Abstrak
Penelitian sebelumnya tentang perilaku kewargaan organisasi (OCB) berorientasi layanan karyawan telah berfokus pada pemeriksaan faktor pendorongnya, dan mengabaikan konsekuensi yang mungkin ditimbulkannya di tempat kerja. Untuk menjembatani kesenjangan penelitian ini, dengan mengalihkan fokus ke pengamat peristiwa, sebuah model pedang bermata dua dikonstruksi dalam penelitian ini, yang membantu menjelaskan apakah, kapan, dan mengapa OCB berorientasi layanan rekan kerja bersifat menular.
Data multi-gelombang dari 239 karyawan dari tujuh perusahaan berorientasi layanan di industri perhotelan di wilayah tengah dan barat daya China digunakan untuk mendukung model yang diusulkan. Metode time-lag dan teknik insiden kritis diperkenalkan selama tahap pengumpulan data. Regresi OLS dan metode bootstrapping digunakan untuk pengujian hipotesis.
Berdasarkan teori atribusi, diargumentasikan bahwa efek menular (vs tidak menular) dari OCB berorientasi layanan bekerja melalui dua jalur kognitif (persepsi kemunafikan vs efikasi diri melayani) dari para pengamat, yang bergantung pada atribusi yang bersifat melayani diri sendiri dari para pengamat terhadap perilaku rekan kerja mereka. Secara khusus, ketika atribusi yang bersifat melayani diri sendiri dari para pengamat tinggi, OCB berorientasi layanan rekan kerja mereka secara positif terkait dengan persepsi kemunafikan para pengamat, yang pada gilirannya menghambat OCB berorientasi layanan mereka sendiri. Sebaliknya, ketika atribusi yang bersifat melayani diri sendiri dari para pengamat rendah, OCB berorientasi layanan rekan kerja mereka secara positif terkait dengan efikasi diri melayani para pengamat, yang pada gilirannya mempromosikan OCB berorientasi layanan mereka sendiri. Kerangka ini memberikan perspektif penjelasan teoritis yang berharga dan bukti empiris untuk eksplorasi bagaimana OCB berorientasi layanan mempengaruhi para pengamat.
Kata Kunci: Contagion, Service-Oriented OCB, Attribution.
Pendahuluan
Dalam konteks perkembangan industri jasa global, kualitas layanan karyawan menjadi sumber keunggulan kompetitif bagi perusahaan. Organizational Citizenship Behavior (OCB) berorientasi layanan, yang didefinisikan sebagai perilaku sukarela karyawan yang melampaui peran mereka, telah menarik perhatian praktisi dan akademisi. Penelitian sebelumnya tentang OCB berorientasi layanan dapat dibagi menjadi tiga perspektif utama: pertama, konsensus tentang pentingnya OCB dalam meningkatkan kualitas layanan dan kinerja perusahaan; kedua, identifikasi faktor pendorong seperti iklim layanan organisasi; dan ketiga, fokus pada interaksi karyawan-pelanggan yang menghasilkan ide layanan inovatif dan kepuasan pelanggan.
Penelitian sebelumnya jarang mempertimbangkan konsekuensi OCB berorientasi layanan di tempat kerja, terutama dari perspektif pengamat. Penelitian ini mengajukan pertanyaan penelitian utama: bagaimana efek ganda (double-sword edge) penyebaran (contagion) OCB berorientasi layanan terjadi di antara rekan kerja. Dengan menggunakan teori atribusi, studi ini membangun model yang menjelaskan apakah, kapan, dan mengapa efek penyebaran OCB terjadi.
Penelitian ini berpendapat bahwa atribusi diri pengamat menentukan penilaian kognitif dan respons perilaku terhadap OCB berorientasi layanan. Ketika pengamat memiliki atribusi diri yang tinggi, mereka cenderung memiliki persepsi kemunafikan yang akan menghambat keinginan mereka untuk melakukan OCB. Sebaliknya, ketika atribusi diri rendah, mereka cenderung mengembangkan efikasi diri melayani yang akan mempromosikan keinginan mereka untuk melakukan OCB.
Dalam pengujian Common Method Variance menggunakan metode Harman’s single factor, penelitian ini menemukan bahwa terdapat 5 faktor dengan akar karakteristik lebih besar dari 1. Faktor pertama mengakumulasi 38.724% dari total beban seluruh faktor, dengan total varian yang dijelaskan sebesar 85.092%. Hasil ini memenuhi persyaratan bahwa varian ekstraksi maksimum harus kurang dari 50% dari total varian yang dijelaskan. Dengan demikian, common method variance dalam studi ini berada dalam rentang yang dapat diterima, yang mengindikasikan bahwa pengujian empiris dapat dilanjutkan tanpa kekhawatiran signifikan terhadap bias metode pelaporan.
Baca Juga:Â Media Sosial: Mulut Julid Berwujud Elektronik
Discriminant Validity (Uji Validitas )
Kriteria Penilaian Model
Menggunakan indeks:
Chi square (χ2/df < 3)
Comparative Fit Index (CFI > 0.90)
Standardized Root Mean Square Residual (SRMR < 0.08)
Root Mean Squared Error of Approximation (RMSEA < 0.08)
Uji Hipotesis
Hipotesis 1:
- Terdapat interaksi signifikan antara service-oriented OCB rekan kerja dan atribusi diri pengamat dalam memprediksi persepsi kemunafikan pengamat.
- Hubungan antara service-oriented OCB rekan kerja dan persepsi kemunafikan akan kuat dan positif ketika atribusi diri pengamat tinggi, namun lemah ketika atribusi diri rendah.
- Hipotesis 1 terbukti didukung.
Hipotesis 2:
- Terdapat efek mediasi persepsi kemunafikan dalam hubungan antara interaksi service-oriented OCB rekan kerja dan atribusi diri pengamat.
- Efek tidak langsung service-oriented OCB rekan kerja pada service-oriented OCB pengamat melalui persepsi kemunafikan akan kuat dan positif ketika atribusi diri tinggi.
- Hipotesis 2 terbukti didukung.
Hipotesis 3:
- Efek mediasi persepsi kemunafikan signifikan.
- Efek tidak langsung service-oriented OCB rekan kerja pada service-oriented OCB pengamat melalui persepsi kemunafikan akan kuat dan positif ketika atribusi diri tinggi.
- Hipotesis 3 terbukti didukung.
Hipotesis 4:
- Efek mediasi efikasi diri melayani signifikan.
- Efek tidak langsung service-oriented OCB rekan kerja pada service-oriented OCB pengamat melalui efikasi diri melayani akan kuat dan positif ketika atribusi diri rendah.
- Hipotesis 4 terbukti didukung.
Secara keseluruhan, keempat hipotesis dalam penelitian ini terbukti didukung oleh data empiris, yang menunjukkan kompleksitas hubungan antara variabel-variabel yang diteliti.
Gambar Kerangka Pikir:
Baca Juga:Â Penerapan Pancasila sebagai Landasan Pendidikan Moral di MAN 2 Bojonegoro
Simpulan
Berdasarkan teori atribusi, ditemukan bahwa menyaksikan Organizational Citizenship Behavior (OCB) berorientasi layanan dari rekan kerja dapat menyebabkan respons perilaku yang berbeda dari pengamat (yaitu, mendorong atau menghambat OCB berorientasi layanan mereka sendiri) melalui dua jalur atribusi yang berbeda (efikasi diri melayani vs persepsi hipokrasi); hal ini tergantung pada atribusi diri pengamat terhadap perilaku rekan kerja mereka.
OCB berorientasi layanan rekan kerja dan atribusi diri pengamat akan berinteraksi untuk mempengaruhi persepsi hipokrasi pengamat. Dengan demikian, hubungan antara OCB berorientasi layanan rekan kerja dan persepsi hipokrasi pengamat akan lebih kuat dan positif ketika atribusi diri pengamat lebih tinggi, dan akan lebih lemah ketika atribusi diri lebih rendah. Persepsi hipokrasi OCB berorientasi layanan rekan kerja memediasi hubungan antara efek interaktif OCB berorientasi layanan rekan kerja dan atribusi diri pengamat terkait OCB berorientasi layanan.
OCB berorientasi layanan rekan kerja dan atribusi diri pengamat akan berinteraksi untuk mempengaruhi efikasi diri melayani pengamat. Dengan demikian, hubungan antara OCB berorientasi layanan rekan kerja dan efikasi diri melayani pengamat akan lebih kuat dan positif ketika atribusi diri pengamat rendah, dan akan lebih lemah ketika atribusi diri lebih rendah. Efikasi diri melayani pengamat memediasi hubungan antara efek interaktif OCB berorientasi layanan rekan kerja dan atribusi diri pada OCB berorientasi layanan pengamat.
Data dari tujuh hotel di China bagian tengah dan barat daya mendukung model teoritis yang diusulkan. Dengan mengintegrasikan model “double-edged sword” dari OCB berorientasi layanan rekan kerja, studi ini memberikan kontribusi teoritis dan praktis dalam bidang ini.
Penulis: Robertus Bima Adhi N.
Mahasiswa Magister Manajemen Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa Yogyakarta
Editor: Ika Ayuni Lestari
Bahasa: Rahmat Al Kafi
Ikuti berita terbaru di Google News