MMK atau Mual Muntah pada Kehamilan atau sering juga disebut morning sickness merupakan gejala yang sering terjadi pada ibu hamil. Walaupun tidak semua ibu hamil mengalaminya.
Mual muntah pada kehamilan atau dalam bahasa medis disebut Emesis Gravidarum merupakan perasaan pusing, perut kembung, dan badan terasa lemas disertai keluarnya isi perut melalui mulut dengan frekuensi kurang dari 5 kali sehari pada ibu hamil trimester 1 (Kesehatan RI, 2013).
Antara 50 dan 90% wanita hamil mengalami mual dan muntah pada kehamilan (MMK), hal ini biasanya terjadi pada trimester pertama. Mual dan muntah mungkin merupakan manifestasi fisik pertama adanya kehamilan.
MMK lebih sering terjadi pada populasi perkotaan yang telah mengalami westernisasi dan dipengaruhi oleh etnis, status pekerjaan, dan usia ibu. Walaupun sekitar 50% wanita dengan MMK lebih sering mengalaminya pada pagi hari, sebagian mengalami mual dan muntah pada malam hari, dengan pola bifasik atau sepanjang hari.
Seiring bertambahnya usia kehamilan, maka mual muntah pada ibu hamil juga akan berkurang dan ini dikatakan normal.
Apa saja penyebab terjadinya MMK?
Terdapat beberapa teori mengenai penyebab MMK, beberapa di antaranya adalah:
- hCG serum memuncak pada trimester ketiga, tetapi hubungan antara MMK dan sekresi hCG belum dapat dipastikan;
- Efek progesteron pada tonus otot polos lambung, terutama efek pada motilitas saluran gastrointestinal bagian atas, kepatenan sfingter esofagus bagian bawah, serta perlambatan pengosongan lambung, mengisyaratkan kemungkinan peran hormon steroid;
- Masalah pada lambung, saat progesterone meningkat hal ini akan memberi dampak pada esofagus bagian bawah yang mana hal ini berhubungan dengan katup lambung, jika kedua bagian ini mengalami masalah hal inilah yang bisa memicu rasa mual;
- Hipoglikemia atau gula darah rendah diduga juga dapat menyebabkan rasa mual jika ibu hamil mengalaminya;
- Sensivitas tubuh yang berlebihan juga dapat memicu rasa mual;
- Kekurangan vitamin B6;
- Stress pada masa kehamilan;
- Kelelahan;
- Kehamilan pertama;
- Faktor genetik.
Baca Juga: Pengaruh Pola Makan dengan Kejadian Anemia pada Ibu Hamil
Apa saja penanganan yang dapat dilakukan saat ibu hamil mengalami MMK?
MMK biasanya diterapi secara konservatif untuk dapat mengurangi gejala yang mengganggu. Penanganan MMK dapat dilakukan mandiri di rumah dan mudah untuk diterapkan dengan cara:
- Istrahat yang cukup;
- Makan dalam porsi kecil tapi sering;
- Mengkonsumsi karbohidrat yang mudah dicerna dan rendah lemak;
- Minum air hangat setiap pagi;
- Hindari makanan yang berbau keras yang dapat memperparah MMK;
- Motivasi dan support dari orang terdekat khususnya pasangan sangat dibutuhkan dalam pemulihan kondisi ini.
MMK dianggap sebagai tanda prognostik yang baik dan berkaitan dengan hasil akhir kehamilan yang positif. Kondisi MMK bisa dikatakan tidak normal jika kehamilam sudah memasuki trimester 2 atau sudah memasuki bulan ke 4 tetapi ibu tetap mengalami MMK dan tidak ada pengurangan atau perbaikan, maka itu bisa mengacu kepada kelainan pada kehamilan.
Mual dan muntah berlebihan yang menyebabkan dehidrasi, ketidakseimbangan elektrolit, gangguan metabolik, dan defisiensi gizi dikenal sebagai hiperemesis gravidarum.
Penulis: Novita Tribianty
Mahasiswa Keperawatan Universitas Binawan
Dosen Pengampu: Apriyani Riyanti, S.Pd., M.Pd.
Editor: Ika Ayuni Lestari
Bahasa: Rahmat Al Kafi
Daftar Pustaka
Jane Coad, Melvyn Dunstall. (2006). Anatomi dan Fisiologi Untuk Bidan, Jakarta:(Penerbit Buku Kedokteran).
Ni Nengah Susanti. (2008). Psikologi Kehamilan,Jakarta : Buku Kedokteran (EKG)
Vivian, L.D, Tri. (2015). Buku Ajar Asuhan Kebidanan. Jakarta: (EGC).