Unsur Intrinsik dalam Novel “Hati Yang Damai” Karya Nh. Dini

opini
Sumber Gambar: Hasil Editan dengan Aplikasi Canva.

Novel atau Novella merupakan produksi dari salah satu jenis karya sastra yang terdiri dari 35.000 kata untuk jumlah minimalnya berisikan cerita pendek dalam bentuk prosa yang memiliki berbagai macam genre.

Unsur intrinsik merupakan unsur yang secara langsung turut serta membangun cerita, berfungsi menyebutkan sebagian saja misalnya: peristiwa, cerita, plot, penokohan, tema, latar, sudut pandang, penceritaan, bahasa atau gaya bahasa, dan lain-lain.

Adanya unsur intrinsik sangat penting untuk menyusun sebuah karya sastra yang sengaja dibuat untuk mempermudah menganalisis sebuah novel atau pun karya lain yang di dalamnya memiliki kesamaan dengan dunia nyata oleh pengarang dan dilengkapi dengan berbagai peristiwa yang terjadi.

Bacaan Lainnya

Baca Juga: Merangsang Peningkatan Literasi Siswa dengan Pojok Baca

Di dalam Novel Hati yang Damai karya Nh. Dini terdapat unsur intrinsik yang membangun cerita tentang rumah tangga sehingga hasil karya penulis sastra angkatan 60-70an ini diminati banyak orang. Hal tersebut yang membuat saya ingin menulis apa saja unsur intrinsik di dalam novel.

Tema di dalam novel berjudul Hati yang Damai, saya menangkap isinya dan melihat hal yang terkandung, novel ini menginginkan kedamaian hati seorang wanita yang menyandang sebagai istri dengan rasa takut, gelisah, dan cemas yang dilandanya dari seorang laki-laki yang sangat mencintainya berprofesi sebagai penerbang.

Kemudian terdapat jelas tokoh dan penokohan dalam novel karya Nh. Dini yang mendukung cerita semakin disukai banyak orang. Saya membaca ada tokoh Dati sebagai pemeran utama karena dari awal hingga akhir dia selalu dimunculkan terus-menerus.

Secara sosiologis yang tertera, Dati merupakan istri sah dari seorang tentara, secara fisiologis ia memiliki paras manis dan berusia muda, memiliki sifat yang tertutup, pemalu, dan berjiwa sosial rendah sehingga susah bergaul dengan lingkungan, Ia menempati posisi sebagai tokoh protagonis.

Selanjutnya, ada tokoh Wija, suami dari Dati, yang berprofesi sebagai tentara dari regu penerbang, menempati posisi sebagai tokoh tambahan, Wija memiliki rasa nasionalisme yang tinggi, memiliki postur yang ideal, lembut serta penyayang, jujur dan selalu terbuka, seorang lelaki yang bertanggungjawab dan setia terhadap istrinya.

Selanjutnya terdapat tokoh Sidik yang berperan sebagai mantan pacar Dati, menempati sebagai tokoh berkembang. Pada mulanya sikap Sidik lembut dan sopan kemudian Ia menjadi pejabat di pemerintahan dan berubah karena lingkungan menjadi egois, tidak mengerti Dati, bejat karena harta dan jabatan yang dimilikinya kerap meniduri berbagai jenis perempuan.

Kemudian terdapat tokoh Nardi yang berperan sebagai sahabat Sidik sewaktu sekolah dulu, menempatkan posisi sebagai tokoh berkembang. Secara sosiologis Nardi menjadi dokter tentara di Angkatan Laut, secara fisiologis sosok Nardi mempunyai perangai yang buruk yaitu kasar dan tidak sopan, pecundang, menghianati hubungan persahabatan, egois. Saat Ia menyandang sebagai gelar dokter memiliki rasa nasionalisme kemanusiaan yang tinggi.

Kemudian terdapat tokoh Jat sebagai kakak laki-laki Dati, menempati posisi sebagai tokoh sederhana karena memiliki kualitas pribadi tertentu dan tidak memiliki watak lain yang mengejutkan pembaca. Selanjutnya ada tokoh yang bernama Asti, berperan sebagai kakak ipar Dati, yang menempati posisi tokoh sederhana karena hanya mewakili sifat tertentu saja.

Baca Juga: Pertunjukan Seni Teater Ketika Iblis Menikahi Seorang Perempuan

Selain tema, tokoh, dan penokohan, di novel ini saya melihat dengan jelas terdapat alur yang mendukung di antaranya, tahap penyituasian di mana pengenalan latar beserta tokoh dalam sebuah cerita, selanjutnya terdapat tahap pemunculan konflik di mana konflik berkembang saat Wija ditugaskan pergi ke daerah Sumatera dan Dati khawatir dengan suaminya, kemudian terdapat tahap peningkatan konflik di mana konflik tersebut berkembang dengan kadar intensitas yang tinggi sehingga peristiwa menjadi amat menegangkan dan mencekam.

Konflik inilah yang kemudian mengarah ke klimaks dalam sebuah cerita. Peningkatan konflik dalam Hati yang Damai terjadi saat Sidik dan Nardi datang kembali ke dalam kehidupan Dati. Kehadiran mereka justru pada saat yang tidak tepat.

Selanjutnya masih disambung dengan tahap klimaks dari cerita, di mana tokoh Dati dalam novel Hati yang Damai mengalami puncak masalah ketika Ia baru sadar dan menyesali perbuatan yang Ia lakukan dengan Sidik, peristiwa lain yang menjadi klimaks dalam novel Hati yang Damai adalah ketika Sidik datang kembali setelah persetubuhan yang dilakukannya dengan Dati.

Ia terus mencoba merayu Dati dan melecehkan dengan perkataan-perkataannya. Dati yang menyesal dan muak dengan apa yang telah dilakukan oleh Sidik terhadapnya terpaksa melawan dengan segala macam upaya. Namun ketika peristiwa tersebut terjadi tiba-tiba saja Wija datang bersama dengan Nardi.

Yang terakhir terdapat tahap penyelesaian, akhir dari sebuah cerita, ketegangan konflik di tahap klimaks menyusut kemudian mengarah kepada penyelesaian masalah. Hal ini terjadi saat Wija dengan sederhana dan sabar mengerti tentang perasaan Dati, Wija memiliki hati yang lapang kepada istrinya.

Sikap dari Wija yang sangat idaman membuat Dari sadar walaupun terlambat, bahwa Wija adalah kedamaian yang Ia cari selama ini untuk kebahagiaan dirinya, sejak saat itu Dati memberikan cintanya langsung kepada Wija sesuai janjinya bila Wija selamat dari kecelakaan pesawat.

Saya melihat terdapat latar tempat Jakarta, Bogor, rumah, rumah makan, rumah sakit barak asrama, dan komplek asrama. Kemudian terdapat latar waktu, peristiwa dalam cerita di dalam novel diperkirakan tahun 1958 adanya pemberontakan PRRI Revolusioner di Sumatera.

Baca Juga: Angkatan 2000an Disebut Sebagai Sastra Indonesia Mutakhir, Mengapa?

Latar sosial para tentara lebih bersikap memahami dan memaklumi antar sesama prajurit ketika mereka melakukan kemesraan dengan istrinya di hadapan umum. Hal ini mengingat bahwa mereka telah bertugas dalam kurun waktu yang cukup lama ke berbagai tempat sehingga ketika mereka kembali tentunya haus akan kasih sayang dan cinta kepada keluarganya masing-masing.

Latar sosial lain yang muncul adalah mengenai adab orang Jawa yang menjunjung tinggi rasa hormat kepada seseorang yang lebih tua.

Kemudian, dalam novel Hati yang Damai juga memakai sudut pandang orang pertama “Aku” sebagai tokoh utama dalam cerita. Penulis melihat terdapat gaya bahasa yang digunakan oleh pengarang seperti menggunakan gaya bahasa metafora, simile, personifikasi, repetisi, eufemisme, antitesis, dan sinisme.

Penulis: Triana Rahma Wulandari
Mahasiswa Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Editor: Ika Ayuni Lestari

Bahasa: Rahmat Al Kafi

Tinjauan Pustaka:

Dini, N.h. Hati yang Damai. Jakarta: Pustaka Jaya, 1961.

Pos terkait

Kirim Artikel Opini, Karya Ilmiah, Karya Sastra atau Rilis Berita ke Media Mahasiswa Indonesia
melalui e-mail: redaksi@mahasiswaindonesia.id
Lalu konfirmasi pengiriman artikel via WA Admin: +62 811-2564-888 (Rahmat Al Kafi)
Ketentuan dan Kriteria Artikel, baca di SINI