diharapkan dapat menjadi solusi serta wadah bagi seluruh lapisan masyarakat dalam mencapai tujuan pendidikan dan meningkatkan mutu kehidupan.

Saran 

Masyarakat hendaknya secara sadar menjadi subjek dalam mengendalikan perubahan inovasi kearah positif, dalam hal ini pada dunia pendidikan. Seluruh lapisan masyarakat wajib sadar akan perkembangan yang terus berlangsung pada berbagai aspek. Oleh karena itu, kita perlu memunculkan pemikiran-pemikiran kreatif khususnya pada diri kita, yang dibarengi dengan penguasaan pemahaman ilmiah, serta kemampuan merealisasikan ide-ide tersebut menjadi sebuah produk yang bermanfaat di bidang pendidikan.

Tim Penulis:
1. Krisna Bayu Saputra
2. Moh. Aminuddin
3. Lukman Nulhakim

Mahasiswa Jurusan Teknologi Pendidikan Universitas Sultan Ageng Tirtayasa

Daftar Pustaka

Sudadio. 2016. Culinov preneurship: Hari Depan yang Ceria Satu Langkah Dari Dirimu.

Untirta Pers.  

Pos terkait

Kirim Artikel Opini, Karya Ilmiah, Karya Sastra atau Rilis Berita ke Media Mahasiswa Indonesia
melalui e-mail: redaksi@mahasiswaindonesia.id
Lalu konfirmasi pengiriman artikel via WA Admin: +62 811-2564-888 (Rahmat Al Kafi)
Ketentuan dan Kriteria Artikel, baca di SINI