Realitas tapi Relatif, Apa itu Paradigma Konstruktivisme?

Psikologi
Ilustrasi: Pixabay.com

Apabila kita sedang melihat sebuah gelas yang berisikan setengah air di atas meja, mungkin kita pernah berpikir apakah gelas tersebut setengah berisi atau apakah gelas tersebut setengah kosong. Cara berpikir yang kita lakukan ini mungkin tampak sepele dan tidak penting untuk dibicarakan.

Namun ternyata cara berpikir kita yang seperti itu menunjukkan bahwa dengan memikirkan hal tersebut kita telah menghasilkan dua realitas akan gelas yang berada di atas meja tersebut.

Kita tidak dapat menyangkal kebenaran bahwa gelas tersebut memanglah benar berisikan setengah air, namun kita juga tidak dapat menyangkal kebenaran lain di mana gelas tersebut memiliki setengah ruang kosong di dalamnya. Cara berpikir kita yang melihat dua realitas ini dapat kita sebut sebagai Paradigma Konstruktivisme.

Bacaan Lainnya

Baca Juga: Ini Cara biar Otak Nggak ‘Lemot’

Kata “Paradigma” pertama kali diperkenalkan oleh ilmuwan yang bernama Thomas Khun. Kemudian dalam perkembangannya paradigma sosial juga dibagi menjadi beberapa jenis, yang terkenal di antaranya yakni Paradigma Positivisme, Paradigma Konstruktivisme, dan Paradigma Kritis.

Paradigma Konstruktivisme memiliki keunikan tersendiri dibandingkan kedua paradigma lainnya. Hal ini disebabkan dalam Paradigma Konstruktivisme, kebenaran atau realitas akan dipandang sebagai suatu hal yang relatif.

Bukan tanpa sebab, ini dikarenakan menurut pandangan paradigma ini, kebenaran sosial tidak dapat berdiri sendiri tanpa adanya konstruksi dari lingkungan masyarakat.

Paradigma ini menjelaskan bahwa seseorang akan dapat memahami pengalamannya melalui peristiwa-peristiwa dan juga kejadian berdasarkan kesamaannya dan membedakan berbagai hal berdasarkan perbedaannya.

Paradigma Konstruktivisme ini juga menegaskan bahwa setiap kejadian yang dialami setiap orang tidak dapat digeneralisasikan atau disamakan kepada orang lain, yang di mana ini menunjukkan perbedaan mendasar antara Paradigma Konstruktivisme dengan paradigma lainnya.

Berdasarkan dari penjelasan-penjelasan di atas. kita juga tentunya dapat menerapkan Paradigma Konstruktivisme ini dalam kehidupan sehingga kita dapat lebih menyadari perbedaan pemikiran kita dengan orang lain.

Salah satu cara menerapkan paradigma ini adalah dengan cara memberikan kesempatan bagi orang-orang dalam lingkungan kita untuk menyampaikan pendapat mereka dengan bebas. Mereka juga harus kita bebaskan untuk mempelajari hal-hal menurut apa yang mereka inginkan sehingga mereka akan mencari sendiri informasi yang mereka inginkan.

Baca Juga: Berpikir Positif Bisa Memberi Pengaruh Negatif, Bagaimana Bisa?

Dengan melakukan hal tersebut kita akan menemukan bahwa apa yang kita anggap penting belum tentu penting bagi orang lain, demikian juga apa yang kita inginkan belum tentu diinginkan juga oleh orang lain.

Namun penerapan Paradigma Konstruktivisme ini tentunya akan lebih dapat diterapkan dengan sangat efektif apabila dilakukan dalam lingkungan pendidikan seperti sekolah menengah karena mereka masih memiliki rasa ketergantungan kepada guru mereka sehingga pemikiran mereka dapat lebih terarah dan dapat melatih kompetensi para siswa tersebut.

Penulis: Marco Rade Juniver Simanjuntak
Mahasiswa Ilmu Komunikasi USU

Editor: Ika Ayuni Lestari

Bahasa: Rahmat Al Kafi

Kirim Artikel

Pos terkait

Kirim Artikel Opini, Karya Ilmiah, Karya Sastra atau Rilis Berita ke Media Mahasiswa Indonesia
melalui WhatsApp (WA): 0822-1088-8201
Ketentuan dan Kriteria Artikel, baca di SINI