Review Netflix Series One Day: Kisah Cinta Tidak Sempurna Meninggalkan Bekas Trauma

Review Film One Day
Review Film One Day

Mendengar genre romantis yang selalu terbesit adalah hal hal menyenangkan, kebahagiaan, dan akhir yang bahagia, tapi One Day mengajak kita menjelajahi genre romantis dari perspektif yang berbeda. Mulai dari waktu yang tak pernah berpihak pada mereka, hidup mengarahkan mereka ke jalan yang berbeda. Emma Morley (Mod) gadis ambisius, cerdas, tapi ragu-ragu yang ingin mengubah dunia dan Dexter Mayhew (Leo Woodall) yang tampan menawan, tak punya tujuan dan hanya mendambakan kekayaan dan kesenangan.

Mereka terus bersama selama beberapa tahun apapun yang terjadi, berharap mereka bisa menjadi sesuatu yang lebih dari teman. Sebuah hubungan yang terus bertahan tidak peduli berapa lama waktu yang mereka butuhkan dan seberapa jauh mereka dipisahkan, bukankah itu terdengar seperti kisah cinta yang klise? Sudah jelas itu sebuah kisah cinta! Tapi ini lebih membingungkan dari sekadar kisah cinta.

Sebuah series berjumlah 14 episode adaptasi dari novel best seller karya David Nicholls, One Day mengajak kita menjelajahi kisah 20 tahun pertemanan? Sepasang kekasih? Kamu tidak akan mengetahui itu hingga kamu menonton series ini. Series ini berlatar 15 Juli setiap tahunnya mulai dari tahun 1988 hingga 2007 setelah pertemuan pertama mereka di pesta kelulusan universitas.

Pertunjukkan Chemistry yang Emosional

Bacaan Lainnya

Melalui karakter yang bertemu di usia awal 20 an dan berakhir pada usia akhir 30 Mod dan Wodall berhasil menunjukkan pengembangan karakter yang sangat menakjubkan di mana pada periode itu segala kemungkinan dalam kehidupan dapat terjadi.

Melalui karakter Emma dan Dexter mereka menunjukkan bahwa hanya merekalah yang paling mengerti antara satu sama lain, bukan siapapun. Selama pertemuan mereka setiap tahunnya dan seiring bertambahnya usia, mereka mulai menyadari adanya sikap negatif yang terus menghalangi mereka.

Sikap dingin Dexter membuat Emma marah, sementara sikap menyalahkan diri Emma membuat Dexter bingung. Mereka adalah suara yang terus-menerus terdengar di ujung telepon melalui kekasih, perselingkuhan, perjalanan karier, petualangan di luar negeri, dan saat-saat kehilangan dan kegelapan yang mendalam.

Tetapi bagian paling menakjubkan dari karakter Dexter dan Emma adalah mereka dapat menjalani kehidupan mereka dengan bebas dan mandiri sehingga pada akhirnya mereka dapat bertemu dengan versi terbaik merek masing-masing.

Ending yang Buruk?

Bagian yang saya anggap cukup buruk mungkin adalah bagian ending dari series ini, meskipun saya menikmatinya. Akhir ceritanya sangat mendadak dan berisi plot twist walau saya pikir itu adalah suatu hal yang tidak perlu, mungkin pendapat ini dapat muncul karena saya menonton series ini selama tujuh jam dalam sekali duduk.

Rasanya seakan kita diajak menjelajahi kehidupan dan kisah cinta mereka yang menakjubkan, emosional, dan penuh perjuangan tapi kemudian kita dihantam oleh plot twist yang cukup membuat kita menggertakkan gigi karena emosi yang sedih dan sisanya tidak dapat dijelaskan.

Tetapi tidak sepenuhnya bagian ini menjadi suatu hal yang buruk, bila scene traumatis itu tidak muncul dalam series mungkin kita tidak mendapatkan bagian indah ketika melihat pemulihan Dexter dari kesedihannya selama tiga tahun, termasuk kembali ke Edinburgh pada tahun 2007 bersama ayah dan putrinya bersama mantan istrinya. Di adegan terakhir, ada montase Dex dan Em yang berciuman selama bertahun-tahun. Montase itu cukup memberikan efek penenang setelah melihat adegan traumatis yang ada dalam series tersebut.

The Conclusion

Ada begitu sedikit romcom yang bagus akhir-akhir ini sehingga saya harus merekomendasikan pertunjukan rollercoaster ini. Haruskah kamu menonton One Day dalam satu hari? Saya akan mengatakan ya. Mulailah di sore hari untuk memberimu cukup waktu untuk merasakan berbagai hal sebelum tidur. Ini adalah series yang membuktikan bahwa chemistry sangat bermanfaat.

Bersiaplah untuk emosi pada akhirnya hahahaha. Bila kamu ingin menonton pertunjukkan dengan konsep dan vibes yang hampir mirip, dengan senang hati saya akan merekomendasikan film Normal People.

The last one, if there’s anything I’ve learned from One Day, it’s that we should tell people we love them. In our subtle actions, through soft whispers, and by screaming it from the top of a hill. You must be brave enough to have an open heart because you never know how much time you have with someone else & you deserve to live your life full of love.

*pardon my very first post, hope it’ll get improved by the time. Have a nice day- starisyours

Penulis: Muhammad Bintang Rayhan Widodo
Universitas Negeri Malang Jurusan Ilmu Komunikasi

Editor: Ika Ayuni Lestari

Bahasa: Rahmat Al Kafi

Ikuti berita terbaru di Google News

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses