Toleransi di Balik Masker Putih: Peran Dokter Gigi dalam Menjalankan Nilai Kebangsaan

Toleransi di Balik Masker Putih: Peran Dokter Gigi dalam Menjalankan Nilai Kebangsaan
Ilustrasi Dokter Gigi Bersama Pasien

Nilai-nilai kebangsaan di tengah masyarakat Indonesia, seperti toleransi, bukan hanya diajarkan di dalam bangku sekolah melalui Pendidikan Kewarganegaraan atau yang kita kenal dengan istilah PKn.

Namun, sangat penting bagi kita dapat menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari termasuk saat melakukan praktik sebagai dokter gigi.

Seorang dokter gigi bukan hanya tenaga kesehatan, tapi juga warga negara yang memiliki peran sosial.

Dalam keseharian praktik, dokter gigi akan bertemu pasien dengan berbagai latar belakang, seperti suku, agama, usia, gaya hidup, hingga tingkat pendidikan.

Bacaan Lainnya

Di sinilah nilai toleransi dibutuhkan sebagai wujud tanggung jawab warga negara yang baik.

Nilai-nilai dalam civic education seperti menghargai HAM, keberagaman, dan keadilan sosial sebenarnya sangat sering ditemukan dalam ruang praktik dokter gigi.

Baca Juga: Dokter Gigi untuk Semua: Membuka Jalan Keadilan melalui Pendidikan Kewarganegaraan

Misalnya, saat dokter gigi bersikap sabar dan menghargai keputusan pasien yang menolak prosedur perawatan tertentu karena alasan agama atau budaya.

Itu termasuk bentuk penghargaan terhadap hak dan kebebasan individu, padahal kita sebagai dokter gigi bisa merasa paling benar.

Toleransi dalam konteks ini bukan sekadar “bersikap baik”, tapi menjadi wujud nyata kita sebagai warga negara yang baik.

Kita tidak hanya melayani secara profesional, tapi juga menjunjung nilai-nilai keadilan, empati, dan menghargai hak setiap warga negara.

Hal ini menunjukkan bahwa civic education tidak hanya sekadar teori, tapi bisa direalisasikan melalui pelayanan yang adil dan menghargai martabat pasien.

Bentuk toleransi yang paling nyata adalah saat kita melakukan komunikasi dua arah antara dokter dan pasien, kita sedang menerapkan nilai demokrasi skala kecil.

Baca Juga: Mengembangkan Jiwa Nasionalisme dan Integritas pada Mahasiswa Kedokteran Gigi

Kita memberikan ruang untuk pasien berbicara, menyampaikan keinginan dan kekhawatirannya, kemudian kita mencari jalan tengah bersama sesuai dengan kebutuhan dan kebaikan pasien.

Rasa empati dan toleransi dalam praktik dokter gigi tidak hanya bentuk profesionalisme, tapi juga mencerminkan nilai-nilai kewarganegaraan.

Karena untuk menjadi warga negara yang baik, bukan hanya soal ikut upacara atau hafal Pancasila, tetapi juga tentang bagaimana kita dapat memperlakukan orang lain dengan adil, manusiawi, dan penuh rasa hormat.

Tantangan dalam praktik kedokteran gigi tidak hanya berkaitan dengan prosedur medis, tetapi juga bagaimana membangun rasa aman dan dihargai, terutama bagi pasien dengan hambatan bahasa atau latar belakang budaya yang berbeda.

Dalam situasi seperti ini, toleransi tercermin melalui sikap profesional seperti kesabaran dalam berkomunikasi, kemampuan mendengarkan, serta kesediaan untuk menyesuaikan pendekatan demi kenyamanan pasien.

Di era kemajuan teknologi dan pengetahuan medis yang pesat, tantangan sosial dalam layanan kesehatan justru semakin kompleks.

Oleh karena itu, dokter gigi masa kini dituntut memiliki kepekaan sosial, empati, dan kesadaran bahwa setiap tindakan membawa dampak bukan hanya pada aspek klinis, tetapi juga pada kepercayaan dan harga diri pasien.

 

Penulis:
1. Farisa Amna Alifiani (J520220064)
2. Aura Mutia Shandy (J520220067)
3. Raisa Isnaini Azzahra (J520220071)
Mahasiswa Fakultas Kedokteran Gigi, Universitas Muhammadiyah Surakarta

Dosen Pengampu: Drs. Priyono, M.Si.

Editor: Siti Sajidah El-Zahra
Bahasa: Rahmat Al Kafi

 

Ikuti berita terbaru Media Mahasiswa Indonesia di Google News

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses