Kabupaten Ponorogo adalah sebuah kabupaten di provinsi Jawa Timur, Indonesia. Kabupaten ini terletak di sebelah barat dari provinsi Jawa Timur dan berbatasan langsung dengan provinsi Jawa Tengah atau lebih tepatnya 220 km arah barat daya dari ibu kota provinsi Jawa Timur, Surabaya.
Kabupaten Ponorogo dikenal dengan julukan Kota Reog atau Bumi Reog karena daerah ini merupakan daerah asal dari kesenian Reog. Di kabupaten ponorogo ini memiliki berbagai wisata budaya yang menarik.
Ada sebuah desa di kabupaten Ponorogo ini yang memiliki berbagai tempat wisata budaya dan banyak sekali peninggalan bersejarah yang sering dikunjungi yaitu desa Bedingin.
Desa Bedingin merupakan bagian dari wilayah Kecamatan Sambit Kabupaten Ponorogo yang terletak sebelah berbatasan dengan wilayah Kecamatan Bungkal, sedangkan kondisi Desa Bedingin Kecamatan Sambit merupakan dataran persawahan,pemukiman lahan kering serta sebagian perbukitan. Di desa bedingin ini terdapat salah satu peninggalan bersejarah yang berupa kitab.
Kitab Ambyo merupakan salah satu peninggalan yang memiliki nilai sejarah yang begitu besar dan hanya bisa ditemukan di desa Bedingin ini. Kitab Ambyo adalah media untuk penyebaran Islam. Di mana isi dari Kitab Ambyo ini adalah kisah tentang nabi-nabi pada zaman dahulu sampai dengan kisah tentang perjalanan hidup manusia di bumi yang ditulis menggunakan huruf arab pegon dan dengan terjemahan Bahasa Jawa.
Baca juga: Menelisik Manuskrip Nusantara “كتاب الأذكار” Kitab Al-Adhkar Karya Al-Ghazali dalam Bahasa Arab
Menurut sumber yang ada dan diceritakan bahwa dulu ada salah satu seorang santri yang pernah mondok di Tegalsari yang bernama Mbah Kumiran. Kitab ini ditulis oleh Mbah Kumiran. Selain itu, kitab ini tidak semua orang bisa membacanya, hanya orang-orang tertentu yang bisa membacanya. Kitab ini biasa dibacakan oleh 6 orang saja yang ada diDesa Bedingin.
Buku Ambyo ini biasanya dibacakan sebulan sekali dan juga biasanya pada saat ada bayi yang lahir di desa. Dan juga Kitab tersebut biasanya dibacakan pada acara penyambutan (genduri) sampai selesai atau suatu kitab selesai dibuat, yang diakhiri dengan pembacaan Al-Quran secara berkelompok.
Kitab Ambyo dibaca dengan tujuan untuk meneladani sifat-sifat baik dan akhlak Nabi kepada bayi yang baru lahir, dengan harapan agar bayi tersebut tumbuh memiliki akhlak yang baik. Bukan cuma terlihat dari berbagai ritual peringatan hari besar, kedekatan tersebut juga begitu kental dengan masih dipertahankannya tradisi pembacaan kisah para nabi yang termuat dalam Kitab Ambyo.
(Sumber gambar: https://www.desabedingin.com/2022/01/kitab-ambyo-waskito-jawi.html?m=1)
Sampai kini, tradisi pembacaan kitab Ambyo tetap dipertahankan. Tradisi yang masih dijaga ini bertujuan untuk melestarikan dan menyampaikan isi dariKitab Ambyo itu sendiri. Serta dengan melestarikan kitab ambyo ini berarti sama dengan kita mengawetkan warisan budaya yang berharga dan juga kita ikut berperan dalam mempertahankan akar budaya dan menghargai jasa para leluhur yang telah melestarikan dan mewariskan tradisi berharga ini
Penulis: Kelompok 4
- Stefania Miranda Pote
- Moh. Azamudin Syair Ariviandra
- Siska Sindy P
Mahasiswa Ilmu Komunikasi, Universitas 17 Agustus 1945 Surabaya
Editor: Salwa Alifah Yusrina
Bahasa: Rahmat Al Kafi
Ikuti berita terbaru Media Mahasiswa Indonesia di Google News