Hakikat Manusia dalam Pandangan Hukum Islam

hakikat manusia

Manusia itu hakekatnya bersifat lemah atau terbatas, karena ia tumbuh dan berkembang sampai pada batas tertentu yang tidak dapat dilampauinya lagi. Ini menunjukkan bahwa manusia itu bersifat terbatas atau lemah. Manusia mempunyai akal yang sangat terbatas kemampuannya untuk memahami apa yang ada di luar jangkauan akalnya.

Adapun bukti kebutuhan manusia terhadap para Rasul dapat kita lihat dari fakta bahwa manusia adalah makhluk Allah. Beragama adalah sesuatu yang fitrah pada diri manusia. Dalam fitrahnya, manusia senantiasa mensucikan Penciptanya. Aktivitas inilah yang dinamakan ibadah.

Dalam Q.S. Al-Baqarah ayat 30 Allah berfirman :

وَإِذْ قَالَ رَبُّكَ لِلْمَلائِكَةِ إِنِّي جَاعِلٌ فِي الأرْضِ خَلِيفَةً قَالُوا أَتَجْعَلُ فِيهَا مَنْ يُفْسِدُ فِيهَا وَيَسْفِكُ الدِّمَاءَ وَنَحْنُ نُسَبِّحُ بِحَمْدِكَ وَنُقَدِّسُ لَكَ قَالَ إِنِّي أَعْلَمُ مَا لا تَعْلَمُونَ

Bacaan Lainnya

Artinya :

“Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para Malaikat: “Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi”. Mereka berkata: “Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau ?” Tuhan berfirman : Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui”. (Q.S Al – Baqarah : 30)

Hakikat manusia dalam perspektif Islam adalah manusia diciptakan oleh Allah, manusia bertanggung jawab atas tingkah laku yang menurut Al–Qur’an akan dipertanggungjawabkan di hadapan Allah kelak di akhirat, dan manusia diciptakan dengan sifat–sifat ketuhanan.

Jadi, yang dimaksud manusia dalam pandangan Islam adalah makhluk Allah yang mempunyai akal untuk berfikir, yang diciptakan oleh Allah untuk menjadi khalifah di muka bumi. Berfikir disini maksudnya adalah manusia diberi akal oleh Allah untuk senantiasa memikirkan secara menyeluruh tentang apa yang ada di balik alam semesta, manusia, dan kehidupan, dan apa apa yang ada sebelum kehidupan dunia serta apa apa yang ada sesudahnya.

Khalifah disini mempunyai arti yaitu manusia diciptakan oleh Allah untuk menjadi pemimpin di muka bumi, yang melaksanakan hukum–hukum atau peraturan–peraturan dari Allah yang bersumber dari Al-Qur’an dan Hadits. Manusia itu diciptakan dalam bentuk yang sebaik–baiknya. Manusia merupakan kesatuan unsur–unsur jasmaniah dan rohaniah. Kesatuan unsur–unsur manusia itulah yang mempersiapkan manusia sebagai makhluk berbudaya, mampu mengembangkan kehidupan dengan perantaraan ilmu penegtahuan, untuk memungkinkan pengembangan kehidupan sehingga manusia diberi kemampuan mengolah alam, manusia diberi kuasa untuk menggali, mengolah dan memnafaatkan kekayaan untuk kepentingan hidupnya.

Bahkan manusia diberi kedudukan sebagai pengemban amanat untuk melaksanakan aktivitas di kehidupan sehari–hari dari bangun tidur sampai mau tidur lagi itu diatur sesuai dengan kehendak atau aturan dari Allah, yang nantinya akan dimintai pertanggungjawaban atas amanat yang dipikulkan kepadanya.

Penulis: Ihklas Hakiki
Mahasiswa Ahwal Al-Syakhshiyah, Fakultas Ilmu Agama Islam, Universitas Islam Indonesia

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses