Kesehatan Mental pada Anak Bungsu

Kesehatan Mental Anak
Sumber: pexels.com

Kesehatan mental merupakan aspek penting yang mempengaruhi tumbuh kembang anak di setiap tahapan kehidupan.

Namun, dalam konteks keluarga, posisi anak bungsu sering dianggap manja, dilindungi secara berlebihan, dan kurang mandiri.

Meskipun pandangan ini umum ditemukan, tidak banyak yang menyadari bahwa posisi sebagai anak bungsu memiliki dampak unik terhadap kesehatan mental mereka.

Anak bungsu sering kali menghadapi tantangan tersendiri, baik dalam memenuhi ekspektasi keluarga maupun mencari identitas mereka di tengah dinamika saudara-saudara yang lebih tua.

Bacaan Lainnya

Faktor-faktor, seperti pola asuh, peran dalam keluarga, dan lingkungan sosial dapat mempengaruhi bagaimana mereka memandang diri sendiri serta membangun hubungan dengan orang lain.

Dalam artikel ini, kita akan mengeksplorasi hubungan antara posisi anak bungsu dalam keluarga dengan kesehatan mental mereka, serta memberikan wawasan dan strategi untuk mendukung kesejahteraan psikologis anak bungsu di berbagai situasi.

Baca Juga: Pola Asuh Permisif Orang Tua dan Kesehatan Mental Anak

Beberapa poin yang bisa menjadi penyebab dari faktor-faktor yang mempengaruhi anak bungsu, pengaruh yang pertama adalah kehadiran Sibling Rivalry, merupakan perlakuan membandingkan antara anak bungsu dengan saudara kandung yang lebih tua.

Hal ini dapat mempengaruhi kepercayaan diri dan kesehatan mental, terutama jika mereka merasa kurang dihargai.

Berikutnya yang kedua adalah cenderung dimanjakan atau dilindungi. Anak bungsu sering dipandang sebagai “anak kecil” dalam keluarga.

Pola asuh yang terlalu memanjakan atau protektif bisa membuat mereka tumbuh dengan ketergantungan tinggi pada orang lain atau sulit menghadapi tekanan.

Namun, dalam beberapa kasus, perhatian ekstra ini bisa membuat mereka merasa aman secara emosional.

Berikutnya yang ketiga adalah tekanan untuk mengejar prestasi. Anak bungsu mungkin merasa perlu membuktikan diri agar dapat memenuhi ekspektasi keluarga, terutama jika saudara yang lebih tua memiliki pencapaian besar. Tekanan ini bisa menjadi sumber stres jika tidak dikelola dengan baik.

Baca Juga: Keluarga Tidak Harmonis, Mental Anak Kritis

Berikutnya yang keempat adalah risiko merasa terisolasi. Jika jarak usia anak bungsu dengan saudara kandung yang lebih tua cukup jauh, anak bungsu dapat merasa terisolasi atau kurang dipahami. Hal ini dapat mempengaruhi rasa percaya diri dan hubungan sosial di luar keluarga.

Di Indonesia, terdapat 1 dari 3 remaja (34,9%) atau setara dengan 15,5 juta remaja memiliki masalah kesehatan mental dalam 12 bulan terakhir.

Menurut remaja berusia 19 tahun mereka merasa jika banyak anak bungsu di Indonesia yang terlalu dikekang oleh orang tua mereka.

Yusuf mengatakan, kesehatan mental adalah salah satu kesehatan yang dibutuhkan manusia untuk mencapai tujuan hidupnya.

Drajat juga menyebutkan bahwa kesehatan mental merupakan terwujudnya suatu keharmonisan yang sungguh-sungguh antara fungsi-fungsi jiwa, serta mempunyai kesanggupan untuk menghadapi masalah yang biasa terjadi, dan merasakan secara positif kebahagiaan dan kemampuan pada dirinya.

Baca Juga: Rusaknya Mental pada Anak disebabkan oleh Toxic Parenting

Sarwono mengatakan bahwa kesehatan mental adalah kondisi atau keadaan seseorang sehingga ia akan terhindar dari gangguan kejiwaan atau neurosis dan penyakit kejiwaan.

Semiun mengatakan bahwa ilmu kesehatan mental mempunyai objek khusus untuk diteliti dan objek tersebut adalah manusia.

Jika anak bungsu terus menerus dikekang dan dilindungi secara berlebihan, mака mereka akan merasa takut atau ragu untuk memulai suatu hal, memilih suatu hal, dan mengambil suatu keputusan.

Seandainya orang tua bisa mempercayai anak bungsunya bahwa mereka akan baik-baik saja di luar sana mungkin anak bungsu tidak akan terlalu takut lagi untuk mengambil langkah.

Seandainya saja anak bungsu diperlakukan sama seperti saudara kandung lainnya mungkin mereka akan merasa lebih adil.

Sebagai orang tua seharusnya mereka tidak terlalu membatasi pilinan anak atau mengekang pilihan anak.

Baca Juga: Mengenali dan Mengatasi Kesehatan Mental terhadap Anak

Sebenarnya boleh saja memberikan batasan pada anak tapi jangan terlalu ketat, karena jika terlalu ketat biasanya anak akan semakin penasaran dan ingin mencoba apa yang dilarang oleh orang tuanya.

Beberapa contoh tips yang dapat dilakukan orang tua mungkin mereka bisa memberikan perhatian yang setara tanpa membandingkan, memberikan dorongan kemandirian dan tanggung jawab sejak dini kepada anak bungsu mereka, dan dengarkan aspirasi mereka tanpa mengabaikan perasaan mereka.

Dengan memberikan nasehat dan dukungan yang tepat, anak bungsu dapat tumbuh menjadi pribadi yang sehat secara mental dan berkarakter kuat.

 

Penulis: Yasmin Nadhira Fitri Rosyadi 
Mahasiswa Prodi Psikologi, Universitas Muhammadiyah Malang

Editor: Siti Sajidah El-Zahra
Bahasa: Rahmat Al Kafi

 

Ikuti berita terbaru Media Mahasiswa Indonesia di Google News

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses