Jangan Serahkan Semuanya pada AI

Kecerdasan buatan (AI) seperti Chat GPT telah menjadi alat bantu yang sangat populer di berbagai bidang.

Ada yang menggunakannya untuk membuat resep masakan, menyusun jadwal harian, hingga menulis kode pemrograman.

Maka tak heran jika banyak yang tergoda untuk memanfaatkannya dalam menulis artikel, laporan kerja, bahkan naskah kampanye pemasaran.

Namun, di balik segala kemudahan itu, muncul kekhawatiran: apakah manusia, terutama yang berprofesi di bidang penulisan, akan tergantikan oleh teknologi ini? Data dari lembaga konsultan ketenagakerjaan Challenger, Gray & Christmas Inc.

Bacaan Lainnya

Menyebutkan bahwa pada Mei 2023, sekitar 4.000 pemutusan hubungan kerja di Amerika Serikat terkait langsung dengan penggunaan AI.

Ini bukan sekadar rumor, ini adalah kenyataan yang sedang berjalan.

Tentu, AI bukanlah “musuh”.

Bagi pelajar, alat ini membantu menyederhanakan materi kuliah yang rumit menjadi potongan informasi yang lebih mudah dipahami.

Untuk pencari kerja, AI berguna dalam membuat simulasi wawancara.

Bahkan dalam dunia profesional, banyak yang memanfaatkannya sebagai pemeriksa ejaan, penyunting tata bahasa, atau alat bantu perencanaan konten.

Namun, ada batas yang patut dijaga.

Baca juga: Dilema di Era Digital: Menganalisis Dampak Bermain Game terhadap Minat Belajar Mahasiswa

Mengandalkan AI sepenuhnya untuk menciptakan konten terutama untuk kepentingan komersial, bukan hanya berisiko dari sisi kualitas, tetapi juga bisa menggerus kepercayaan publik.

Jika sebuah perusahaan memilih menggunakan robot untuk menyusun pesan-pesan komunikasi publiknya, pertanyaannya sederhana: apakah pendekatan murah dan praktis ini juga diterapkan pada proses produksi barang atau jasa mereka?

Sebuah studi dari Washington State University menemukan bahwa ketika konsumen tahu konten dibuat oleh AI, kepercayaan emosional terhadap produk menurun.

Dan ketika kepercayaan turun, niat untuk membeli pun ikut menghilang.

Artinya, konten yang sepenuhnya ditulis oleh AI bisa menjadi bumerang bagi citra perusahaan.

AI tidak memiliki empati.

Ia tidak memahami konteks budaya atau nilai emosional dalam sebuah narasi.

Tulisan yang dibuat mesin, sering kali terasa datar, terlalu formal, atau bahkan berulang-ulang.

Kata-kata seperti “realm”, “crucial”, “delve”, dan “vibrant” mungkin terlihat canggih, tetapi justru menandakan absennya suara manusia di balik tulisan tersebut.

Tulisan manusia, sebaliknya, membawa kedalaman, pengalaman, dan kepekaan terhadap nuansa.

Baca juga: Evaluasi Tata Kelola Teknologi Informasi dan Komunikasi: Solusi Kasus Kerja Sama Ilegal PT Antam

Beberapa ciri umum tulisan AI antara lain: ketidakkonsistenan dalam gaya bahasa, pengulangan frasa yang tidak perlu, serta pemilihan kata yang terlalu generik dan ‘megah’.

Dalam banyak kasus, konten semacam ini membutuhkan proses penyuntingan tambahan agar terasa lebih natural, sebuah proses yang justru bisa lebih lama daripada menulis dari awal oleh seorang profesional.

Bila ragu apakah sebuah tulisan dibuat oleh manusia atau mesin, ada berbagai alat bantu seperti GPT Zero atau Output Detector yang bisa digunakan.

Bahkan kalian bisa bertanya langsung kepada ChatGPT itu sendiri.

Namun, perlu diingat, alat-alat ini juga tidak sempurna. Mereka menggunakan pendekatan probabilistik yang bisa keliru.

Dalam dunia yang semakin digital ini, bukan berarti kita harus menolak teknologi.

Yang perlu diutamakan adalah keseimbangan dan memanfaatkan AI sebagai alat bantu, bukan sebagai pengganti.

Konten yang menyentuh dan meyakinkan tetap membutuhkan sentuhan manusia.

Karena dalam komunikasi, yang paling penting bukan sekadar “apa yang dikatakan”, tetapi “bagaimana dan oleh siapa” pesan itu disampaikan.

Baca juga: Membangun Generasi Cakap Ekonomi Berintegritas di Era Digital melalui Pendidikan Kewarganegaraan

 

Penulis: Nuraini Fazilatun Nisa

Mahasiswa Jurusan Hubungan Masyarakat dan Komunikasi Digital, Universitas Negeri Jakarta

 

Editor: Anita Said
Bahasa: Rahmat Al Kafi

 

Ikuti berita terbaru Media Mahasiswa Indonesia di Google News

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses