Dibanding Amerika, Sistem Pembayaran di Indonesia Lebih Mudah: Apakah Benar?

sistem pembayaran di Indonesia lebih mudah

Pada akhir Maret kemarin, terdapat cuitan dari akun Twitter @dondihananto yang mengatakan bahwa sistem pembayaran di Amerika sangat ribet dibandingkan dengan sistem pembayaran di Indonesia yang dinilai lebih maju.

Sistem Pembayaran di Indonesia
Sumber: Twitter @dondihananto

Lalu bagaimana dengan faktanya? Apakah benar seperti cuitan Twitter di atas?

Di Indonesia sendiri, untuk biaya transfer antarbank hanya dikenai sebesar Rp 6.500,00. Bahkan belum lama ini, muncul sistem BI-Fast yang dapat memotong biaya tersebut menjadi Rp 2.500,00.

Bacaan Lainnya

Sedangkan di Amerika Serikat, inilah rata-rata biaya untuk transfer bank :

Uang masuk (domestik)Uang keluar (domestik)Uang masuk (internasional)Uang keluar (internasional)
$15$25  $15  $49  

Yang artinya, jika dikurskan ke rupiah maka butuh biaya sekitar Rp 215.000,00 untuk menerima uang dan Rp 358.000,00 untuk mengirim uang.

Baca juga: Mahasiswa UGM Lakukan Digitalisasi Pembayaran dengan QRIS untuk Pengembangan UMKM Desa Wisata Ngoro-oro Pathuk

Sedangkan dari segi waktu, hampir semua bank di Indonesia menyediakan layanan internet banking 24 jam sehingga kita juga dapat mengirim atau menerima uang secara instan tanpa perlu ribet dan menunggu waktu yang lama.

Berbeda dengan Indonesia, di Amerika Serikat sendiri membutuhkan waktu yang tergolong lama untuk dapat mengirim ataupun menerima uang dengan rincian sebagai berikut :

  • Proses transfer antarbank domestik dapat mencapai 3 hari dan kurang dari 24 jam jika dari bank/lembaga yang sama.
  • Transfer bank di AS tidak bisa dilakukan 24 jam (layanan tercepat, same-day transfer, batas waktu berada di jam 3-5 sore).

Akibat lama dan mahalnya biaya transfer antarbank, alhasil masih banyak beberapa warga di Amerika Serikat yang masih menggunakan cek untuk melakukan pembayaran atau mengirim uang. Padahal pencairannya juga masih membutuhkan waktu paling cepat 1 hari.

Hingga akhirnya, beberapa warga Amerika Serikat mulai beralih ke aplikasi fintech untuk transfer uang karena jauh lebih murah dan mudah.

Beberapa contoh fintech yang ada di AS :

Meskipun metode pembayaran menjadi lebih mudah, namun penggunaan fintech di AS masih tergolong sedikit karena sistem dan warganya yang masih condong ke kartu kredit yang dapat dilihat pada data berikut :

top payment method
Sumber: raconteur.net

Dengan minimnya adopsi fintech di Amerika Serikat, maka semakin sulit juga menerapkan ekosistem pembayaran berbasis digital di sana. Sedangkan di Indonesia sendiri, pembayaran berbasis digital cukup berkembang pesat. Hal ini dapat dilihat pada data berikut :

Volume transaksi uang elektronik, kartu debit, dan kartu kredit berdasarkan data Bank Indonesia (2018) ialah sebagai berikut :

  • Uang elektronik 2,9 miliar kali
  • Kartu debit 577 juta kali
  • Kartu kredit 330 juta kali

Sementara itu, berikut adalah data pertumbuhan ketiga instrumen pada tahun 2014-2018 :

  • Uang elektronik 94,7%
  • Kartu debit 18,6%
  • Kartu kredit 7,1%

Ditambah lagi, kini Indonesia juga punya sistem QRIS. QRIS merupakan sistem yang dibuat oleh Bank Indonesia untuk membuat transaksi digital menggunakan QR code menjadi lebih cepat, aman, dan mudah. Pembayarannya pun dapat dilakukan di semua merchant berlogo QRIS melalui aplikasi fintech maupun mobile banking.

Baca juga: Dapatkah Gojek dan Tokopedia Mempertahankan Merek GoTo?

Tidak heran apabila metode pembayaran berbasis digital saat ini dapat berkembang dengan pesat karena menawarkan banyak sekali kemudahan bagi masyarakat di Indonesia.

Penulis: Alvinnokha Ramadhani Darmanto
Mahasiswa Universitas Negeri Malang

Editor : Arsyadania Faradisa

Kirim Artikel

Pos terkait

Kirim Artikel Opini, Karya Ilmiah, Karya Sastra atau Rilis Berita ke Media Mahasiswa Indonesia
melalui WhatsApp (WA): 0822-1088-8201
Ketentuan dan Kriteria Artikel, baca di SINI