Mengenal Gudeg
Indonesia adalah negara kepulauan yang dihuni oleh masyarakat majemuk dengan berbagai kekhasam didalamnya. Kekhasan masing-masing daerah bukan sekedar dari pakaian, budaya, ataupun kesenian namun juga mencakup segi kuliner atau makanan.
Salah satunya adalah gudeg, gudeg merupakan makanan khas Kota Yogyakarta dan menjadi salah satu hidangan yang kerap kali dicari oleh para wisatawan baik dalam negri maupun luar negeri. Gudeg terbuat dari nangka muda yang dimasak dengan santan.
Penyajian gudeg biasanya disandingkan dengan nasi, kuah santan kental (areh), ayam kampung, telur, tahu, dan sambal goreng krecek. Pada umumnya gudeg terbagi menjadi dua jenis yakni gudeg basah dan gudeg kering.
Gudeg basah bersifat tidak tahan lama oleh karena itu harus langsung disantap, sedangkan gudeg kering bersifat lebih awet sehingga kerap kali dijadikan sebagai oleh-oleh Khas Jogja.
Asal-Usul Gudeg
Kota Gudeg merupakan salah satu julukan yang disandang oleh Kota Yogyakarta. Nama gudeg diperoleh dari bahasa Jawa, yaitu hangudeg atau ngudeg yang berarti diaduk. Pengolahan gudeg yang diaduk secara berulang diatas tungku kayu besar dilakukan agar gudeg tidak gosong.
Murdijati Gardjito mengatakan bahwa setelah Perjanjian Giyanti tahun 1766, Sultan Hamengku Buwono I memerintahkan adanya pembukaan Hutan Bering. Dalam Hutan Bering tersebut ditemukan banyak pohon Nangka yang menjadi bahan gudeg.
Terdapat juga versi lain dari dari asal-usul gudeg, dalam buku yang ditulis Murdijati Gardjito dan Eva Linda D.P. berjudul “Gudeg Yogyakarta: Riwayat, Kajian Manfaat, dan Perkembangan untuk Pariwisata” gudeg sudah ada sejak zaman Kerajaan Mataram Islam.
Bermula dari pembabatan Alas Mentaok guna Pembangunan Keraton, didapati hutan Alas Mentaok telah banyak ditumbuhi pohon nangka dan kelapa. Melihat populasi pohon yang sangat banyak menumbuhkan inovasi para perintis Mataram untuk mengolahnya menjadi gudeg.
Resep Pembuatan Gudeg
Dikutip dari resepkoki.id cara membuat gudeg adalah sebagai berikut:
Bahan:
Nangka muda, potong kotak sedang – 200 gram
Santan pekat dari 1 buah kelapa – 3 gelas
Telur ayam, rebus dan kupas kulitnya – 5 butir
Daun jati – 5 lembar
Daun salam – 5 lembar
Lengkuas – 3 cm
Gula merah – 2 bulatan
Kecap manis – 3 sdm
Garam – 1 sdt
Bumbu Halus:
Bawang merah – 15 siung
Bawang putih – 6 siung
Kemiri – 5 buah
Ketumbar – 1/2 sdm
Merica – 1/4 sdt
Langkah Pembuatan:
- Panaskan air banyak di dalam panci. Masukkan nangka muda, daun jati, 3 lembar daun salam, dan ½ bagian lengkuas. Rebus sampai empuk dan berwarna kemerahan, kira-kira selama 1 jam.
- Bilas sekali dengan air bersih dan matang. Tiriskan kembali.
- Masak nangka dengan bumbu halus dan separuh santan.
- Masukkan telur rebus.
- Masukkan 2 lembar daun salam, sisa lengkuas (geprek), gula merah, kecap, dan garam.
- Aduk terus hingga santan meresap dan berkurang. Masukkan sisa santan yang separuhnya lagi.
- Kecilkan api. Tutup pancinya dan biarkan gudeg mengering, kira-kira selama 2 jam.
- Diamkan gudeg selama satu malam.
- Panaskan kembali gudeg keesokan harinya sampai benar-benar kering dan berwarna merah kehitaman.
- Gudeg siap disajikan.
Penulis: Febriani Dwi Sari
Mahasiswa Jurusan Pendidikan Sejarah, IKIP PGRI Wates
Editor: I. Khairunnisa
Bahasa: Rahmat Al Kafi
Ikuti berita terbaru Media Mahasiswa Indonesia di Google News