Terang dan gelap, baik dan jahat, pahlawan dan penjahat. Hal ini biasa disampaikan oleh para pembuat film atau novel fiksi, begitupun dengan film ini.
Film yang diadaptasi dari novel milik Soman Chainani dengan judul yang sama ini mengangkat cerita mengenai sekolah ajaib, tempat di mana semua dongeng dari seluruh penjuru negeri berasal. “School for Good and Evil”, sekolah yang dilambangkan seperti 2 kepala yang berseberangan, one for the pure, one for the wicked.
Jalan Cerita Film
Seperti pada novelnya, film garapan Paul Feig ini mengisahkan tentang Sophie (Sophia Anne Caruso), seorang gadis cantik dari desa Gavaldon, yang selalu bermimpi menjadi seorang putri negeri dongeng, dan sahabatnya Agatha (Sofia Christine Wylie) yang disebut sebagai penyihir di desanya.
Keduanya mendengar mengenai sekolah ini dari pemilik toko buku langganannya dan Sophie yang pada dasarnya memiliki ketertarikan pada dunia dongeng sangat sangat ingin bisa diterima di sekolah tersebut. Ia membuat sebuah permohonan agar bisa dibawa kesana dan keluar dari desa yang begitu ia benci itu.
Malamnya, mereka berdua diculik dan dibawa ke sekolah itu, melayang dengan dicengkram bangkai burung hitam yang mengerikan. Namun, Sophie yang justru masuk ke sekolah kejahatan sedangkan Agatha masuk ke sekolah kebaikan.
Hal ini memicu kekesalan yang amat sangat bagi Sophie, yang membuatnya berusaha keras untuk dapat pindah ke sekolah kebaikan, di mana banyak putri dan pangeran dengan pakaian cantik yang selalu ia dambakan.
Untuk itu ia harus menemukan apa yang dimiliki oleh Ever (kebaikan) namun tidak dimiliki oleh Never (kejahatan), yakni cinta sejati. Di sinilah perjalanan mereka dimulai, mencari ciuman cinta sejati untuk Sophie, dengan banyak rintangan dan ancaman tak terduga dari kepala sekolah jahat yang selalu mengincar kejahatan abadi miliknya sendiri.
Cocok Bagi Pecinta Film Fantasi
Film fantasi ini ditayangkan pada 2022 dengan rating yang cukup tinggi. Namun tidak mengherankan mengapa film ini mendapatkan rating yang cukup tinggi, pemilihan plot yang tidak disangka-sangka dan dipadukan dengan latar tempat yang luar biasa, benar-benar akan membuat penonton film ini sangat bersemangat untuk menuntaskannya.
Bagi pecinta film fantasi dengan cerita penuh sihir, film ini bisa dipastikan akan memenuhi ekspektasi mereka terhadap visualisasi sihir yang luar biasa. Tidak ada komentar apapun mengenai bagaimana mereka mengemas film ini terutama ketika perang sengit antara Good and Evil dengan efek api dan sihir yang terasa sangat nyata.
Tidak hanya itu, banyak pesan tersirat dalam film ini yang tentu sangat relate bagi anak muda jaman sekarang yang dituntut sempurna, bahwa kita manusia adalah makhluk yang kompleks, tidak ada yang benar-benar baik atau benar-benar buruk, oleh karena itu kita tidak boleh melihat dunia hanya sekedar hitam dan putih.
Perbedaan Novel dan Film
Namun sayangnya, meskipun memuaskan banyak penonton yang menyukai film fantasi, banyak pembaca novel “The School for Good and Evil” ini yang mengaku kecewa dengan film yang diadaptasi ini.
Banyaknya perubahan alur dan plot cerita dari novelnya membuat banyak bagian cerita yang mungkin disukai pembaca justru malah tidak ada pada filmnya, seperti jalan persahabatan antara Sophie dan Agatha yang dimulai lebih cepat pada awal film dan turut berperannya dekan sekolah yang dalam novelnya tidak terlalu menonjol.
Kemudian penggambaran tokoh yang berbeda dengan novelnya, seperti tokoh Sophie yang kurang dijelaskan mengapa Sophie bisa masuk pada sekolah kejahatan, karena pada novelnya digambarkan secara jelas bahwa Sophie memiliki jiwa yang jahat dan membuatnya ditempatkan pada sekolah kejahatan.
Namun pada filmnya hal ini hanya digambarkan secara singkat dan menekankan bahwa setiap diri karakter disana tidak ada yang benar-benar baik ataupun buruk. Walau begitu, sebenarnya pemadatan alur dan plot ini membuat film ini lebih unik dan tertata, bagi penontonnya juga akan memahami alur ceritanya dengan mudah dan khidmat.
Seperti pada novelnya yang memiliki series lanjutan, banyak penonton yang mengharapkan season lanjutan dari film ini, karena akhir film yang mengisyaratkan akan season lanjutan yang tidak akan kalah seru. Let’s wait for another masterpiece dari film “The School for Good and Evil” ini.
Penulis: Cahyaning Suko Dewani Setyo Budi
Mahasiswa Ilmu Komunikasi, Universitas Negeri Malang
Editor: Salwa Alifah Yusrina
Bahasa: Rahmat Al Kafi
Ikuti berita terbaru Media Mahasiswa Indonesia di Google News