Di era digital ini, aset digital seperti cryptocurrency, Non-Fungible Tokens (NFT), dan aset digital lainnya semakin banyak digunakan sebagai instrumen keuangan dan alat investasi.
Akan tetapi aset digital ini menghadirkan tantangan baru dalam dunia akuntansi, terutama dalam pelaporan hal pelaporan keuangan yang akurat dan transparan.
IFRS (International Financial Reporting Standards) sebagai standar global pelaporan keuangan belum secara spesifik memberikan panduan mengenai aset digital, sehingga menciptakan celah dalam praktik pelaporan.
Apa Itu Aset Digital?
Aset digital merupakan segala bentuk data atau nilai dalam bentuk digital,yang dapat diperjualbelikan atau digunakan dalam transaksi. Contohnya: cryptocurrency, NFT, dan aset digital lainnya. Aset digital ini seringkali tidak tersedia dalam bentuk fisik dan dapat diperjualbelikan di platform online.
Saat ini IFRS tidak memiliki standar khusus untuk aset digital, sehingga perusahaan sering kali menggunakan standar yang sudah ada seperti IAS 38 (Aset Tak Berwujud) atau IAS 2 (persediaan) untuk mencatat dalam laporan keuangan.
Akan tetapi, hal ini menimbulkan tantangan baru terutama dalam menentukan nilai wajar dan pengakuan pendapatan dari aset digital ini.
Tantangan Akuntansi dalam Pelaporan Aset Digital
1. Ketidakjelasan Klasifikasi Aset Digital
Salah satu tantangan dalam pelaporan aset digital adalah ketidakjelasan dalam pengklasifikaskan aset. Dalam standar akuntansi, aset biasanya diklasifikasikan dalam beberapa kategori, seperti aset tetap, dan aset lancar. Akan tetapi, aset digital sering kali tidak masuk dalam kategori yang sudah ada.
Misalnya, cryptocurrency bisa dianggap sebagai aset yang bersifat spekulatif, tetapi juga dapat digunakan sebagai alat tukar atau investasi jangka panjang. Hal ini mempengaruhi bagaimana aset tersebut dicatat dan dilaporkan dalam laporan keuangan.Â
2. Penilaian dan Pengukuran Nilai Aset Digital
IFRS mengharuskan perusahaan untuk menilai dan mengukur aset mereka dengan cara yang transparan dan dapat dipertanggungjawabkan. Akan tetapi, volatilitas harga yang sangat tinggi pada aset digital dapat menyulitkan untuk penilaian yang akurat.
Harga aset digital dapat berubah secara drastis dalam waktu singkat yang menyebabkan ketidakpastian dalam menentukan nilai wajar aset. Pengukuran nilai wajar ini sangat penting, terutama jika aset digital yang dimiliki dalam jumlah besar dan mempengaruhi keuangan perusahaan.
IFRS 13 tentang Fair Value Measurement sering digunakan, tetapi dalam penerapan IFRS 13 ini memerlukan data pasar yang andal, yang sering kali tidak tersedia untuk cryptocurrency dan NFT.
Baca Juga:Â Transformasi Akuntansi: Memahami Tantangan dan Peluang di Era Digital
3. Pengakuan dan Pengukuran Transaksi
Pengakuan pendapatan dan transaksi harus dilakukan dalam laporan keuangan diatur dalam IFRS. Dalam hal aset digital, terdapat kebingungan terkait cara mengakui pendapatan yang berasal dari transaksi aset digital, seperti penjualan cryptocurrency atau penghasilan dari staking.
Hal ini disebabkan oleh perbedaan karakteristik transaksi aset digital dibandingkan dengan transaksi aset tradisional, yang memerlukan pendekatan akuntansi yang lebih fleksibel.
4. Masalah Regulasi dan Kepatuhan
Aset digital beroperasi di luar sistem keuangan tradisional dan sering kali berada dalam ruang abu-abu regulasi. Teknologi blockchain memang memberikan transparansi, tetapi pelaporan data transaksi yang terdesentralisasi sering kali tidak sesuai dengan format laporan keuangan tradisional.
Beberapa negara memiliki kebijakan yang ketat terhadap penggunaan cryptocurrency, sementara negara lain lebih permisif. Perusahaan yang beroperasi di berbagai negara harus mematuhi peraturan yang berbeda-beda, yang membuat penerapan IFRS menjadi lebih kompleks.
Regulasi yang belum seragam ini menambah tantangan bagi perusahaan dalam mengelola dan melaporkan aset digital mereka sesuai dengan standar internasional.
Upaya dan Solusi untuk Mengatasi Tantangan
1. Pengembangan Pedoman Khusus untuk Aset Digital
Salah satu solusi untuk mengatasi tantangan ini adalah dengan mengembangkan pedoman khusus yang lebih jelas terkait dengan pengakuan, pengukuran, dan pelaporan aset digital. IFRS sudah mulai menyusun panduan terkait hal ini, tetapi masih banyak yang perlu diperbarui.
Misalnya, mengklasifikasikan aset digital berdasarkan tujuannya—apakah sebagai investasi jangka panjang, alat tukar, atau aset spekulatif—dapat membantu perusahaan menentukan bagaimana aset tersebut harus dicatat.
2. Penerapan Pendekatan Nilai Wajar
Karena volatilitas yang tinggi dalam nilai aset digital, pendekatan nilai wajar menjadi salah satu cara yang bisa digunakan untuk menilai aset digital. Namun, perusahaan harus dapat mengandalkan pasar yang cukup likuid dan transparan untuk memperoleh harga yang wajar.
Dalam hal ini, teknologi blockchain dapat memberikan solusi untuk menciptakan sistem yang lebih transparan dalam mencatat dan memverifikasi transaksi.
Baca Juga:Â Revolusi Digital Akuntansi: Teknologi Mengubah Wajah Profesi
3. Pengembangan Keahlian dan Pelatihan Akuntan
Untuk mengatasi tantangan dalam pelaporan aset digital, penting bagi profesional akuntansi untuk memperbarui pengetahuan dan keterampilan mereka mengenai aset digital.
Akuntan harus dilatih untuk memahami karakteristik dan dinamika pasar aset digital serta cara menerapkan IFRS dalam konteks ini. Pelatihan dan pendidikan yang tepat akan membantu meningkatkan akurasi dan transparansi dalam pelaporan keuangan.
4. Peningkatan Kerjasama antara Regulator dan Penyedia Layanan Aset Digital
Kolaborasi antara regulator, perusahaan, dan penyedia layanan aset digital akan sangat penting untuk menciptakan standar pelaporan yang lebih jelas dan dapat diterima secara global.
Regulator harus memperhatikan dinamika perkembangan aset digital dan menciptakan kebijakan yang dapat mendukung penerapan IFRS dengan cara yang lebih relevan dan adaptif.
Penulis: Amelia Aynul Hayati
Mahasiswa Akuntansi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Editor: Ika Ayuni Lestari
Bahasa: Rahmat Al Kafi
Ikuti berita terbaru di Google News
Referensi:
International Financial Reporting Standards (IFRS). (2020). IFRS Foundation.
Munteanu, V., & Matei, M. (2021). The impact of digital assets on financial reporting. Accounting and Management Information Systems.
PricewaterhouseCoopers (PwC). (2022). Accounting for Crypto Assets: Challenges and Opportunities.
IFRS Foundation. (2023). Cryptocurrency and Blockchain: Implications for Financial Reporting.
Khan, T., & Smith, J. (2024). Sustainability-Focused Accounting and Governance. Sustainability, 16(23), 10435. DOI: 10.3390/su162310435