Limbah Organik untuk Produksi Pupuk Organik

Pupuk Organic
Organic Life. (Sumber: pixabay.com)

Di kehidupan saat ini, kegiatan manusia selalu berdampingan dengan aktivitas meninggalkan sisa barang yang sudah tidak digunakan lagi atau barang buangan yang disebut sampah.

Mulai dari sampah pasar, rumah tangga, limbah pabrik dari sisa-sisa kegiatan produksi dalam industri dan lain sebagainya.

Sampah merupakan masalah penting yang sangat perlu ditangani karena jumlah sampah yang semakin banyak seiring dengan banyaknya limbah yang dihasilkan dari kegiatan manusia dapat menjadi sumber penyakit.

Bacaan Lainnya

Jika terjadi secara terus menerus bukan hanya berdampak bagi kesehatan saja namun juga berdampak pada aspek kehidupan lainnya.

Sampah secara sederhana dapat digolongkan menjadi 2 yaitu sampah organik dan sampah anorganik. Jika kita melihat di lingkungan sekitar kita, sudah banyak ditumbuhi pepohonan yang membuat jumlah sampah organik menjadi sangat melimpah.

Oleh karena itu, kita sebagai manusia wajib bertanggung jawab dan mencari solusi atas hal tersebut, yakni dengan memanfaatkan sampah dedaunan tersebut sebagai pupuk kompos.

Dengan melakukan hal tersebut maka dapat mengurangi jumlah sampah dedaunan. Untuk melakukan hal tersebut peranan masyarakat sangat diperlukan.

Baca juga: KKN Tematik UPI Kelompok 184: Solusi Efektif Pemanfaatan Sampah Plastik Menjadi Barang Berguna Seperti Ecobrick

Masyarakat sebagai pengelola lingkungan dapat memerhatikan hal diatas dan dapat memikirkan cara untuk mengelola sampah yang tidak memiliki fungsi menjadi barang yang memiliki nilai fungsi atau barang baru yang dapat dimanfaatkan lagi.

Sampah jenis organik ini paling sering digunakan dalam dunia pertanian. Pengunaan sampah jenis organik ini akan memberikan dampak yang sangat baik bagi pertumbuhan tumbuhan dan juga tanah.

Tanah akan menjadi subur apabila terdapat sampah jenis organik, karena sampah ini dapat terurai dengan sendirinya.

Pupuk kompos adalah hasil penguraian parsial atau tidak lengkap dari campuran bahan-bahan organik yang dapat dipercepat secara artisifal oleh populasi berbagai macam mikroba dalam kondisi lingkungan yang hangat, lembap dan aerobik atau anaerobik.

Pengomposan adalah proses dimana bahan organik mengalami penguraian secara biologis, khususnya pada mikroba yang memanfaatkan pada bahan organik sebagai energi.

Pengomposan aerobik paling banyak digunakan, karena paling murah dan mudah untuk dilakukan, serta tidak membutuhkan proses kontrol yang terlalu sulit.

Dekomposisi bahan dilakukan oleh mikroorganisme yang terdapat pada bahan tersebut dengan bantuan udara. Pengomposan anaerobik memanfaatkan mikroorganisme yang tidak membutukan udara dalam mendegradasi bahan organik.

Baca juga: Pengelolaan Sampah dari Lingkungan Terkecil dan Persumberdayaan Masyarakat

Bahan yang digunakan dalam membuat pupuk kompos yaitu material-material yang mengandung karbon dan nitrogen, seperti sampah kota, kotoran hewan, sampah hijauan, limbah industri pertanian dan lumpur cair.

Pupuk kompos juga memiliki beberapa hal yang dapat dilihat dari berbagai aspek antara lain aspek ekonomi, aspek lingkungan serta aspek bagi tanah/tanaman.

  1. Aspek Ekonomi:
    Dapat mengemat biaya tranportasi dan penimbunan limbah, bisa mengurangi volume/ukuran limbah tersebut dan nilai jualnya sangat tinggi sangat tinggi dari bahan asalnya.
  2. Aspek Lingkungan:
    Dapat mengurangi polusi udara karena limbah dari industri yang menghasilkan gas metana akibat pembakaran gas organik. Bisa mengurangi kebutuhan lahan untuk penimbunan limbah tersebut.
  3. Aspek bagi tanah/tanaman:
    Dapat meningkatkan kesuburan tanah tersebut, bisa meningkatkan aktivitas mikroba yang terdapat didalam tanah tersebut, hasil panen yang dihasilkan sangat bagus (rasa, nilai gizi, dan jumlah panen). Tersedianya hormon dan vitamin bagi tanaman,

Ada juga beberapa faktor yang mempengaruhi proses pengomposan dan tahapan-tahapan pengomposan yang dijabarkan sebagai berikut.

Faktor-faktor yang mempengaruhi proses pengomposan:

  • Rasio C/N
  • Ukuran partikel
  • Aerasi
  • Porositas
  • Kelembapan (Moisture content)
  • Temperatur/suhu
  • Potential hydrogen

Tahapan-tahapan pengomposan:

  • Pemilahan sampah
  • Pengecilan ukuran
  • Penyusunan tumpukan
  • Pembalikan
  • Penyiraman
  • Pematangan
  • Penyaringan
  • Pengemasan dan penyimpanan

Baca juga: Metode Takakura dalam Pembuatan Kompos Sebagai Solusi Pengolahan Sampah Organik Rumah Tangga di Desa Wonokasian Sidoarjo

Penggunaan pupuk organik pasti memiliki kelebihan dan kekurangan. Adapun kelebihan pupuk organik, diantaranya:

  • Kandungan unsur hara lengkap,
  • Dapat memperbaiki dan menggemburkan tanah,
  • Tanaman bisa lebih tahan penyakit,
  • Aktivitas mikroba tanah sangat meningkat,
  • Kandungan unsur hara nya tidak mudah hilang,
  • Mempunyai kemampuan dalam memobilisasi unsur hara yang terdapat didalam tanah.

Adapun kekurangan pupuk organik, antara lain:

  • Kandungan unsur hara nya rendah,
  • Pupuk organik tidak mengandung nutrisi utama seperti nitrogen, fosfor, atau kalium yang dikenal sebagai NPK,
  • Penguraiannya menjadi lambat,
  • Pupuk organik sering menjadi faktor pembawa hama penyakit karena mengandung larva/ telur serangga sehingga tanaman dapat diserang.

Salah satu contoh nya yaitu pupuk kompos. Pupuk kompos yang dihasilkan dari frementasi antara dedaunan dan kotoran hewan dapat membantu para petani sebagai nutrisi untuk menyuburkan tanaman dan menambah zat pada tanah.

Berarti penggunaan sampah organik dapat menjadi salah satu sumber kesuburan bagi tanaman. Sampah organik yang bersumber dari dedaunan dan kotoran hewan harus kita manfaatkan dan kita gunakan supaya dapat memberikan suatu hasil yang baik bagi perkembangan tanaman kita.

Baca juga: Pengelolaan Sampah sebagai Upaya Perlindungan Lingkungan Sekitar Pulau Senggarang

Perkembangan tanaman akan dilihat dari sejauh mana pupuk itu bekerja bagi tanaman. Misalnya, bulan ini tingkat kesuburan tanaman berkurang, setelah dicoba penggunaan pupuk kompos akan memberikan dampak yang baik atau tidak.

Jika tingkat kesuburan tanaman meningkat jauh dari bulan sebelumnya, maka penggunaan pupuk kompos harus dilakukan secara terus-menerus.

Penulis: Zanuwar Firman Pratama
Mahasiswa Jurusan Teknik Lingkungan, AKATIRTA Magelang

Editor: Imamah Khairunnisa
Bahasa: Rahmat Al Kafi

Pos terkait

Kirim Artikel Opini, Karya Ilmiah, Karya Sastra atau Rilis Berita ke Media Mahasiswa Indonesia
melalui e-mail: redaksi@mahasiswaindonesia.id
Lalu konfirmasi pengiriman artikel via WA Admin: +62 811-2564-888 (Rahmat Al Kafi)
Ketentuan dan Kriteria Artikel, baca di SINI