Pengertian
Manajemen pendidikan menurut Purwanto (1970) adalah semua kegiatan sekolah dari yang meliputi usaha-usaha besar, seperti mengenai perumusan policy, pengarahan usaha-usaha besar, koordinasi, konsultasi, korespondensi, kontrol perlengkapan, dan seterusnya sampai kepada usaha-usaha kecil dan sederhana, seperti menjaga sekolah dan sebagainya.
Menurut Usman (2004) manajemen pendidikan adalah seni dan ilmu mengelola sumber daya pendidikan untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.
Nawawi (1983) mengemukakan bahwa manajemen pendidikan adalah ilmu terapan dalam bidang pendidikan yang merupakan rangkaian kegiatan atau keseluruhan proses pengendalian usaha kerja sama sejumlah orang untuk mencapai tujuan pendidikan secara terencana dan sistematis yang diselenggarakan di lingkungan tertentu terutama lembaga pendidikan formal.
Dari pendapat para ahli di atas dapat penulis simpulkan bahwa Manajemen Pendidikan adalah suatu kegiatan atau rangkaian kegiatan yang berupa proses pengelolaan usaha kerjasama sekelompok manusia yang tergabung dalam organisasi pendidikan, untuk mencapai tujuan pendidikan yang telah ditetapkan sebelumnya, dengan memanfaatkan sumber daya yang ada dan menggunakan fungsi-fungsi manajemen agar tercapainya tujuan secara efektif dan efisien.
Baca Juga: AI dalam Pendidikan: Revolusi Cerdas atau Perangkat Kecanduan?
Fungsi
Manajemen pendidikan berfungsi sebagai tolak ukur dalam pengembangan kinerja dari seluruh elemen lembaga pendidikan untuk menciptakan lulusan peserta didik yang berkualitas, bermoral dan berkarakter baik.
Kepala sekolah selaku manajer di sekolah harus mengerti penerapan manajemen pendidikan terutama dalam hal kepemimpinan untuk mempengaruhi seluruh elemen pendidik dan tenaga kependidikan yang ada dalam lingkungan sekolah agar mau bekerja sesuai dengan kompetensinya.
Untuk itu kepala sekolah harus memiliki kompetensi dalam mengenal kompetensi dan karakteristik dari masing- masing komponen yang ada di sekolah agar mampu menempatkan orang yang tepat pada posisi yang tepat sesuai dengan kompetensi keahliannya dalam waktu yang tepat. Fungsi manajemen pendidikan meliputi:
- Planning, yaitu upaya perencanaan kegiatan pendidikan berupa program kerja yang akan dilaksanakan untuk mencapai tujuan pendidikan.
- Organizing, yaitu kegiatan mengelola pendidik dan tenaga kependidikan melalui penetapan struktur untuk mengetahui pembagian tugas dan tanggung jawab dari masing-masing elemen yang ada di sekolah.
- Staffing, yaitu kegiatan menempatkan pendidik dan tenaga kependidikan sesuai dengan kompetensi keahliannya masing-masing mulai dari perekrutan, penempatan, pelatihan, pendidikan dan pengembangan kompetensi keahlian dari pendidik dan tenaga kependidikan yang merupakan aset utama dalam lembaga pendidikan.
- Directing, yaitu kegiatan pemberian instruksi, bimbingan, arahan, motivasi dan teladan dari kepala sekolah sebagai manajer sekolah kepada pendidik dan tenaga kependidikan agar tujuan pendidikan dapat tercapai.
- Coordinating, yaitu kegiatan mengkoordinasikan agar terjadi keseimbangan pelimpahan tugas dan tanggung jawab kepada setiap elemen yang ada dalam lembaga pendidikan.
- Controlling, yaitu kegiatan mengevaluasi terhadap keseluruhan kegiatan pendidikan yang telah dilaksanakan untuk dijadikan koreksi perbaikan untuk pelaksanaan kegiatan pendidikan yang akan datang.
Konsep dasar manajemen pendidikan mengacu pada prinsip dan pendekatan untuk mengelola sistem pendidikan secara efektif. Konsep dasar ini mencakup berbagai aspek seperti perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, dan pengawasan dalam konteks pendidikan.
Baca Juga: Panduan Pemanfaatan Teknologi untuk Pengembangan Pendidikan
Perencanaan
Perencanaan merupakan tahap awal dalam mekanisme pengelolaan komunikasi atau informasi. Jika perencanaan disusun dengan baik dan atang, maka pada hakikatnya, pelaksanaan komunikasi itu sebagian telah dianggap berhasil.
Sebaliknya, bila perencanaan nya kurang mantap dan tidak seksama, maka sulit untuk mencapai tingkat keberhasilan secara optimal, bahkan mungkin cenderung mengalami kegagalan atau hasilnya sangat minim.
Dalam membuat perencanaan pendidikan di suatu sekolah atau lembaga yang paling utama adalah menetapkan visi, misi, tujuan, dan sasaran pendidikan. Hal ini juga termasuk merancang kurikulum, program pembelajaran, dan strategi pengajaran apa yang sesuai dengan kebutuhan siswa.
Pengorganisasian
Pengorganisasian dapat diartikan sebagai kegiatan untuk membagi tugas kepada individu yang terlibat dalam kerjasama guna mempermudah pelaksanaan kerja.
Fungsi ini menggunakan struktur organisasi yang telah terbentuk, di mana pembagian tugas disesuaikan dengan fungsi dan peran masing-masing dalam organisasi. Pengorganisasian membantu mengoptimalkan alokasi sumber daya melalui kombinasi yang tepat untuk menjalankan rencana.
Langkah-langkah yang perlu diperhatikan meliputi identifikasi tugas, pembagian beban kerja, penggabungan pekerjaan secara efisien, koordinasi antar anggota, serta monitoring dan penyesuaian untuk memastikan efektivitas kerja.
Menurut Hasibuan (1996), pengorganisasian adalah proses menentukan, mengelompokkan, dan mengatur berbagai aktivitas yang diperlukan untuk mencapai tujuan. Proses ini mencakup penempatan orang, penyediaan alat, dan pendelegasian wewenang kepada individu sesuai tugasnya.
Sarwoto (1978) menambahkan bahwa pengorganisasian mencakup pengelompokan orang, alat, tugas, tanggung jawab, dan wewenang sehingga tercipta organisasi yang harmonis dan mampu mencapai tujuan bersama.
Pengorganisasian di sekolah dasar melibatkan pembagian tugas, tanggung jawab, dan wewenang kepada semua pihak yang terlibat dalam pengelolaan sekolah, termasuk kepala sekolah, guru, staf, dan komite sekolah.
Tujuannya adalah menciptakan lingkungan belajar yang efektif dan harmonis untuk mendukung pencapaian tujuan pendidikan. Langkah-langkah utama dalam pengorganisasian sekolah dasar:
- Penentuan Tujuan: Menyusun visi, misi, dan sasaran sekolah secara jelas, baik untuk jangka pendek maupun jangka panjang.
- Pembagian Tugas: Mengalokasikan tugas sesuai peran, seperti tanggung jawab guru dalam pengajaran, staf administrasi dalam pengelolaan data, dan kepala sekolah sebagai pemimpin.
- Pembuatan Struktur Organisasi: Membentuk hirarki yang jelas untuk mendukung koordinasi, seperti pengelompokkan berdasarkan fungsi (pengajaran, kurikulum, dan fasilitas).
- Pelimpahan Wewenang: Memberikan otoritas yang sesuai kepada individu berdasarkan posisi mereka, seperti guru kelas untuk menyusun jadwal pelajaran.
- Pengelolaan Sumber Daya: Mengoptimalkan penggunaan fasilitas sekolah, dana, dan tenaga pendidik untuk mendukung pembelajaran.
- Monitoring dan Evaluasi: Mengawasi pelaksanaan tugas dan melakukan evaluasi untuk meningkatkan efektivitas kerja.
Baca Juga: Pentingnya Pendidikan untuk Masa Depan
Pelaksanaan
Pelaksanaan adalah suatu tindakan untuk mengusahakan agar semua anggota kelompok berusaha untuk mencapai sasaran yang sesuai dengan perencanaan manajerial dan usaha-usaha organisasi.
Sedangkan pelaksanaan pendidikan disebut juga gerakan/aksi mencakup kegiatan sekolah yang dilakukan seorang pimpinan atau kepala sekolah untuk mengawali dan melanjutkan kegiatan yang ditetapkan oleh unsur-unsur perencanaan dan pengorganisasian agar tujuan-tujuan dapat tercapai. Pada tahap pelaksanaan dapat digambarkan sebagai berikut:
Pelaksanaan juga berarti mengelola lingkungan organisasi yang melibatkan lingkungan dan orang lain, tentunya dengan tata cara yang baik pula. Proses actuating juga dimaknai sebagai memberikan perintah, petunjuk, pedoman dan nasehat serta keterampilan dalam berkomunikasi.
Gambar di atas menunjukkan bahwa, setelah menetapkan rencana dan membentuk satu organisasi tanpa pelaksanaan hasilnya “0”. Sebaliknya perencanaan, pengorganisasian dan dilaksanakan hasilnya memuaskan/optimal.
Pelaksanaan manajerial konseptual dalam manajemen pendidikan melibatkan beberapa langkah penting:
Menetapkan Tujuan
Pertama-tama, manajer pendidikan harus menetapkan tujuan yang jelas untuk lembaga pendidikan. Misalnya, tujuan bisa berupa meningkatkan nilai siswa, memperbaiki fasilitas, atau meningkatkan keterlibatan orang tua. Tujuan ini harus spesifik dan terukur.
Membuat Rencana
Setelah tujuan ditetapkan, manajer perlu membuat rencana untuk mencapainya. Rencana ini mencakup langkah-langkah yang harus diambil, siapa yang bertanggung jawab, dan kapan setiap langkah harus dilakukan. Rencana yang baik membantu semua orang tahu apa yang harus dilakukan.
Mengorganisir Sumber Daya
Manajer harus mengatur sumber daya yang ada, seperti guru, staf, dan anggaran. Ini berarti menentukan siapa yang akan melakukan tugas tertentu dan memastikan semua orang memiliki alat dan informasi yang mereka butuhkan untuk sukses.
Melaksanakan Rencana
Ini adalah tahap di mana semua rencana diimplementasikan. Manajer harus memotivasi guru dan siswa untuk menjalankan rencana tersebut. Komunikasi yang baik sangat penting di sini agar semua orang tahu peran mereka.
Memantau dan Mengawasi
Selama pelaksanaan, manajer perlu memantau kemajuan untuk memastikan semuanya berjalan sesuai rencana. Ini termasuk mengadakan pertemuan rutin untuk mengevaluasi apakah tujuan tercapai dan jika ada masalah, mencari solusi bersama.
Evaluasi Hasil
Setelah rencana dilaksanakan, penting untuk mengevaluasi hasilnya. Manajer harus melihat apakah tujuan yang ditetapkan tercapai dan apa yang bisa diperbaiki di masa depan. Evaluasi membantu dalam perencanaan yang lebih baik di tahun-tahun berikutnya.n dengan kerja cerdas, kerja sama, dan kerja keras.
Baca Juga: Pentingnya Pendidikan dalam Kehidupan
Pengawasan dan Evaluasi
Proses pengawasan dan evaluasi dalam manajemen pendidikan merupakan dua fungsi penting yang saling terkait dan bertujuan untuk memastikan bahwa kegiatan pendidikan berlangsung dengan baik, efektif, dan efisien. Kedua proses ini juga digunakan untuk mengidentifikasi masalah serta peluang perbaikan dalam sistem pendidikan. Bedanya pengawasan berfokus pada proses, sedangkan evaluasi berfokus pada hasil.
Pengawasan diperlukan untuk mengevaluasi sejauh mana hasil yang telah dicapai. Pengawasan juga dapat diartikan sebagai pengendalian, yang bertujuan untuk memastikan aktivitas atau kegiatan berjalan sesuai dengan rencana dan tujuan yang telah ditetapkan.
Hal ini melibatkan pemantauan terhadap pelaksanaan proses pembelajaran, evaluasi kinerja guru dan siswa, serta perbaikan yang diperlukan agar tujuan pendidikan tercapai. Langkah-Langkah Pengawasan:
- Penentuan Standar Kinerja: Menetapkan indikator atau kriteria sebagai acuan pelaksanaan kegiatan.
- Pengumpulan Informasi: Melakukan pengamatan atau pengukuran terhadap proses kegiatan.
- Perbandingan dengan Standar: Membandingkan hasil pengamatan dengan standar yang telah ditetapkan.
- Tindakan Koreksi: Memberikan arahan atau pembenahan jika ditemukan penyimpangan.
Sedangkan evaluasi merupakan suatu aktivitas menilai kinerja berdasarkan standar yang telah dibuat untuk kemudian dibuat perubahan atau perbaikan jika diperlukan. Proses yang dilakukan untuk memastikan seluruh rangkaian kegiatan yang telah direncanakan, diorganisasikan dan diimplementasikan dapat berjalan sesuai dengan target yang pendidikan hadapi.
Langkah-Langkah Evaluasi:
- Penentuan Tujuan Evaluasi: Merumuskan apa yang ingin diukur atau dinilai.
- Penetapan Kriteria dan Indikator: Menentukan standar yang akan dijadikan acuan.
- Pengumpulan Data: Menggunakan berbagai metode, seperti wawancara, observasi, atau tes.
- Analisis dan Interpretasi Data: Menganalisis data untuk menilai keberhasilan.
- Pelaporan dan Rekomendasi: Menyusun laporan hasil evaluasi beserta saran perbaikan.
Penulis: Ilun Mualifah
Jurusan Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah, UIN Sunan Ampel Surabaya
Editor: Salwa Alifah Yusrina
Bahasa: Rahmat Al Kafi
Ikuti berita terbaru Media Mahasiswa Indonesia di Google News