Hepatitis Akut pada Anak: Kejadian Luar Biasa yang Belum Diketahui Penyebabnya

Hepatitis akut menyerang anak-anak.
Masifnya kasus hepatitis akut masih menjadi misteri hingga kini, kenali gejala dan cara mencegahnya. (foto: idxchannel.com)

Pada tanggal 5 April 2022, sebuah penyakit hepatitis akut yang banyak menyerang anak-anak pertama kali ditemukan di Inggris Raya. Sejak saat itu, kasus penyakit ini dilaporkan terus meluas, namun yang masih menjadi misteri adalah penyebab penyakit yang belum diketahui etiologinya.

World Health Organization (WHO) pun menanggapi kasus ini secara serius dan menetapkan penyakit ini ke dalam kategori Kejadian Luar Biasa (KLB) pada 15 April 2022.

Hepatitis adalah kondisi peradangan hati atau liver. Tergantung pada penyebabnya, penyakit ini bisa terjadi sangat mendadak dan berkembang menjadi gagal hati selama beberapa hari hingga beberapa minggu.

Bacaan Lainnya
DONASI

Beberapa jenis hepatitis dapat diobati dan sebagian besar kasus bisa sembuh. Namun, penyakit hepatitis akut pada anak adalah kondisi yang langka, dan dalam banyak kasus di dunia, penyebab yang mendasari kondisi ini masih belum diketahui.

Peningkatan kasus hepatitis akut yang tidak diketahui penyebabnya kebanyakan diderita oleh anak-anak berusia 1 bulan hingga 16 tahun di seluruh dunia. Per Juni 2022, penyakit hepatitis akut telah terdeteksi di 33 negara dengan jumlah kasus 650 orang, meningkat tajam dari bulan sebelumnya yang hanya 170 kasus. Selain Indonesia, kasus hepatitis misterius ini juga menyerang negara lain seperti Amerika Serikat, Inggris, Denmark, Spanyol, Israel, Belanda, Italia, Prancis, Belgia, dan Romania.

Baca juga: Manajemen Pendidikan bagi Anak Berkebutuhan Khusus

Di Indonesia, kasus dugaan hepatitis akut yang belum diketahui sumber penyebabnya saat ini berjumlah 29 kasus dan 7 orang di antaranya meninggal dunia, tercatat per 5 Juni 2022.

Juru Bicara Kementerian Kesehatan (Kemenkes) dr Mohammad Syahril menyebutkan bahwa terdapat tiga pasien meninggal dengan status probable dan empat pending classification. Status probable artinya keseluruhan tes serologi jenis hepatitis A, B, C, D, dan E dinyatakan negatif. Adapun status pending classification berarti masih menunggu hasil laboratorium lebih lanjut.

Kejadian Luar Biasa ini tentunya tidak bisa dibiarkan begitu saja. Baik pemerintah maupun masyarakat perlu bergegas mengambil langkah edukasi, sosialisasi dan antisipasi sehingga penyebaran kasus ini dapat ditekan.

Sejak penyakit hepatitis akut ditemukan, Kementerian Kesehatan (Kemenkes) bergegas melakukan koordinasi dengan lembaga-lembaga kesehatan dari negara-negara lain seperti CDC dan Pemerintah Inggris untuk mendapatkan pembelajaran terkait dengan kondisi yang sedang terjadi.

Gejala Hepatitis Akut pada Anak

Meski belum diketahui penyebabnya, penting bagi orang tua untuk meningkatkan kewaspadaan terhadap penyakit misterius ini, terutama mengingat bahwa kasus ini banyak menyerang anak-anak. 

Kementerian Kesehatan (Kemenkes) menyatakan bahwa gejala hepatitis akut pada anak yang paling umum yaitu kulit kekuningan dan terjadinya gangguan pencernaan, seperti diare, sakit perut, dan muntah-muntah. 

Selain itu, gejala hepatitis akut anak seperti yang dikutip dari laman resmi Instagram Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) adalah gejala demam tinggi atau pernah mengalami demam, perubahan warna urine menjadi gelap mirip teh, penurunan kesadaran, mengalami gatal-gatal tanpa penyebab yang jelas, nyeri sendi atau pegal-pegal, dan penurunan nafsu makan.

Baca juga: Mengapa Orang Tua Membandingkan Anaknya dengan Anak Lain?

Cara Mencegah Hepatitis Akut pada Anak

Peningkatan kasus hepatitis akut anak di Indonesia tentunya menimbulkan kekhawatiran tersendiri pada sebagian orang tua. Namun, rasa khawatir saja tidak bisa mencegah timbulnya penyakit ini, perlu ada pencegahan nyata yang bisa dilakukan oleh masyarakat.

Beberapa cara mencegah hepatitis akut pada anak seperti yang disarankan oleh World Health Organization (WHO) diantaranya yaitu dengan rajin mencuci tangan secara teratur dengan sabun dan air mengalir.

Selain itu, orang tua perlu memberikan anak makanan dan minuman yang higienis, bersih dan matang, serta membiasakan untuk menggunakan alat makan secara sendiri-sendiri. Hal lain yang dapat dilakukan adalah rajin menjaga kebersihan anak atau bayi, seperti membuang popok sekali pakai pada tempatnya.

Para orang tua juga disarankan untuk menghindari kontak dengan orang sakit demi kesehatan anak maupun keluarga. Jika keluar rumah, pastikan seluruh keluarga menggunakan masker, menghindari kerumunan, dan menjaga jarak aman dari orang lain.

Menurut WHO, pada anak-anak yang terkena hepatitis akut, perhatian utama yang bisa dilakukan saat ini adalah untuk mengidentifikasi kasus lebih awal. Ini menjadi penting untuk memastikan manajemen kasus yang optimal dan menentukan penyebabnya, karena tindakan dan kapasitas manajemen dan pengendalian akan tergantung pada penyebab spesifik penyakit hepatitis akut.

Baca juga: Perilaku Merokok di Kalangan Anak-Anak

Di Indonesia, peningkatan kewaspadaan publik juga terus dilakukan oleh Kemenkes dengan memarakkan sosialisasi dan edukasi. Hal ini juga didukung dengan adanya penguatan deteksi dengan melakukan penyelidikan epidemiologi, analisis patogen dan pengembangan pelaporan kasus.

Bagi seluruh lapisan masyarakat dunia khususnya di Indonesia, perlu meningkatkan kewaspadaan terhadap penyakit misterius ini. Dengan mengenali gejala dan melakukan beberapa cara pencegahan seperti yang telah disebutkan di atas, maka bisa menurunkan risiko anak terkena hepatitis akut, dan secara tidak langsung turut membantu kasus ini agar segera ditemukan sumber penyebabnya.

Penulis: Aldi Huda Firnanda
Mahasiswa Prodi Kedokteran Universitas Airlangga

Kirim Artikel

Pos terkait

Kirim Artikel Opini, Karya Ilmiah, Karya Sastra atau Rilis Berita ke Media Mahasiswa Indonesia
melalui WhatsApp (WA): 0822-1088-8201
Ketentuan dan Kriteria Artikel, baca di SINI