Problematika Pembelajaran Sastra di Indonesia

problematika pembelajaran sastra indonesia

Pada hakikatnya, sastra merupakan sebuah karya yang berawal dari imajinasi atau pengalaman piskologis seseorang yang mempengaruhi penulis untuk menceritakan berbagi pengalamannya melalui sebuah karya baik secara tertulis maupun tidak tertulis sehingga cerita tersebut menghasilkan sebuah karya yang bernama sastra.

Seperti kita ketahui bahwa gerakan literasi di sekolah merupakan upaya untuk meningkatkan minat baca seorang peserta didik sehingga peserta didik mampu menerapkan dalam kehidupan sehari-hari untuk menyimak, berbicara, membaca dan menulis. Pada kesempatan ini penulis memilih pembahasan problematika pembelajaran sastra di Indonesia untuk memberikan opini tentang pembelajaran sastra.

Berbicara tentang sastra, bahkan tidak ada habisnya untuk menghubungkan pembentukan karakter seseorang sebab sastra tidak hanya semata-mata karya sastra yang dihasilkan imajinasi penulis. Setiap karya sastra mengajarkan kita untuk menyampaikan opini yang berbeda sebab karya sastra bersifat multitafsir atau memiliki pemahaman berbeda.

Bacaan Lainnya

Pembelajaran sastra di sekolah sering dianggap kurang efektif sebab beberapa masyarakat berpendapat bahwa sastra hanya sebuah cerita karya tulis namun, apabila kita mempelajari ternyata sastra bukan hanya sekadar karya atau hanya sekadar teori, padahal sastra mengajarkan peserta didik untuk meningkatkan keterampilan menyimak, berbicara, membaca, dan menulis.

Keterampilan menyimak pada karya sastra membantu peserta didik  untuk meningkatkan daya ingat sebab ketika menyimak suatu cerita tentu kita akan membayangkan dengan imajinasi kita bagaimana cerita tersebut bisa terjadi selanjutnya, peserta didik akan belajar berbicara apa saja yang diperoleh ketika menyimak sebuah cerita.

Berbicara di sini melatih peserta didik untuk menyampaikan opini mereka terhadap suatu permasalahan. Membaca karya sastra selain meningkatkan litersi peserta didik mampu melatih otak untuk berfikir lebih kritis maupun menganalisis masalah yang tersaji dalam sebuah cerita selanjutnya, peserta didik menulis sudah berhasil membaca buku apa saja dalam jangka waktu yang ditentukan, melatih keterampilan menulis peserta didik. Oleh sebab itu, membaca karya sastra mampu membuat para peserta didik lebih produktif.

Salah satu faktor penyebab problematika dalam pembelajaran sastra, yaitu rendahnya minat baca terhadap karya sastra lalu, bagaimana solusi yang harus dilakukan supaya problematika pembelajaran sastra mampu teratasi.

Solusi yang harus dilakukan pedidik, yaitu mengajarkan jika peserta didik membaca buku pilihlah tema yang sesuai dengan minat. Selain itu, pendidik mengajarkan sastra dengan pendekatan pragmantik, yaitu memilih tema pembelajaran bersumber dari lingkungan sekitar dan kebutuhan peserta didik dalam membaca yang akan memudahkan peserta didik dalam mengapresiasi karya sastra secara optimal yang bedasarkan pengalaman hidupnya. 

Walaupun demikian, bagaimana menciptakan strategi pembelajaran sastra yang menyenangkan sehingga para peserta didik menanamkan kerinduan terhadap pembelajaran sastra. Sebenarnya, pendidik harus menciptakan ruang belajar yang mampu menjadikan  kebahagiaan sehingga peserta didik nyaman untuk belajar sastra.

Pendidik memperkenalkan sastra melalui dongeng atau membacakan puisi dengan kata lain, seorang pendidik harus menciptakan pembelajaran yang menyenangkan, hangat, serta bermanfaat. Kiat belajar seperti inilah dinilai ampuh menghilangkan kejenuhan peserta didik. Dengan demikian, mampu meningkatkan kebahagiaan, kerinduan dan minat untuk belajar sastra lebih baik.

Namun apakah semua sastra aman untuk dibaca anak-anak. Pertanyaan itu selalu menjadi perbincangan masyarakat sebab terdapat beberapa karya sastra yang tidak diperuntukan oleh anak-anak walaupun demikian, bebrapa para ahli mengatakan sastra anak adalah karya sastra yang secara khusus dapat dipahami oleh anak-anak dan berisi tentang dunia yang akrab dengan anak-anak, yaitu anak yang berusia antara 3-12 tahun. (Puryanto, 2008 : 2)

Jika demikian, bagaimana seandainya karya sastra yang dibaca oleh anak-anak tidak sesuai dengan usia mereka sebab terdapat alur cerita yang tidak seharusnya anak-anak baca contohnya, ketika seorang anak membaca karya sastra yang terdapat alur cerita kekerasan, pencurian, gangguan kejiwaan seseorang.

Bagaimana upaya  yang harus dilakukan pendidik? Pendidik memberikan arahan bahwa sebuah karya sastra yang memiliki alur cerita tersebut tidak selamannya buruk sebab setiap alur cerita yang dibuat memiliki sisi yang baik dengan kata lain, kita mampu memetik hikmah dari cerita tersebut selain itu, pendidik mampu mendiskusikan kepada peserta didik bagaimana opini mereka tentang peristiwa tersebut.

Dengan demikian, keterampilan membaca dan menulis berhubungan erat dengan pembelajaran dalam  sastra sebab mempelajari sastra bukan hanya sekadar teori yang membahas definisi sastra, sejarah sastra namun, pembelajaran sastra mampu meningkatkan daya ingat peserta didik, melatih berbicara untuk menyampaikan opini terhadap suatu permasalahan, meningkatkan kemampuan minat baca peserta didik, melatih keterampilan peserta didik dalam menulis.

Sebagai kesimpulan, pembelajaran sastra tidak hanya memperluas pengetahuan dan wawasan dalam bidang bahasa dan sastra selain itu, mempelajari sastra dianggap sebagai bentuk menghargai karya-karya sastra dari penggarang lama. Sehingga dengan adanya mempelajari sejarah sastra menjadikan genarasi penerus bangsa untuk meningkatkan literasi serta menghasilkan generasi yang berprestasi.

Penulis: Nurul Suci Damayanti
Mahasiswa Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia UIN Syarif Hidayatullah

Sumber:

Puryanto, Edi. 2008. Konsumsi Anak dalam Teks Sastra di Sekolah. Makalah dalam Konferensi Internasional Kesusasteraan XIX HISKI

Susanti, Elvi. Keterampilan Menyimak. Bogor: In Media, 2020.

Pos terkait

Kirim Artikel Opini, Karya Ilmiah, Karya Sastra atau Rilis Berita ke Media Mahasiswa Indonesia
melalui e-mail: redaksi@mahasiswaindonesia.id
Lalu konfirmasi pengiriman artikel via WA Admin: +62 811-2564-888 (Rahmat Al Kafi)
Ketentuan dan Kriteria Artikel, baca di SINI