Tradisi Upacara Ruwatan Rambut Gimbal Dieng Wonosobo

Tradisi Upacara Ruwatan Rambut Gimbal Dieng Wonosobo
Sumber: Penulis

Dieng merupakan sebuah kawasan dataran tinggi yang terletak di Kabupaten Wonosobo, Provinsi Jawa Tengah, memiliki salah satu tradisi sakral yang masih dilestarikan sampai sekarang.

Salah satu tradisi tersebut yaitu upacara Ruwatan Rambut Gimbal yang memiliki nilai spiritual dan simbolis.

Ruwatan berasal dari kata ruwat (rumuwat) atau mangruwat yang berarti membuat tidak kuasa menghapuskan kutukan, menghapuskan kemalangan, noda, dan lain-lain.

Dalam Ensiklopedia Nasional Indonesia, ruwatan adalah usaha untuk membebaskan manusia dari aib dan dosa dan sekaligus menghindarkan diri agar tidak dimangsa Batarakala.

Bacaan Lainnya

Masyarakat Dieng memiliki pandangan yang unik terhadap anak-anak yang lahir dengan rambut gimbal, mereka dianggap sebagai titisan dari leluhur atau sebuah manifestasi dari kekuatan alam.

Hal ini mendorong masyarakat untuk melakukan sebuah upacara ruwatan dengan harapan anak-anak dengan rambut gimbal tersebut dapat kembali ke kondisi kesucian dan harmoni dengan alam, sehingga dapat menjaga keseimbangan antara alam dengan manusia.

Upacara Ruwatan Rambut Gimbal di Desa Dieng ini, bertujuan memohon kepada Tuhan untuk menghilangkan mala, yang mengenai anak tersebut.

Di samping juga berharap agar anak tersebut terbebas dari pengaruh kesaktian roh Kyai Kolodete.

Untuk itu anak tersebut harus diruwat dengan mencukur rambut yang gimbal. Setelah diruwat masyarakat diyakini, anak tersebut akan memperoleh keselamatan dalam hidupnya.

Upacara ruwatan ini dapat dilangsungkan setelah adanya permintaan petunjuk dari gimbal anak tersebut terisi.

Anehnya, jika bebana tidak terisi maka rambut gimbal yang telah dicukur akan tumbuh kembali atau ada gangguan fisik dan psikis.

Bebana yang diminta sangat beragam, ada yang minta telur ayam, pisang satu air mata, ikan gereh, dan lain-lain.

Pengalaman tahun lalu, ketika ruwatan yang dilakukan di gua semar karena beban kurang gula jawa dan gethuk (gula merah dan gethuk).

Anak mengalami kejang-kejang hingga tidak sadarkan diri. Setelah memenuhi permintaan itu tidak berselang waktu lama sehat kembali.

Dalam prosesi upacara ruwatan ini, ternyata terdapat akulturasi antara nilai-nilai tradisi lokal dan nilai-nilai islam, seperti halnya dalam upacara ini masih terdapat sesaji-sesaji sebagai perlengkapan upacara yang menandakan sebagai tradisi lokal.

Tradisi Upacara Ruwatan Rambut Gimbal Dieng Wonosobo
Sumber: Penulis

Proses upacara ruwatan cukur rambut gimbal terbagi dalam beberapa bagian:

Jagong Pertama

Sesepuh menyiapkan sesaji dan perlengkapan adat, masyarakat memasang janur di jalan arak- arakan, serta menyiapkan persyaratan dari anak rambut gimbal.

Jagong Kedua

Musyawarah sesepuh sebelum arak-arakan, menyiapkan kuda dan kereta, serta memasang kain putih dikepala anak.

Jagong Ketiga

Doa dan pembakaran kemenyan, arak-arakan menuju sendang, anak-anak dan sesepuh terpisah di sendang, anak diarak di panggung pemberkatan, sesepuh mengambil diskusi suci untuk jamasan.

Jagong Keempat

Proses jamasan selesai, anak diarak ke candi arjuna, ngidung atau doa leluhur, pemotongan rambut gimbal satu persatu, pemberian hadiah, rambut dimasukan ke dalam kendi yang berisi bunga.

Jagong Kelima

Arak-arakan membawa sesaji dan kendi yang berisi rambut ke telaga warna, dan anak tidak ikut pelarungan.

Jagong Keenam

Pelarungan sesaji dan rambut gimbal, doa pelarungan dan ucapan syukur atas kelancaran prosesi.

Jagong Ketujuh

Acara hiburan rakyat atau pagelaran seni sebagai ucapan syukur, biasanya tari lengger di Wonosobo.

Jagong Kedelapan

Puncak karya yang menggabungkan cerita dari karya satu sampai tujuh menjadi satu lembar utuh, sehingga prosesi ruwatan terlihat lengkap dalam satu jalur tanpa terputus.

Artikel ini membahas terkait mitos dengan pembentukan identitas budaya pada masyarakat Dieng Wonosobo.

Mitos-mitos ini dijadikan sebagai bahan kajian dengan menggunakan pendekatan antropologi yang mengkaji terkait mitos dengan menggunakan pendekatan mitos.

 

Penulis:
1. Nabila Restu Alta Meilany
2. Awal Hijriani
3. Desty Mariantika Sari
4. Afresya Dwinta Putri
Mahasiswa Prodi Psikologi, Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa

Dosen Pengampu: Hartosujono, S.E., S.Psi., M.Si

 

Referensi

KhasanahI IK LKI SarfI TK YKI NfngqyasI DK NKI & LesqarfI DK IK 2021. Identitas Warga Asli Dieng dengan Keunikan Ruwatan Rambut Gimbal. Academy of Social Science and Global Citizenship Journal, 1(1), 1–14. https:// doi.org/10.47200/aossagcj.v1i1.1587

Ramli Nawawi, dkk. Budaya Masyarakat Suku Bangsa Jawa di Kabupaten Wonosobo Propinsi Jawa Tengah. Yogyakarta: Badan pengembangan kebudayaan dan pariwisata Deputi bidang pelestarian dan pengembangan budaya Balai kajian sejarah dan nilai tradisional Yogyakarta proyek Pemanfaatan kebudayaan daerah, daerah Istimewa Yogyakarta.

Subdin Kebudayaan. Panduan Ruwatan cukur RambutGembel Pekan Budaya Dieng 2005. Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Wonosobo, 2005.

 

Editor: Siti Sajidah El-Zahra
Bahasa: Rahmat Al Kafi

 

Ikuti berita terbaru Media Mahasiswa Indonesia di Google News

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses