Efektivitas Daun Kelor (Moringa Oleifera) dalam Menurunkan Gula Darah pada Pasien Diabetes Melitus.

Daun Kelor
Daun Kelor (Sumber: Penulis)

Kelor (Moringa oleifera) merupakan jenis tanaman yang berasal dari India, daun kelor juga biasanya juga dikenal dengan istilah malungay, pohon stik drum, saijihan, dan pohon lobak. Daun kelor (Moringa oleifera) merupakan pohon yang berasal dari India Barat Laut.

Seiring dengan perkembangan zaman, tanaman ini banyak terdapat di negara-negara lainnya seperti Asia Tenggara, Afrika, dan Amerika Serikat. Kelor, selain bermanfaat untuk sayuran juga dimanfaatkan oleh masyarajat banyak untuk kesehatan.

Daun kelor merupakan sayuran yang berasal dari Ordo Brassica, yang termasuk dalam famili moringaceae. Daun kelor merupakan jenis tanaman yang banyak digunakan oleh masyarakat untuk pengobatan tradisional, salah satunya adalah untuk menurunkan kadar gula darah pada pasien diabetes melitus. Alkaloid, saponin, moringin, moringinin, dan minyak atsiri merupakan seyawa-senyawa yang terkandung dalam daun kelor (Krisnadi, A.D., 2015).

Bacaan Lainnya

Diabetes Melitus (DM) adalah salah satu penyakit kronik yang berkaitan dengan metabolisme karbihidrat, protein dan lemak. Hiperglikemia akibat kelainan sekresi insulin dan kerja insulin merupakan gejala dari penyakit metabolik dari Diabetes Melitus (DM).

Diabetes melitus kondisi yang mengakibatkan kadar glukosa dalam darah meningkat. Pada penyakit ini, penderita  mengalami kelainan metabolisme yang mana pada saat proses penyerapan dilakukan oleh tubuh, tubuh tidak bisa menggunakan insulin dengan normal.

Indonesia sekarang berada pada urutan ke-4 dengan jumlah penderita diabetes melitus sebanyak 8,4 juta. Diabetes melitus adalah kelainan yang disebabkan karena buruknya kontrol glukosa akibat resistensi insulin yang disebabkan rusaknya sel β-pankreas kontrol glukosa yang buruk mengakibatkan meningkatnya kadar glukosa dalam darah (Oguntibeju, 2019).

Karena keterbatasan biaya terapi untuk pengobatan diabetes melitus menyebabkan baanyaknya tingkat kematian pada penderita. Oleh sebab itu, masyarakat mulai beralih pada pengobatan alternatif  atau tradisional.

Baca juga: Daun Kelor (Moringa Oleifera), si Kecil dengan Segudang Manfaat Terutama sebagai Anti-Hiperglikemia

Daun kelor merupakan salah satu contoh pengobatan tradisional untuk diabetes melitus. Selain karena biayanya mahal obat sintesis juga mengakibatkan resiko terjadinya kerusakan organ secara permanen (Kurniasih,dkk, 2006).

Dikutip dari penelitian, berdasarkan diagnosis oleh dokter kepada masyarakat umur di atas 15 tahun dari hasil Riskesdas 2018 di Negara Indonesia sebanyak 2,0%. Sedangkan, prevalensi diabetes melitus pada tahun 2018 berdasarkan faktor usia penderita diabetes melitus tertinggi pada rentang 55-64 tahun dan 65-75 tahun. Penyakit diabetes melitus ini banyak diderita oleh perempuan dengan persentasin (1,8%) dan pada pria adalah (1,2%).

Dikutip dari penelitian, bahwa ekstrak daun kelor (moringa oleifera) memperlihatkan aktivitas antioksidan yang dapat menyerang radikas bebas, dan mencegah kerusakan oksidatif pada biomolekul utama. Salah satu studi perbandingan juga menunjukkan bahwa ekstrak daun kelor ini menunjukkan nilai antioksidan enzimatik dan non-enzimatik lebih baik.

Menurut American Diabetes Assiciation (ADA) ada beberapa klasifikasi DM di antaranya:

1. DM tipe 1

DM tipe ini,disebabkan oleh disfungsi autoimun mengakibatkan kerusakan sel-sel beta pada pankreas. DM tipe ini sering kali menyerang pada etnik keturunan Afrika, Amerika, dan Asia serta biasanya terjadi pada usia yang muda.

2. DM tipe 2

Pada DM tipe ini,insulin tetap dihasilkan oleh pankreas.tetapi,kadar insulin sedikit menurun atau berada dalam rentang normal. Oleh sebab itu, DM tipe ini disebut juga Non Insulin Deoenden Diabetes Mellitus dan biasanya terjadi pada usia diatas 65 tahun.

3. Diabetes Gestasional

 DM tipe ini diketahui selama masa kehamilan dan dapat mempengaruhi kehamilan.faktor resiko dari DM ini adalah usia tua,obesitas,dan riwayat keluarga.

4. Diabetes Tipe Lain

Tipe DM defek genetik, fungsi sel beta, penyakit pankreas dan endokrinpati (Soegondo dan Subekti, 2015)

Menurut Parkeni (2015) gejala-gejala DM seperti berikut, di antaranya:

Gejala pada DM seperti polyuria, penurunan berat badan, kesemutan, gatal-gatal, mata buram, disfungsi ereksi pada pria, dan pruritus vulva pada perempuan. Manifestasi yang sering terjadi adalah poliuri dan polidipsi.

Poliuri dan polidipsi terjadi karena kekurangna cairan yang berlebih. Pasien juga dapat mengalami poliphagi karena kondisi dari metabolik,yang mana diinduksi karena adanya defisiensi insulin dan pemecahan lemak serta protein.  

Kadar glukosa yang tinggi akan mengakibatkan proses filtrasi yang melebihi batas maksimum yang mengakibatkan kadar glukosa dalam darah masuk kedalam urin yang menyebabkan terjadinya dieresis osmotic yang ditandai dengan pengeluaran urin yang berlebih.

Tingginya kadar cairan yang keluar mengakibatkan sensasi rasa haus. Glukosa yang hilang melalui urin tadi, mengakibatkan berkurangnya glukosa yang akan diubah menjadi energi, yang mengakibatkan rasa lapar yang meningkat.

Penderita penyakit DM membutuhkan farmakoterapi contohnya seperti insulin atau bias juga mengkonsumsi ibat antidiabetes lainnya. Obat-obat tersebut memiliki manfaat atau khasiat tetapi juga memiliki efek samping yang tidak dikehendaki, contohnya bertambahnya berat badan, toksisitas pada hati, dan hipoglikemia.

Oleh karena itu, ada pilihan terapi lainnya seperti terapi herbal yang digunankan untuk menghambat dan menyembuhkan penderita diabetes melitus. Tanaman itu berasal dari bahan alami, seperti daun kelor (Moringa Oleifera). Tanaman ini dikenal oleh masyarakat seluruh dunia sebagai pengobatan suatu penyakit seperti diabetes melitus.

Dikutip dari penelitian, mekanisme daun kelor dapat membantu menurunkan kadar glukosa dalam darah:

Daun kelor mengandung antioksidan, seperti quecetindan chlorogenic acid yang dapat membantu mengurangi stes oksidatif dan peradangan dalam tubuh. Stres oksidatif dan peradangan berperan dalam resistensi insulin, yang dapat meningkatkan resiko diabetes. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa daun kelor dapat meningkatkan sensitivitas insulin, sehingga membantu tubuh mengelola glukosa dengan lebih efiseien.

Menurut Syamra (2018) berikut cara pembuatan rebusan daun kelor:

  1. 300 mg daun kelor dicuci bersih,
  2. Kemudian direbus dalam 450 ml air, direbus selama 15 menit hingga air rebusan menjadi 1 gelas/150 ml, kemudian disaring dan tunggu beberapa menit hingga hangat.
  3. Sebelum memberikan rebusan daun kelor kepada pasien dilakukan pemeriksaan gula darah terlebih dahulu secara manual,
  4. Kemudian pasien dianjurkan untuk minum dan selanjutnya rebusan daun kelor ditunggu selama 5-7 jam bereaksinya di dalam tubuh.

Pemberian rebusan daun kelor diberikan selama 1 x sehari. Pemberian air rebusan daun kelor kepada penderita selama 5 hari diperoleh hasil gula darah pada hari pertama 505 mg/dl, hari kedua 505 mg/dl, hari ketiga 500 mg/dl, hari ke empat 480 mg/dl, dan hari ke lima menjadi 459 mg/dl, sehingga terjadi penurunan sebanyak 46 mg/dl.

Dari pernyataan di atas, dapat disimpulkan bahwa memberikan terapi air rebusan daun kelor dapat menurunkan kadar gula darah. Daun kelor berfungsi sebagai antiglikemik, karena kandungan flovanoid dalam daun kelor akan meningkatkan metabolisme glukosa yang mengubah glukosa menjadi energi, meningkatkan sensitifitas sel terhadap insulin sehingga kadar glukosa darah menurun (Atmaja et al., 2021). Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Age (2021) bahwa terdapat penurunan gula darah pada saat mengkonsumsi air rebusan daun kelor.

 

Penulis: Restu Syifanebila
Mahasiswa S1 Farmasi, Sekolah Tinggi Ilmu Farmasi Padang

Editor: Salwa Alifah Yusrina
Bahasa: Rahmat Al Kafi  

 

Ikuti berita terbaru Media Mahasiswa Indonesia di Google News

Pos terkait

Kirim Artikel Opini, Karya Ilmiah, Karya Sastra atau Rilis Berita ke Media Mahasiswa Indonesia
melalui e-mail: redaksi@mahasiswaindonesia.id
Lalu konfirmasi pengiriman artikel via WA Admin: +62 811-2564-888 (Rahmat Al Kafi)
Ketentuan dan Kriteria Artikel, baca di SINI