Bicara tentang Harta dan Shirath

harta dan sirath

Ibnu Katsir menjelaskan bahwa manusia ditakut-takuti kemiskinan sehinga menjadi pelit terhadap hartanya. Beliau berkata: “Setan menakut-nakuti kalian akan kemiskinan, agar kalian menahan harta ditangan kalian dan tidak kalian infakkan untuk mencari ridha Allah.” [Tafsir Ibnu Katsir]

Manusia semakin takut dengan kemiskinan karena sifat dasar manusia sangat cinta terhadap harta dan harta adalah godaan (fitnah) terbesar manusia. Sebagaimana sabda Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasallam: “Sesungguhnya pada setiap umat ada fitnah (ujiannya) dan fitnah umatku adalah harta.” [HR. Bukhari]

Kunci agar bisa lepas dari godaan setan ini adalah tetap merasa qana’ah dan giat bekerja. Seseorang akan terus merasa kurang dan miskin apabila tidak merasa qana’ah dan selalu melihat orang lain yang berada di atasnya dalam urusan dunia.

Mayoritas pergaulannya adalah orang-orang yang lebih kaya sehingga ia tidak merasa qana’ah, karenanya kita diperintahkan untuk selalu melihat yang berada di bawah kita dalam urusan dunia.

Dari Abdullah bin Syikhir radhiallahu’anhu: “Aku datang kepada Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam, ketika itu beliau baru membaca ayat: Celakalah orang yang berlomba memperbanyak harta.” (QS. At Takatsur: 1)

Lalu, Nabi Muhammad Shalallahu ‘alaihi wassalam bersabda: “Manusia mengatakan: hartaku…, hartaku…, wahai manusia apakah hartamu itu adalah apa yang engkau makan lalu setelah itu ia hilang? ataukah hartamu itu adalah apa yang engkau pakai lalu usang? ataukah hartamu itu adalah apa yang engkau sedekahkan dan ia akan tersimpan (hingga di akhirat)?” (HR. Muslim No. 2958)

Allah berfirman: “Ketahuilah sesungguhnya kehidupan dunia itu hanyalah permainan dan senda gurauan, perhiasan dan saling berbangga di antara kamu serta berlomba dalam kekayaan dan anak keturunannya seperti hujan yang tanam-tanamannya mengagumkan para petani, kemudian tanaman itu menjadi kering dan kamu lihat warnanya kuning kemudian menjadi hancur. Dan di akhirat nanti ada azab yang keras dan ampunan dari Allah serta keridhaan-nya. Dan kehidupan dunia ini tidak lain hanyalah kesenangan yang menipu.” (QS. Al-Hadid: 20)

Berbicara tentang shirath berarti membahas tentang jembatan. Tak mudah kelak untuk menyeberangi shirath yang terbentang di atas jahanam. Sebab, yang dipergunakan seorang hamba untuk menyeberanginya bukanlah melalui fisik yang kuat, melainkan dari iman dan amalannya. Karenanya, jika ingin melihat kondisi kita kelak bagaimana saat menyeberangi shirat. Maka, lihat keadaan iman dan amal kita ketika di dunia dalam meniti jalan Allah.

Imam Ibnul Qayyim rahimahullah berkata: “Kekokohan seorang hamba berjalan di atas jalan (syariat) yang Allah tetapkan di dunia ini, Maka seukuran itu pula kekokohannya dalam menyeberangi shirath (jembatan) yang terbentang di atas jahanam. Semakin sering dia tergelincir di sini (dunia), maka akan semakin sering juga dia tergelincir di sana (akhirat).”

Semakin cepat di sini melaksanakan perintah Allah, maka semakin cepat pula dia berjalan di sana saat melewati jembatan itu. Ada seorang yang melintasinya bagaikan kilat. Kemudan ada seorang yang melintasi secepat kedipan mata. Lalu, ada seorang yang melintasi seperti tiupan angin. Ada juga seorang yang melintasi seperti orang yang memacu kuda. Dan, ada seorang yang melintasi seperti berlari. Ada seorang yang melintasi seperti berjalan. Lalu ada seorang yang melintasi sambil merangkak. Ada seorang yang melintasi tergelincir hampir jatuh namun selamat. Kemudian ada pula seorang yang melintasi kemudian jatuh ke dalam neraka. Semuanya diberi balasan setimpal sesuai dengan kadar amalnya.

Allah telah berfirman di dalam Al-Qur’an yang artinya: “Tidaklah kalian dibalasi, kecuali atas apa yang kalian amalkan.” (QS. An-Naml 90). Oleh karena itu, hendaknya hal ini menjadi renungan kita semua, bagaimana kondisi iman dan amalan kita saat ini? Jika kita berharap dan ingin agar Allah memberikan kemudahan dalam menyeberangi shirat, maka hendaknya saat ini kita juga harus kokoh dan gesit melakukan amalan yang diperintahkan-Nya, sebab semua akan dibalas sesuai dengan tingkat amalan kita.

Penulis:
1. Muhamad Busro
Mahasiswa Ilmu Kimia, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan, Universitas Islam Indonesia.
2. Nur Zaytun Hasanah
Alumni Mahasiswa Pendidikan Agama Islam, Fakultas Ilmu Agama Islam, Universitas Islam Indonesia.

Sumber:

https://muslim.or.id/50745-setan-menakut-nakuti-dengan-kemiskinan.html

https://t.me/inspirasipagi2019

.                      

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses