Nilai Tukar Petani Turun (NTP), Harga Gabah Kering Tingkat Petani Naik. Apakah Petani Sejahtera?

Penurunan nilai tukar petani (NTP) dan kenaikan harga gabah ditingkat petani merupakan fenomena yang menarik untuk kita ketahui.

Nilai Tukar Petani (NTP) adalah indikator kesejahteraan petani yang menunjukkan perbandingan antara harga yang diterima petani (pendapatan dari hasil pertanian) dan harga yang dibayar petani (biaya produksi dan konsumsi rumah tangga).

Jika NTP turun, ini berarti harga yang diterima petani menurun dan harga yang dibayar petani naik, sehingga daya beli dan kesejatraan petani menurun.

Bacaan Lainnya
DONASI

Kenaikan harga gabah ditingkat petani juga bisa dilihat sebagai kabar baik, karena potensi pendapatan dari penjualan gabah menjadi lebih tinggi.

Namun, jika kenaikan ini tidak cukup untuk menutupi peningkatan biaya produksi, maka kesejatraan petani bisa terancam.

Menurut Badan Pusat Statistik (BPS), NTP merupakan salah satu indikator untuk melihat tingkat kemampuan / daya beli petani dipedasaan.

NTP juga menunjukkan daya tukar dari produk pertanian dengan barang dan jasa yang dikonsumsi maupun untuk biaya produksi. NTP nasional pada bulan Mei 2024 sebesar 116,71 atau turun 0,06 persen dibanding bulan sebelumnya.

Penurunan NTP dikarenakan penurunan indeks harga yang diterima petani (It) sebesar 0,16 persen lebih besar dibandingkan penurunan Indeks Harga yang dibayar Petani (Ib) sebesar 0,10 persen. Penurunan Nilai Tukar Petani menjukkan bahwa petani mungkin menghadapi tantangan yang lebih besar terkait biaya produksi yang meningkat.

Rata-rata perbandingan berbagai macam gabah di tingkat petani dan di tingkat penggilingan selama bulan Mei 2024 mengalami kenaikan.

Baca juga: Kunjungi BPP Jalaksana, Kementan Ajak Petani Tingkatkan Produktivitas Lewat Smart Farming

Menurut data dari Badan Pusat Statistik (BPS), pada bulan Mei 2024, rata-rata harga Gabah Kering Panen (GKP) ditingkat petani Rp. 5.842,00 per kg atau naik 2,7 persen dan tingkat penggilingan Rp. 5.993,00 per kg atau naik 2,75 persen dibandingkan harga gabah kualitas yang sama pada bulan sebelumnya.

Rata – rata Gabah Kering Giling (GKG) ditingkat petani Rp. 6.676,00 per kg atau turun 4,06 persen dan ditingkat penggilingan Rp. 6.797 per kg atau turun 3,83 persen.

Harga gabah luar kualitas di tingkat petani Rp. 5.449,00 per kg atau naik 5,47 persen dan ditingkat penggilingan Rp. 5.576,00 per kg atau naik 5,31 persen.

Dibandingkan pada bulan Mei tahun 2023, rata – rata harga gabah pada bulan Mei 2024 ditingkat petani untuk kualitas Gabah Kering Panen (GKP) naik 4,64 persen, Gabah Kering Giling (GKG) 8,40 persen dan gabah luar kualitas 0,84 persen.

Sedangkan ditingkat penggilingan, rata – rata harga gabah pada bulan Mei 2024 dibandingkan dengan Mei 2023 untuk kualitas GKP, GKG dan luar kualitas masing – masing naik 4,55 persen, 8,49 persen dan 1,05 persen.

Kenaikan harga gabah ditingkat petani dan di penggilingan kemungkinan besar menyebabkan harga beras juga naik.

Baca juga: Sering Keluhkan Gangguan Kesehatan Akibat Kerja, Petani dan Peternak Desa Wisata Agroekokultural Sukorejo bersama Mahasiswa KKN Tematik Undip Temukan Solusi Minimalisir Gangguan Kesehatan Kerja

Menurut data dari Badan Pusat Statistik menyatakan bahwa pada bulan Mei 2024, rata – rata harga beras kualitas premium di pegilingan sebesar Rp. 13.000, per kg, turun sebesar Rp. 3,79 persen dibandingkan bulan sebelumnya, sedangkan beras kualitas medium di pegilingan sebesar Rp. 12.071 per kg atau turun sebesar 5,39 persen, beras kualitas sub medium sebesar Rp. 11.996,00 atau turun sebesar 3,08 persen dan rata – rata harga beras pecah di pegilingan sebesar Rp. 11.700,00 perkg.

Dibandingkan dengan bulan Mei 2023, rata – rata harga beras di pegilingan pada bulan Mei 2024 mengalami kenaikan. Untuk kualitas premiun naik sebesar  11,84, medium sebesar 9,68 , submedium sebesar 13,93, dan pecah sebesar 20,23 persen.

Kesimpulan dari kondisi dimana nilai tukar petani turun sementara harga gabah naik di tingkat petani menunjukkan bahwa peningkatan harga gabah belum cukup untuk menutupi kenaikan biaya produksi dan biaya hidup petani.

Meskipun petani menerima harga lebih tinggi untuk gabah mereka, biaya yang mereka keluarkan untuk produksi pertanian dan kebutuhan sehari-hari meningkat lebih cepat, sehingga daya beli dan kesejahteraan petani menurun.

Oleh karena itu, petani membutuhkan kebijakan yang mendukung stabilitas harga dan mengurangi biaya produksi. Karena hal itu sangat diperlukan untuk memastikan kesejahteraan petani secara keseluruhan.

Baca juga: Teknologi AI (Artificial Intelligence) pada Bidang Peternakan

Penulis: Megawati Leuwerung

Mahasiswa Jurusan Magister Agribisnis, Universitas Muhamadiyah Malang

Editor: Anita Said

Bahasa: Rahmat Al Kafi

Ikuti berita terbaru di Google News

Kirim Artikel

Pos terkait

Kirim Artikel Opini, Karya Ilmiah, Karya Sastra atau Rilis Berita ke Media Mahasiswa Indonesia
melalui WhatsApp (WA): 0822-1088-8201
Ketentuan dan Kriteria Artikel, baca di SINI

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.