Beginilah Kondisi Pendidikan di Aceh Pasca Tsunami Dahsyat 2004

Kondisi Pendidikan di Aceh Pasca Tsunami Dahsyat 2004.
Beginilah Kondisi Pendidikan di Aceh Pasca Tsunami Dahsyat 2004.

Dua puluh tahun telah berlalu, kejadian gempa 9,1-9,3  skala richter dan tsunami dahsyat melanda Aceh pada 26 Desember 2004.

Banyak dampak yang terjadi akibat kejadian tersebut bukan hanya kerusakan fisik yang memakan banyak korban tetapi juga dari segi ekonomi masyarakat dan kondisi sosial yang berdampak pada kerusakan infrastruktur salah satunya dalam bidang pendidikan. Setelah kejadian tsunami tersebut, pendidikan sempat terhenti selama 2 bulan. 

Dikutip dari laman detikedu, laporan awal menyebutkan sekitar 45 ribu siswa dan 1.870 guru hilang. Tak hanya itu, lebih dari 1.900 sekolah rusak dan hancur tersapu kedahsyatan tsunami. Kemudian tercatat pada Januari 2005, sekitar 900-an lebih bangunan sekolah dasar rusak, juga ratusan bangunan sekolah menengah lainnya.

Sekolah di wilayah Banda Aceh dan Aceh Besar yang masih berdiri, kemudian mulai digunakan. Selain itu, pemerintah Aceh juga memberikan bantuan otonomi khusus salah satunya untuk membiayai pendidikan di Aceh.

Bacaan Lainnya

Pada tahun yang sama terdapat beberapa bantuan salah satunya UNICEF memberikan bantuan dana berupa pembangunan tenda darurat untuk ratusan anak sekolah usia jenjang TK-SMP dan Tonato Foundation yang merekonstruksi SDN Peunaga di Meulaboh, Kabupaten Aceh Barat.

Setelahnya, penanganan masalah pendidikan di seluruh Aceh setelah tsunami hingga tahun 2007 dilakukan oleh lembaga swadaya masyarakat asing yang bekerja sama dengan Departemen Pendidikan Nasional dan Departemen Agama Republik Indonesia. Ketiga pihak ini mengadakan kerja sama untuk rehabilitasi dan rekonstruksi pendidikan di seluruh Aceh.

Dalam dua dekade terakhir, pendidikan di Aceh terus berbenah. Pemerintah Aceh menjadikan pendidikan sebagai prioritas utama, dengan berbagai program peningkatan mutu guru, pemerataan tenaga pendidik, pembangunan sekolah unggul, serta pemberian beasiswa untuk siswa berprestasi.

Baca Juga: Analisis Risiko dan Keberlanjutan Lingkungan Akibat Tsunami di Banten

Selain itu, pendidikan karakter dan kesiapsiagaan bencana kini menjadi bagian penting dalam kurikulum, sebagai respon atas pengalaman pahit tsunami.

Sekolah-sekolah di Aceh mulai mengintegrasikan materi tentang bencana dalam program Satuan Pendidikan Aman Bencana (SPAB).

SPAB merupakan program pemerintah untuk mencegah dan menanggulangi dampak bencana di satuan pendidikan. Dengan pendekatan ini, diharapkan generasi muda dapat lebih siap menghadapi bencana di masa depan. 

Baca Juga: Early Warning System di Aceh (EWS)

Kepala Bidang Logistik dan Kedaruratan Badan Penanggulangan Bencana Aceh, Fadmi Ridwan, mengatakan Pemerintah Provinsi Aceh telah melakukan berbagai upaya mitigasi bencana mulai dari pelatihan dan edukasi terhadap masyarakat.

“Perlu pendekatan yang sesuai apalagi di era digital. Misalnya, kita coba adopsi Smong (mitigasi kearifan lokal). Jadi namanya Pasmina (Paket Edukasi Mitigasi Bencana) melalui seni seperti dalam tarian kita memasukkan konten-konten edukasi kebencanaan. Edukasi kebencanaan akan lebih sustainable ketika disisipkan ke dalam kegiatan atau program-program yang sudah ada. Kita lihat gen Z lebih suka apa? Nah, itu kita coba sisipkan edukasi mengenai pengurangan risiko bencana,” ucap Fadmi.

Penulis:
1. Elma Ledang
2. Fausia Aliah
3. Fadilah Tunisa
4. Githa Marsya R.
Mahasiswa Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Makassar

Editor: Ika Ayuni Lestari
Bahasa: Rahmat Al Kafi

 

 

Ikuti berita terbaru di Google News

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses