Mengenal Sinovitis Toksik pada Anak: Pengertian, Tanda & Gejala, Penyebab, Cara Mengobati & Mencegah

Kesehatan
Sinovitis Toksik

Apa itu Penyakit Sinovitis Toksik?

Sinovitis Toksik adalah suatu kondisi yang ditandai dengan nyeri pinggul sementara pada anak-anak. Kondisi ini juga dikenal sebagai Sinovitis Transien. Biasanya, sinovitis toksik memiliki prevalensi tertinggi di antara penyebab nyeri pinggul non-traumatik pada anak-anak.

Sinovitis toksik menyebabkan nyeri pada pinggul dan kaki hingga bisa menyebabkan pincang, serta sulit berjalan. Penyakit ini umumnya terjadi pada anak berusia 2-8 tahun, dan lebih sering terjadi pada anak laki-laki.

Sinovitis toksik terjadi setelah infeksi virus (seperti infeksi saluran pernapasan atas), kemudian berpindah dan menetap di sendi pinggul. Kondisi ini sering terjadi ketika anak jatuh atau mengalami cedera. Penyakit ini tidak menular dan kondisi ini akan membaik dengan sendirinya dalam waktu 1-2 minggu, serta tidak menyebabkan kerusakan jangka panjang.

Bacaan Lainnya

Baca Juga: Penyakit Jantung pada Pekerja Shift

Gejala Sinovitis Toksik

Anak-anak yang sangat muda dengan sinovitis toksik mungkin memiliki gejala selain menangis di malam hari. Gejala seperti muntah, diare, atau pilek lebih mungkin mendahului sinovitis sementara. Gejala lain yang menandakan adanya infeksi virus atau bakteri tidak menonjol secara signifikan.

Ada juga beberapa gejala sinovitis toksik lainnya seperti:

  • Nyeri pinggul, saat anak berdiri setelah duduk atau berbaring dalam waktu lama;
  • Pincang atau berjalan jinjit karena berjalan dengan cara normal tidak nyaman;
  • Nyeri di paha atau lutut, tanpa nyeri pinggul;
  • Demam di bawah 38,3° C;
  • Tidak mau berjalan bila nyeri terasa sangat berat;
  • Lebih rewel dari biasanya;
  • Bayi yang menangis, terutama saat pinggulnya digerakkan, gerakan merangkak yang tidak normal, atau sama sekali tidak mau dan tidak bisa merangkak;
  • Baru saja terkena infeksi virus;
  • Berjalan tertatih-tatih dengan jari-jari kaki menghadap ke luar.

Penyebab Sinovitis Toksik

Hingga saat ini, penyebab sinovitis toksik belum diketahui secara pasti. Kondisi ini biasanya terjadi ketika ada peradangan pada sendi pinggul. Meski sering disebabkan oleh infeksi pernafasan, para ahli masih belum sepenuhnya memahami mengapa selaput sinovial di sekitar pinggul bisa meradang.

Beberapa pasien dengan sinovitis toksik mungkin tidak melaporkan rasa sakit dan hanya tampak pincang. Ada beberapa faktor yang terkait dengan terjadinya kondisi ini, beberapa di antaranya adalah:

  • Infeksi bakteri (sinovitis toksik poststreptokokus);
  • Trauma;
  • Konsentrasi interferon yang lebih tinggi;
  • Reaksi alergi.

Baca Juga: Pengertian, Penyebab, Gejala, Diagnosis, Komplikasi, Pantangan, Mengapa Terjadi pada Wanita, Makanan yang Membantu Penyakit Tiroid

Pengobatan Sinovitis Toksik

Mengobati sinovitis toksik dilakukan untuk meredakan gejalanya. Terkadang peradangan yang disebabkan oleh infeksi virus dapat hilang dengan sendirinya. Untuk mengobati sinovitis toksik dengan cara beristirahat dan dokter akan memberikan resep obat-obatan pereda nyeri seperti obat golongan antiinflamasi nonsteroid (OAINS) seperti Ibuprofen atau Naproxen.

Obat dapat digunakan hingga empat minggu sampai peradangan membaik. Alternatif, dokter akan meresepkan obat pereda nyeri jenis lain seperti Paracetamol. Sinovitis toksik umumnya bisa membaik dengan sendirinya, dan tidak menimbulkan komplikasi jangka panjang. 

Cara Mencegah Sinovitis Toksik

Karena penyebabnya tidak diketahui, maka tidak ada cara untuk mencegah Sinovitis Toksik.

Anamnesis yang Akan Ditanyakan Dokter pada Pasien

Anamnesis menyeluruh harus mencakup:

  1. Deskripsi nyeri (lokasi, karakter, onset, durasi, perubahan aktivitas atau istirahat, faktor yang memberatkan dan meringankan, nyeri malam hari);
  2. Trauma baru-baru ini;
  3. Gejala mekanis (menangkap, mengklik, membentak, memburuk selama atau setelah aktivitas);
  4. Gejala sistemik (demam, lekas marah, makan atau minum lebih sedikit);
  5. Gejala peradangan (kekakuan di pagi hari);
  6. Gejala neurologis (kelemahan, perubahan sensasi);
  7. Status menahan beban (ketidakmampuan menahan beban atau ketidakmampuan menggerakkan kaki pada anak-anak di usia yang tidak menahan beban);
  8. Efek dari perawatan sebelumnya (antibiotik, analgesik, antiradang, fisioterapi);
  9. Dan tingkat fungsi anak saat ini.

Saat anak terkena penyakit ini, orang tua harus memberi perhatian khusus. Pastikan untuk menjauhkan anak dari berbagai aktivitas berat yang justru dapat memperburuk kondisinya.

Penulis: Indah Mardotillah (012211119)
Mahasiswa Keperawatan Universitas Binawan

Dosen Pengampu: Apriyani Riyanti, S.Pd., M.Pd.

Editor: Ika Ayuni Lestari     

Bahasa: Rahmat Al Kafi

Pos terkait

Kirim Artikel Opini, Karya Ilmiah, Karya Sastra atau Rilis Berita ke Media Mahasiswa Indonesia
melalui e-mail: redaksi@mahasiswaindonesia.id
Lalu konfirmasi pengiriman artikel via WA Admin: +62 811-2564-888 (Rahmat Al Kafi)
Ketentuan dan Kriteria Artikel, baca di SINI