Menjadi Seorang Ibu Rumah Tangga, Mahasiswa dan Penulis Cerpen Antologi. Kok Bisa?

Mahasiswa dan Penulis Cerpen

Menjadi seorang ibu rumah tangga tidaklah mudah. Pilihan hidup yang harus dijalani ketika memutuskan untuk menjadi full time mother bersama anak-anak dengan mengurus segala kebutuhan rumah tangga. Mulai dari bangun tidur hingga tidur kembali dan mengatur ritme kehidupannya setiap hari bahkan tanpa batas waktu.

Lalu, bagaimana jika seorang ibu rumah tangga, menjalani profesi lainnya sebagai penulis cerpen antologi, sekaligus menjadi salah seorang mahasiswa aktif yang sudah tentu tugas-tugas kampus yang diberikan oleh para dosen dengan due date pengumpulan tugasnya terkadang begitu dekat untuk di kumpulkan?

Hal ini sudah pasti menjadi sebuah dilema dan sudah pasti orang lain akan berpikir dan melihat dengan sebelah mata yang hanya bekerja di rumah mengurus keperluan rumah tangga dan mengurus anak saja tidak akan bisa menjalani 3 (tiga) profesi sekaligus dalam satu waktu.

Bacaan Lainnya

Baca Juga: Mahasiswa asal Sidrap Tulis Buku Seni Belajar Hukum

Motivasi ini dapat menjadi suatu perspektif yang berbeda bagi kaum perempuan, khususnya seorang ibu rumah tangga. Ini merupakan hal positif yang dapat dikembangkan agar sang ibu dapat terus berkarya, berkontribusi dalam membangun peradaban baru di dunia revolusi digital yang semakin canggih saat ini.

Banyak sekali potensi yang dapat di gali dari seorang ibu rumah tangga. Mulai dari menulis, menjalani bisnis bahkan melanjutkan pendidikannya di perguruan tinggi dan lain sebagainya. Tujuannya agar turut serta dalam mencerdaskan kehidupan bangsa bagi anak-anaknya kelak.

Time Management dan Tetap Produktif di Dalam Rumah

Menurut penelitian yang penulis temui di lapangan. Bahwa seorang ibu rumah tangga pun bisa tetap produktif dan berkarya, asalkan adanya dukungan dari keluarga terdekat, khususnya suami. Support system ini menjadi kekuatan penuh bagi sosok ibu rumah tangga dalam mengembangkan minat serta bakatnya selama ia berada di dalam rumah.

Apalagi di masa pandemi yang belum usai, tentunya membuat para ibu rumah tangga mengatur ulang jadwal kesibukannya di dalam rumah. Baik itu untuk suaminya, anak-anaknya serta dirinya sendiri. Tak jarang kejenuhan dalam rutinitasnya membuat sang ibu mudah untuk berpikir buruk tentang apa pun. Atau yang biasa kita disebut overthinking dengan kehidupannya saat ini.

Perlukah seorang ibu rumah tangga produktif di dalam rumah? Menurut saya itu perlu dilakukan. Karena untuk menggali kemampuan atas hal-hal yang disadari atau tidak disadari oleh si ibu rumah tangga, agar selalu ingat bahwa Tuhan menciptakan setiap manusia dengan keunikan atau keistimewaan yang sudah ada sejak ia lahir ke dunia.

Baca Juga: Kampanye Perempuan Melalui Sastra

Menjadi seseorang yang bermanfaat untuk dirinya, kemudian ini akan berimbas pada keluarga kecilnya. Contohnya dengan menulis. Kegiatan ini dapat menjadi terapi jiwa atau healing dalam mengungkapkan apa yang hendak di ceritakan melalui tulisan sebuah cerita pendek atau pun dituangkan ke dalam sebuah buku diary. Tujuannya agar esok bisa lebih baik dari pada hari ini. Mengapa demikian? Karena tulisan yang sudah dibuatnya dapat menjadi pemantik untuk dirinya menjalani aktivitas kehidupan setiap hari.

Hal lainnya yang dapat dilakukan adalah dengan berbisnis atau belajar secara akademis menambah ilmu di kampus pilihan sebagai seorang mahasiswa. Agar dapat meningkatkan cara berpikir, menelaah suatu masalah melalui sudut pandang yang berbeda.

Kondisi ini memiliki pengaruh besar untuk seorang ibu rumah tangga agar mampu berpikir luas dan dapat mengatasi masalah dengan kepala dingin. Hal ini sangat di dukung oleh suasana belajar yang menyenangkan di dalam kelas bersama teman-teman serta para dosen yang terkait pada pembelajaran mata kuliah yang si ibu pilih. Secara psikologis dan mental ini berdampak baik untuknya sebagai cerminan bagi anak-anaknya.

Bagaimana caranya mengatur semua kegiatan di rumah? Yaitu dengan membuat jadwal dan waktu kegiatan apa saja yang si ibu lakukan di rumah. Tulislah semua kegiatan yang hendak dan sudah kita kerjakan itu ke dalam sebuah notes atau catatan sebagai pengingat agar nanti dapat si ibu koreksi di kemudian hari. Kemudian, evaluasi kembali kegiatan apa saja yang sudah dilakukan atau belum dikerjakan?

Bagaimana dengan prosesnya? Hasilnya, bagaimana? Dari menulis itulah dapat diketahui aktivitas apa saja yang sudah sesuai dengan harapan dan tentunya hal yang menyenangkan juga dirasakan oleh si ibu ketika targetnya tercapai.  Inilah yang menjadi kesempatan bagi sang ibu untuk terus menulis dan belajar. Ini mampu melatih otak sang ibu dalam mengungkapkan pendapat maupun dalam menceritakan kesehariannya selama di rumah.

Belajar Berpikir Positif dan Memilih Teman yang Baik

Belajar dimana pun, kapan pun, lakukan lah jika ada kesempatannya. Ini berguna untuk menunjang pribadi, karakter sang ibu tersebut agar selalu berpikir positif dan tangguh dalam kondisi apa pun yang dihadapinya. Sarana belajar di era new normal saat ini sudah dimudahkan dengan pembelajaran daring (dalam jaringan internet) atau online.

Kemudahan teknologi dan sistem jaringan internet juga kita gunakan untuk berkarya melalui tulisan. Belajar via aplikasi seperti Zoom, Google Meet, Skype dan lain-lain. Kekuatan berpikir positif dapat membangun kepercayaan diri, sehingga dirinya menjadi perempuan yang hebat dengan kesanggupannya sebagai seorang ibu rumah tangga sekaligus mahasiswa dan penulis cerpen antologi. Berpikir positif juga mampu memberikan kenikmatan hidup. Tentunya selain rezeki yang berlimpah dari Tuhan Yang Maha Esa serta kesehatan yang prima.

Baca Juga: Dorong Semangat Menulis, KESA Selenggarakan Pelatihan Jurnalistik

Meskipun seorang ibu hanya berada di dalam rumah, tetapi berhak memilih teman yang baik untuknya dalam berinteraksi. Gunakan sarana belajar di kampus maupun di dunia literasi untuk mencari teman yang baik. Ini akan membawa pengaruh baik untuk kehidupannya.

Segala aktivitasnya seolah mencerminkan teman yang berada di dekatnya. Tentunya ini tak luput dari seleksi alam. Komunikasi, saling bertukar pendapat maupun berpikir kritis ini pun menjadi indikator utama untuk si ibu mengetahui, apakah teman yang sedang bersama ibu tersebut, baik atau tidak?.

Akhirnya, menjadi ibu itu memang dituntut harus cerdas dalam berpikir, pintar dalam mengatur waktu dan kuat dalam menghadapi segala problematika kehidupan tanpa harus dikeluhkan. Kunci agar seorang ibu rumah tangga bahagia adalah dengan menyupport, memberi ruang untuk berekspresi dan berkarya. Itu akan menjadikan sang ibu “merdeka” dalam memperjuangkan hak dalam menuntut ilmu dan mengembangkan kecapakannya di bidang lainnya selain mengurus anak dan kebutuhan rumah lainnya.

Irma Rahmashanti
Mahasiswa Universitas Al Azhar Indonesia, Jakarta

Editor: Diana Pratiwi

Pos terkait

Kirim Artikel Opini, Karya Ilmiah, Karya Sastra atau Rilis Berita ke Media Mahasiswa Indonesia
melalui e-mail: redaksi@mahasiswaindonesia.id
Lalu konfirmasi pengiriman artikel via WA Admin: +62 811-2564-888 (Rahmat Al Kafi)
Ketentuan dan Kriteria Artikel, baca di SINI