Perjuangan Hidup Dendi Setiadi yang Bercermin dari Pengalaman

Kisah
Dendi Setiadi

Menjalani pendidikan hasil kerja keras sendiri tidaklah mudah, seperti Dendi Setiadi yang mempunyai semangat dalam mencari dan menjalani pendidikan.

Dendi Setiadi (22) merupakan anak terakhir dari dua bersaudara, beliau lahir di Cianjur pada tanggal 30 April 2001, beliau tinggal di Bojongpicung-Cianjur, Provinsi Jawa barat.

Saat ini beliau sedang menjalani pendidikan di Universitas Suryakancana, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pengetahuan, Program Studi Pendidikan Matematika. Sebelumnya beliau kuliah di STIKIP Bandung, tetapi saat ayahnya meninggal, beliau lalu pindah ke Universitas Suryakancana, alasan beliau pindah yaitu agar dekat dengan keluarga dan bisa menjaga ibunya.

Bacaan Lainnya

Baca Juga: Kisah Inspiratif: Ibu Widya Pratiwi Lulusan Sarjana Pendidikan yang Menjadi Kepala UPTD Pasar Cipanas

Menurutnya, “Definisi hidup adalah perjuangan merupakan kesuksesan seseorang tergantung orang itu sendiri, meskipun kita orang berada atau tidak tetap kehidupannya harus diperjuangkan sendiri karena kehidupan akan selalu berputar, dan seseorang akan merasakan keberhasilan apabila tujuannya sudah dicapai dengan melalui perjuangan.”

Aktivitas sehari-hari yang dilakukan selain jadi mahasiswa, beliau juga mengajar dan menjadi Pembina OSIS di salah satu sekolah swasta yaitu di SMKI-Hirshulfata al-Ghina, beliau mengajar mata pelajaran dasar desain grafis, simulasi digital, dan administrasi sistem jaringan, beliau mengajar di kelas 10, 11, dan 12.

Dulu beliau tidak pernah bercita-cita menjadi seorang guru, namun situasi yang membawa dia harus menjadi seorang guru mengajar.

Beliau kuliah sekaligus bekerja, setelah pulang kuliah beliau bekerja untuk biaya kuliah. Dengan sedikit demi sedikit uang hasil kerja tersebut ditabung dan disisihkan untuk ibu tercinta serta menabung untuk menikah di masa depan nanti.

Dan yang memotivasi beliau adalah dirinya sendiri. Menurutnya, “Motivasi diri saya yaitu berusaha terus agar bisa bermanfaat bagi orang lain, saya termotivasi untuk membuat bangga orang tua saya, dan saya termotivasi untuk selalu membahagiakan calon istri saya.”

Perjalanan hidup dari kecil beliau sampai sekarang sudah meraih beberapa prestasi, dari mulai SD, SMP-SMA beliau meraih ranking 1 dan 2, serta beliau menjuarai beberapa perlombaan seperti Juara 2 O2SN Kabupaten Cianjur (2018) Cabang Bulutangkis Putra.

Juara 2 O2SN Kabupaten Cianjur (2019) Cabang Bulutangkis Campuran, Juara 2 Bulutangkis pada Peringatan Hari Pramuka (2019), Pemain Terbaik Bulutangkis Putra (2019/2020), serta pernah menjadi Wakil Ketua Rohis (2018-2019), Ketua OSIS (2018-2019), dan Ketua Ekstrakurikuler Bulutangkis (2017-2019).

Dokumentasi Prestasi yang Sudah Diraih.

Baca Juga: Kisah Inspiratif: Lutpi Sarjana Pendobrak Kata, sang Hoarder Peraih Cita

Lalu di organisasi perkuliahannya pernah dipercayai menjadi Ketua Pansus dan juga menjadi Ketua Pelaksana Acara Gempar.

Di mana dari pengalaman jadi Ketua Gempar tersebut, beliau menjadi lebih bisa berkomunikasi dengan masyarakat khususnya di bidang pendidikan, mendapat relasi yg luas, dan juga mengelola sebuah tim untuk mensukseskan sebuah acara yang besar dan alhamdulilah sukses. Dan juga dipercayai menjadi pembina osis di sekolah tempat mengajarnya.

Kata beliau, “Proses meraih tersebut dengan cara ‘Bekerja keras, berlatih setiap hari, dan tentunya dengan berdoa kepada Allah SWT, serta harus selalu menghormati orang tua.”

Beliau sangat bersyukur dibalik prestasi yang diraihnya, selalu banyak dukungan dari keluarga dan teman dekatnya.

Yang belum diraih beliau saat ini yaitu gelar S.Pd.-nya, beliau ingin menjalani pendidikan ini dengan sungguh-sungguh, agar mendapatkan suatu pengetahuan yang lebih baik untuk kedepannya.

Beliau juga pernah bekerja di salah satu industri di Cikarang Jawa Barat. Tepatnya di PT. Tri Saudara Sentosa Industri, yaitu perusahaan yang bergerak di bidang molding.

Bisa dibilang sebuah keberuntungan yang mana untuk bisa bekerja di industri Cikarang biasanya harus ada administrasi yang dibayarkan kepada pihak ketiga dan beliau lulus diterima bekerja secara murni dengan melalui tes-tes yang diselenggarakan perusahaan.

Setelah kurang lebih 5 bulan beliau bekerja, mulai banyak diberitakan tentang penyebaran Covid-19 yang mulai masuk ke Indonesia di akhir tahun 2019 dan saat itu beliau memutuskan untuk pulang ke kampung halamannya dan memanfaatkan sisa tabungan hasil bekerja untuk melanjutkan pendidikan.

Kesulitan terbesar selama hidup beliau ketika ayahnya meninggal, sampai akhirnya beliau harus kehilangan ayahnya saat Covid-19.

Padahal sebelumnya yang sakit terlebih dahulu adalah dirinya, beliau kaget dan benar-benar merasa kehilangan ketika ayahnya yang meninggal pada saat itu, sampai-sampai beliau tidak ingin keluar rumah, dan berdiam di rumah, tidak mau berkomunikasi dengan siapa-siapa. Waktu itu beliau tidak tahu cara apa yang bisa membuatnya bangkit dari keterpurukan dan kesedihannya.

Baca Juga: Kisah Inspiratif Dinun si Kecil Cabai Rawit Mahasiswa PBSI Universitas Suryakancana

Dan alasan beliau bangkit sampai saat ini adalah dengan berjalannya waktu dengan disemangati orang-orang terdekat terutama ibunya, sehingga beliau bisa bangkit dari keterpurukan itu.

Beliau belajar dari semuanya, beliau berubah ingin jadi lebih baik, ingin membanggakan orang tua dan keluarga, ingin ayahnya bangga padanya, “Meskipun ayah hanya bisa melihat di atas sana, tapi saya yakin ayah selalu di dekat saya untuk mendukung saya.” Beliau sekarang benar-benar mandiri, membiayai hidup dan kuliah hasil kerja sendiri.

Penulis dan narasumber.

Dan harapan beliau kedepannya adalah, “Saya berharap kedepannya mudah-mudahan saya segera menyelesaikan pendidikan dan membuat ibu saya bangga sama saya, dan bisa bermanfaat bagi orang lain.”

Dan kesuksesan yang sudah diraih beliau adalah, “Saya merasa sukses ketika hati saya merasa senang melihat orang lain senang, dengan hati yang tenang saya sudah merasa sukses, begitu pun kegiatan yang ingin dilakukan terus yaitu yang membuat saya merasa senang dan merasa tenang, kuliah sekaligus bekerja memang berat dan capek tetapi seiring berjalannya waktu dan dilakukan dengan ikhlas insya Allah akan terasa mudah.”

Penulis: Sella Nurapni Usmalia
Mahasiswa Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Suryakancana

Editor: Ika Ayuni Lestari     

Bahasa: Rahmat Al Kafi

Pos terkait

Kirim Artikel Opini, Karya Ilmiah, Karya Sastra atau Rilis Berita ke Media Mahasiswa Indonesia
melalui e-mail: redaksi@mahasiswaindonesia.id
Lalu konfirmasi pengiriman artikel via WA Admin: +62 811-2564-888 (Rahmat Al Kafi)
Ketentuan dan Kriteria Artikel, baca di SINI