Participatory Design Workshop: Pendekatan Partisipasi dalam Desain Rancangan Struktur dan Bangunan Tahan Gempa

Participatory Design Workshop: Pendekatan Partisipasi dalam Desain Rancangan Struktur dan Bangunan Tahan Gempa
Participatory Design Workshop (Sumber: DPUPKP - Konstruksi Bangunan Tahan Gempa)

Desain partisipatif merupakan desain yang berorientasi pada keperluan pemakai. Desain partisipatif merupakan desain yang menyertakan kerja sama antara perancang bersama pengguna atau masyarakat yang kehidupannya akan dipengaruhi oleh desain tersebut (Botero, dkk, 2020).

Pendekatan partisipasif merupakan salah satu Teknik dalam merumuskan kebutuhan pembangunan daerah atau desa yang menempatkan masyarakat sebagai pelaku utama pembangunan.

Pendekatan partisipatif dalam desain rancangan struktur bangunan tahan gempa merupakan panduan atau model penggalian potensi atau gagasan pembangunan yang menitik beratkan pada partisipasi atau peran seluruh anggota pada proses pembangunan.

Bacaan Lainnya
DONASI

Participatory design workshop merupakan kegiatan yang efektif untuk memberikan solusi kepada seseorang yang memerlukan dan dapat terlibat langsung pada proses desain.

Participatory design workshop  bisa diterapkan untuk desain layanan suatu perusahaan, perencanaan sebuah bangunan, perencanaan kota, dan juga layanan Kesehatan. Pada hal ini Participatory Design Workshop yang diambil pada bidang perencanaan sebuah bangunan yang tahan gempa.

Setiap bangunan tentu memiliki struktur yang berbeda-beda. Pada perancangan bangunan tahan gempa, haruslah melakukan analisis struktur bangunan secara dinamis. Penggunaan metode analisis yang tepat dapat memperkuat daya tahan fondasi bangunan yang dibuat.

Kepala Bidang Mitigasi Gempa Bumi dan Tsunami BMKG Daryono mengatakan terdapat beberapa ciri-ciri yang harus dimiliki oleh bangunan tahan gempa yaitu sebagai berikut:

1. Tiang Pondasi Bangunan Menempel Kuat

Tiang-tiang bangunan yang menempel pada pndasinya lebih baik, jadi besinya dapat menyangkut ke pondasi yang berada di bawah, sehingga membuat tiang tidak mudah tumbang.

2. Menyelipkan Besi Angker pada Dinding

Pada salah satu desain rumah tahan gempa, pada setiap 6 lapis batu bata, 6 susunan batu bata diberikan satu besi angker yang menempel pada tiang.

3. Rangka Atap Diikat pada Balok Keliling atau Tiang Rumah

Rangka atap perlu diikat pada tiang rumah agar atap tidak meluncur ke bawah saat gempa. Cara mengikatnya dengan rangka atap diikatkan pada tiang, kemudian diikatkan pada balok kelilingnya dengan ring balok dalam dan bagian atas.

4. Kesinambungan Kerangka Bangunan

Kesinambungan kerangka yang kuat terdapat ikatan antara kolom-kolom.

5. Memperhatikan Kekuatan Dinding, Tiang, dan Material

Seluruh bahan campurab untuk membangun bangunan termasuk semen dan batu sekalipun harus sesuai dengan aturan Kementrian PUPR.

Menteri PUPR Basuki Hadimuljono mengatakan bahwa penerapan infrastruktur tahan gempa harus dilaksanakan secara terintegrasi, terkoordinasi dan berkelanjutan yang mengacu pada penyiapan, penyusunan, dan pemutakhiran SNI bidang struktur pada setiap pembangunan di kawasan daerah rawan bencana.

Dengan kegiatan Participatory design workshop ini diharapkan dapat terciptanya Teknik perencanaan desain bangunan tahan gempa yang semakin efektif dan efisien serta ditunjang juga oleh peran dari perancang yang memiliki kompetensi dalam menghasilkan bangunan infrastruktur yang tahan akan bencana gempa.

 

Penulis:

  1. Stefanus Nandatra Fanap
  2. Made Adikku Cessa Pradana
  3. I Komang Hendra Suryanata

Mahasiswa Teknik Sipil, Universitas Atma Jaya Yogyakarta

 

Editor: Salwa Alifah Yusrina
Bahasa: Rahmat Al Kafi

Kirim Artikel

Pos terkait

Kirim Artikel Opini, Karya Ilmiah, Karya Sastra atau Rilis Berita ke Media Mahasiswa Indonesia
melalui WhatsApp (WA): 0822-1088-8201
Ketentuan dan Kriteria Artikel, baca di SINI