Perubahan Sikap Anak Broken Home Terutama Pada Anak Usia SD/MI

psikis anak
Foto: Rumah.com

Pengertian Keluarga

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia. Keluarga adalah bagian dari masyarakat besar yang terdiri dari ibu bapak dan anak-anaknya (KBBI, 2013). 

Pengertian Anak

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia. Anak adalah keturunan yang kedua (KBBI, 2013). “Anak  adalah seorang lelaki atau perempuan yang belum dewasa atau belum mengalami masa pubertas” (“Anak,” 2014).

Pengertian Broken Home

Menurut Matinka (2011, h. 6) “Broken home adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan suasana keluarga yang tidak harmonis dan tidak berjalannya kondisi keluarga yang rukun dan sejahtera yang menyebabkan terjadinya konflik dan perpecahan dalam keluarga tersebut”.

Bacaan Lainnya

Dampak Broken Home Pada Anak

Dampak psikologis. Setiap keluarga yang mengalami broken home biasanya akan berdampak anak-anaknya. Orangtua tidak pernah memikirkan konskuensi dari tindakan yang mereka lakukan. Dampak paling utama yang akan melekat sampai anak tersebut dewasa adalah dampak psikologis. Seorang anak dapat berkembang dengan baik jika kebutuhan psikologisnya juga baik. 

Secara umum anak yang mengalami broken home memiliki:

  • ketakutan yang berlebihan
  • tidak mau berinteraksi dengan sesama
  • menutup diri dari lingkungan
  • emosional
  • sensitif
  • temperamen tinggi, dan
  • labil.

Sebenarnya, dampak psikologis yang diterima seorang anak berbeda-beda tergantung usia atau tingkatan perkembangan anak (Nurmalasari, 2008).

Dampak bagi prestasi anak. Akibat dari broken home juga mempengaruhi prestasi anak tersebut. Anak broken home cenderung menjadi malas dan tidak memiliki motivasi untuk belajar.

Berdasarkan sampel penelitian pada siswa kelas dua SMP Negeri Baleendah 2 Kabupaten Bandung dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan motivasi belajar antara siswa berasal dari keluarga broken home dengan motivasi belajar siswa dari keluarga utuh.

Motivasi belajar siswa dari keluarga broken home lebih rendah daripada motivasi belajar siswa dari keluarga utuh, keadaan keluarga broken home memberi pengaruh yang cukup signifikan terhadap motivasi belajar siswa

Keluarga adalah salah satu hal terpenting dalam membentuk perilaku anak. Kesuksesan seorang anak sangat tergantung dari pendidikan orangtuanya sejak dini.

Kewajiban orang tua bukan hanya memenuhi kebutuhan materi semata, namun juga perlunya bekal pendidikan agama sebagai pondasi dalam menghadapi masa depannya.

Akhir-akhir ini banyak keluarga yang tidak memiliki keharmonisan lagi. Mereka menganggap bahwa segala sesuatu bisa dibeli dengan uang, sehingga banyak orangtua yang sibuk dengan karirnya masing-masing.

Istilah broken home biasanya digunakan untuk menggambarkan keluarga yang berantakan dan biasanya anak-anak yang broken home biasanya dikaitkan karena kelalaian orang tua dalam mengurus anaknya atau keluarganya. Namun, broken home bisa juga diartikan dengan kondisi keluarga yang tidak harmonis dan tidak berjalan layaknya keluarga yang rukun, damai dan sejahtera karena sering terjadi keributan serta perselisihan yang menyebabkan pertengkaran dan berakhir dengan perceraian.

Kondisi inilah yang bisa dibilang menjadi pemicu dan membuat anak menjadi murung, sedih yang berkepanjangan serta malu karena orang tuanya telah bercerai dan yang paling parah bisa membuat mereka melakukan hal-hal negatif seperti mulai mencoba rokok, narkoba dan minuman keras. Hal ini yang akhirnya bisa membuat anak kehilangan pegangan serta panutan dalam masa transisi menuju kedewasaan.

Broken home sangat berpengaruh besar pada mental seorang anak. Hal inilah yang mengakibatkan seorang anak jadi tidak ingin beprestasi. Hal ini juga merusak jiwa anak secara perlahan-lahan dan membuat mereka menjadi susah untuk diatur, tidak disiplin dan brutal.

Mereka juga bisa dibilang menjadi pemicu dari suatu kerusuhan karena mereka ingin mencari simpati dari teman-temannya bahkan dari para guru. Untuk menyikapi hal ini perlu diberikan perhatian dan pengerahan yang khusus agar mereka mau sadar dan mau berprestasi.

Masa remaja merupakan masa transisi atau masa peralihan dari masa kanak-kanak menuju kedewasaan. Pada masa inilah remaja akan mulai melakukan banyak hal-hal yang negative pada umumnya. Mereka akan mulai lebih mendengarkan teman-temannya daripada orangtua atau keluarga.

Broken home akan mengalami kemerosotan semangatnya dalam belajar. Anak cenderung malas belajar, mereka tidak mempunyai kemauan dan motivasi lagi untuk belajar. Bisa dilihat dari kehidupan, anak yang berasal dari keluarga broken home mengalami guncangan, malas belajar, dan anak yang berasal dari keluarga utuh, mereka sangat memiliki kemauaan untuk belajar atau menuntut ilmu.

Ada beberapa cara untuk mengatasi broken home.

Pertama, mendekatkan diri kepada Tuhan, bila dalam keluarga mendekatkan diri kepada Tuhan, maka kehidupan akan menjadi damai. Tidak adanya konflik yang tidak terselesaikan, karena mereka menggap bahwa Tuhan akan membantu mereka menunjukkan jalan yang terbaik.

Kedua, berpikir dan berperilaku positif, tidak menjatuhkan tuduhan satu sama lain, tidak saling menyalahkan dan selalu berpikir yang positif.

Ketiga, saling berbagi. Dalam keluarga harus saling berbagi dan menerima. Tak adanya suatu hal yang ditutup tutupi. Dengan seperti ini maka apabila terjadi kesalahpahaman dapat terselesaikan secara bermunyawarah. . Terakhir, mencari kegiatan  yang positif dan bermanfaat.

Dalam rumah tangga yang tidak sehat, yang bermasalah dan penuh dengan pertengkaran-pertengkaran bisa muncul 3 kategori anak:

  1. Anak-anak yang memberontak yang menjadi masalah diluar dan anak yang jadi korban keluarga yang bercerai itu menjadi sangat nakal sekali
  2. Anak korban perceraian jadi gampang marah karena mereka terlalu sering melihat orangtua bertengkar , namun kemarahan juga bisa muncul karena :
    a. Dia harus hidup dalam ketegangan dan dia tidak suka hidup dalam ketegangan
    b. Dia harus kehilangan hidup yang tentram, dan dia jadi marah pada orang tuanya kenapa mereka memberikan hidup yang seperti ini kepadanya
    c. Waktu orang tua bercerai, anak kebanyakan tinggal dengan sang ibu , itu berarti ada yang hilang dalam diri anak yakni figur otoritas , figur seorang ayah
  3. Anak-anak yang bawaannya sedih , mengurung diri dan menjadi depresi . Anak ini juga bisa kehilangan identitas sosialnya.

Gangguan Kejiwaan pada Seorang anak yang Broken Home :

1. Broken Heart

Jika seorang anak yang merupakan laki-laki merasakan kepedihan dan kehancuran hati sehingga memandang hidup ini sia-sia dan mengecewakan. Kecenderungan ini membentuk sang anak menjadi orang yang krisis kasih sayang dan biasanya lari kepada yang bersifat keanehan seksual. Contohnya adalah seks bebas, homoseksual, lesbian (jika anak tersebut adalah seorang wanita), menjadi simpanan orang serta tertarik dengan istri atau suami orang lain dan hal lainnya

2. Broken Relation

Sang anak merasa bahwa tidak ada orang yang perlu di hargai , tidak ada orang yang dapat dipercaya serta tidak ada orang yang dapat diteladani. Kecenderungan ini membentuk anak menjadi orang yang masa bodoh terhadap orang lain, ugal-ugalan, mencari perhatian, kasar, egois, dan tidak mendengar nasihat orang lain serta cenderung semaunya sendiri .

3. Broken Values

Si pemuda kehilangan ”nilai kehidupan” yang benar . Baginya dalam hidup ini tidak ada yang baik , benar atau merusak dan yang ada hanya “yang menyenangkan” dan “yang tidak menyenangkan” . Pada intinya , dia akan melakukan apa yang menyenangkan hatinya dan dia akan menghindari hal yang tidak menyenangkan bagi dirinya.

Kesimpulan

Tanpa disadari orangtua, broken home secara tidak langsung memberikan dampak yang signifikan kepada anak-anaknya. Sangat jarang ada orangtua yang memikirkan konsekuensi dari keputusan tersebut. Dari beberapa dampak yang ditimbulkan, dampak psikologis adalah yang paling melekat. Walaupun begitu, sebenarnya tersedia cara untuk mengatasi broken home. Cara tersebut akan efektif bagi setiap keluarga yang mendambakan keluarga utuh dan harmonis.

Nafi’atul Khusna
Mahasiswi IAIN Pekalongan

Pos terkait

Kirim Artikel Opini, Karya Ilmiah, Karya Sastra atau Rilis Berita ke Media Mahasiswa Indonesia
melalui e-mail: redaksi@mahasiswaindonesia.id
Lalu konfirmasi pengiriman artikel via WA Admin: +62 811-2564-888 (Rahmat Al Kafi)
Ketentuan dan Kriteria Artikel, baca di SINI