Pentingnya Asesmen Diagnostic untuk Pembelajaran Masa Kini

Opini
Ilustrasi: istockphoto

Apa itu asesmen diagnostic? Untuk apa asesmen diagnostic? Nah, kita sebagai calon guru di era modern harus pula mengikuti perkembangan zaman di dunia pendidikan. Pembaharuan dari tahun ke tahun selalu dilakukan pemerintah untuk menciptakan generasi penerus bangsa yang unggul.

Di tahun 2022 di sekolah-sekolah mulai diterapkan Kurikulum Merdeka untuk kelas 1 dan kelas 4 sebagai permulaan. Guru-guru mengikuti pelatihan baik diklat, seminar, ataupun sosialisasi yang bertujuan untuk meningkatkan pemahaman guru terhadap kurikulum yang baru saja launching ini.

Dalam Kurikulum Merdeka bertujuan untuk menciptakan pembelajar yang merdeka, maksudnya peserta didik dapat berkembang sesuai dengan bakat dan minatnya yang telah melekat di dalam dirinya masing-masing.

Bacaan Lainnya

Baca Juga: Dampak Implementasi Kurikulum Merdeka (Kurikulum Prototipe) terhadap Pembelajaran Ekonomi

Untuk menciptakan pembelajaran yang merdeka, sebagai guru perlu mengenal karakteristik dan kebutuhan setiap peserta didiknya. Nah, langkah awal yang perlu dilakukan guru yaitu dengan melakukan asesmen diagnostic sebelum membuat rencana pembelajaran.

Asesmen diagnostic adalah kegiatan penilaian baik sebelum melakukan pembelajaran ataupun di awal pembelajaran guna untuk mengidentifikasi kompetensi, kekuatan, kelemahan peserta didik dari aspek kognitif maupun non kognitif.

Hasil dari asesmen diagnostic itu berguna untuk guru dalam memetakan kebutuhan belajar peserta didik, sehingga guru dapat memilih strategi, model, dan media yang tepat untuk pembelajarannya.

Asesmen diagnostic terdiri dari dua macam yaitu asesmen diagnostic non kognitif dan asesmen diagnostic kognitif. Mengapa guru perlu melakukan kedua asesmen diagnostic tersebut?

Tujuan asesmen diagnostic non kognitif yaitu untuk mengetahui perkembangan psikologi dan sosial emosi peserta didik, latar belakang pergaulan, gaya belajat, karakter, dan minat peserta didik. Jadi untuk asesmen diagnostic non kognitif akan membantu guru mengenali karakter ataupun sifat dan kebutuhan belajar peserta didiknya.

Langkah pelaksanaannya terdiri dari tiga tahapan yaitu persiapan – pelaksanaan – tindak lanjut. Pada tahap persiapan, guru dapat menggunakan gambar ataupun media lainnya dan mempersiapkan lembar observasi aktivitas siswa.

Tahap pelaksanaan, guru dapat meminta siswa untuk menceritakan atau memilih gambar yang disukai dan memberikan alasannya. Tindak lanjut, guru dapat berkomunikasi dengan orangtua terkait karakter anak supaya dapat memperbaiki yang buruk dan mengembangkan yang baik.

Sedangkan untuk asesmen diagnotic kognitif tujuannya untuk mengidentifikasi capaian kompetensi siswa, menyesuaikan pembelajaran di kelas dengan kompetensi rata-rata siswa, serta memberikan kelas remedial atau pelajaran tambahan kepada siswa yang kompetensinya di bawah rata-rata.

Untuk asesmen diagnostic kognitif guru dapat menggunakan nilai siswa di kelas sebelumnya atau memberikan pre tes di awal sebelum melaksanakan pembelajaran.

Baca Juga: Implementasi Kurikulum Merdeka, Akankah Berjalan secara Optimal?

Tomlinson (2001) mengemukakan ada tiga acara untuk memetakan kebutuhan peserta didik yaitu kesiapan belajar peserta didik (readiness), minat peserta didik, dan profil belajar peserta didik.

Setelah melakukan asesmen diagnostic, guru dapat memetakan kebutuhan peserta didik sesuai dengan kesiapan belajar, minat, dan profil belajar peserta didik sehingga pembelajaran yang dilakukan dapat dikelompokkan berdasarkan kemampuan mereka.

Apabila seorang pendidik dapat merancang pembelajaran sesuai dengan kebutuhan siswa, dengan menggunakan model dan media yang sesuai maka hal tersebut dapat menjadikan pembelajaran yang bermakna bagi peserta didik dan menciptakan peserta didik yang merdeka.

Sesuai dengan pendapat Ki Hajar Dewantara dalam mendidik dan mengajar merupakan proses memanusiakan manusia, sehingga dalam mendidik harus memerdekakan manusia dalam segala aspek kehidupannya, baik secara mental, ataupun fisik, dan rohaninya.

Guru diharuskan melakukan diagnosis sederhana ini secara berkala setiap bulan. Karena hasil asesmen berguna untuk melakukan adaptasi materi pembelajaran sesuai tingkat kemampuan peserta didik kelas yang diajarnya. Asesmen diagnosis berkala ini harus dilakukan di setiap kelas untuk semua jenjang pendidikan (Hendriyanto, 2021).

Penulis: 

Novianita, S.Pd. (NIM.1406022146)
Mahasiswa Pendidikan Guru Sekolah Dasar Universitas Negeri Semarang

Editor: Ika Ayuni Lestari

Bahasa: Rahmat Al Kafi

Sumber

https://ditpsd.kemdikbud.go.id/artikel/detail/pentingnya-asesmen-diagnostik-agar-guru-tahu-kelebihan-dan-kelemahan-murid

Tomlinson, A. (2001). Diferentiated Instruction in Mixed Ability Classes (2nd Ed.). USA: VA ASCD

Pos terkait

Kirim Artikel Opini, Karya Ilmiah, Karya Sastra atau Rilis Berita ke Media Mahasiswa Indonesia
melalui e-mail: redaksi@mahasiswaindonesia.id
Lalu konfirmasi pengiriman artikel via WA Admin: +62 811-2564-888 (Rahmat Al Kafi)
Ketentuan dan Kriteria Artikel, baca di SINI