Menilik Mental Anak “Broken Home”

Mental Anak Broken Home

“Setiap orang pasti akan mengalami patah hati yang mengubah cara pandangnya terhadap cinta seumur hidupnya”

Kalimat yang pernah ditulis oleh Raditya Dika, seorang komedian ternama di Indonesia. Kalau boleh berpendapat, setuju banget sama apa yang namanya patah hati bisa membuat cara pandang bahkan kehidupan kita berubah. Banyak berita yang menayangkan anak broken home menjadi anak tak punya masa depan. Selalu terpikirkan dalam benakku, jika aku berada dalam posisi tersebut aku akan melakukan apa? Namun ternyata, aku mengalaminya. Semuanya tidak lagi sama, sakitnya yang luar biasa untuk aku yang tidak menyangka.

Sering kali aku bertemu mereka yang terjerumus dalam pergaulan bebas bahkan melakukan tindak kriminal, profil anak korban perceraian akan menjadi latar belakang kondisi keluarganya. Terlebih masa pandemi seperti sekarang ini, pendidikan yang membuat mereka lebih sering menggunakan gawai yang kita tahu memiliki pengaruh dua sisi menjadi problematik besar yang berpengaruh pada kualitas kepribadian seseorang. Sebenarnya apa yang dirasakan seorang anak ketika orang-tuanya harus berpisah? Dan apa yang harus dilakukan ketika kita di posisi anak broken home ini?

Bacaan Lainnya

Baca Juga: Cara Bangkit dari Masalah Broken Home

Ada anak yang menganggap remeh ada juga yang menganggap bahwa perceraian ini hal yang begitu besar. Untuk kalian yang tidak terbawa arus kekecewaan yang begitu mendalam, kalian hebat dan luar biasa bisa mengendalikan diri. Namun, kita lihat bagaimana seorang anak yang terlanjur kecewa dengan keadaan. Menyerah dan menyalahkan semuanya yang terjadi, tidak lagi mempunyai sandaran yang menguatkan. Maka mungkin saja, dia tak lagi percaya kepada siapa pun bahkan keluarga maupun orang terdekat. Sebenarnya orang yang seperti ini yang sangat membutuhkan rangkulan dan dukungan.

Jika kita berada di posisi anak broken home ini, kita bisa melakukan beberapa hal untuk diri kita sendiri maupun keluarga agar tetap memiliki masa depan yang cerah. Lakukan hal berikut ini !

Baca Juga: Si Anak Broken Home dan Kecemburuannya pada Anak Luqman

1. Niatkan bahwa kamu akan menjadi orang sukses

Meskipun tidak berada di dalam keluarga harmonis, jangan merasa hidup tidak adil. Tetapkan dalam hati dan pikiran bahwa kita bisa jauh lebih bahagia dengan kesuksesan yang akan kita capai. Untuk itu, daripada kita merusak masa depan akan jauh lebih baik jika memiliki mimpi untuk sukses di masa yang akan datang.

2. Belajar dengan menetapkan tujuan dan target

Untuk mencapai kesuksesan maka harus diimbangi dengan usaha dan kerja keras. Belajar adalah suatu hal yang sangat penting dalam kehidupan. Dalam belajar juga jangan sembarangan. Belajarlah dengan produktif, efektif, dan efisien.

3. Kenali potensi, minat dan bakat yang ada pada dirimu

Mengetahui potensi dalam diri kita sangat membantu menentukan arah yang akan kita ambil. Kita tahu passion kita bidang apa, bakat yang kita miliki, minat kita terhadap suatu hal? Jawabannya tentu akan menjadi pertimbangan untuk kita merancang apa yang akan kita lakukan, kita akan tahu melangkah di jalan apa dan bagaimana cara melewati itu semua.

Dalam hal ini, tentunya orang tua juga masih memiliki tanggung jawab terhadap anak-anaknya. Untuk itu, di bawah ini ada beberapa peran orang tua yang masih harus tetap dilakukan!

1. Sebagai Guru Utama

Belajar di rumah tentu berinteraksi dengan anggota keluarga. Entah memilih tinggal bersama ibu atau bapak, yang jelas sama-sama memiliki tanggung-jawab untuk mendidik anaknya. Ketika ibu guru hanya memberi materi dan soal lewat gawai, ibu atau bapak memiliki kesempatan untuk menjelaskan. Ketika anak tidak memahami, orang tua mengajari. Pengawasan juga perlu dilakukan agar tidak terjerumus dampak negatif gawai.

2. Sebagai Motivator

Rasa jenuh, bosan, capek, ingin menyerah saat belajar pasti ada. Di sinilah peran orang tua masuk menjadi seorang motivator dan penasihat untuk anak-anaknya. Dengan kata-kata penyemangat dan nasihat-nasihat yang menyejukkan akan membentuk kekuatan tersendiri bagi anaknya. Contoh kecil saja “Kamu hebat, apalagi jika rajin belajar, tambah hebat pastinya” kata sesederhana itu bisa jadi support system yang luar biasa.

3. Sebagai Panutan

Ada istilah “ Buah jatuh tak jauh dari pohonnya”. Sebagai orang tua tak jauh menjadi panutan untuk ditiru dan dikagumi oleh anak-anaknya. Meskipun dalam menjalani hubungan gagal, setidaknya memiliki pribadi yang baik yang bisa menjadi contoh bagi anaknya. Jangan sampai menjadi contoh buruk yang berdampak pada psikis maupun pribadi anaknya, akan amat disayangkan jika orang tua menjadi penyebab utama kelakuan buruk anaknya.

Baca Juga: Perubahan Sikap Anak Broken Home Terutama Pada Anak Usia SD/MI

Pada dasarnya, peran orang tua dan kesadaran diri kita memiliki porsi yang masing-masing memiliki pengaruh dalam kehidupan kita. Memang tidak mudah melewati masa perpisahan ini. Jika itu pilihan, dipastikan tak ada yang memilih. Percayalah, rasa sakit hati setiap anak berbeda-beda. Jangan disamakan, jangan pula dipaksakan. Untuk itu kepada orang tua, pikirkan dengan matang tentang perpisahan.Ini bukan hanya mengenai egomu yang terluka, namun harapan dan kehidupan anakmu yang tak dipentingkan.

Pramudhita Restilianingrum Prayoga
Mahasiswa Manajemen Administrasi
Universitas Sebelas Maret

Editor: Diana Pratiwi

Pos terkait

Kirim Artikel Opini, Karya Ilmiah, Karya Sastra atau Rilis Berita ke Media Mahasiswa Indonesia
melalui e-mail: redaksi@mahasiswaindonesia.id
Lalu konfirmasi pengiriman artikel via WA Admin: +62 811-2564-888 (Rahmat Al Kafi)
Ketentuan dan Kriteria Artikel, baca di SINI