Strategi Soft Diplomacy Taiwan lewat Pendidikan: Mencari Simpati Global di Tengah Dinamika China–Taiwan

China dan Taiwan
Strategi Soft Diplomacy Taiwan lewat Pendidikan: Mencari Simpati Global di Tengah Dinamika China–Taiwan.

Hubungan antara China dan Taiwan kerap dibingkai dalam konteks konflik sejarah dan rivalitas politik. Namun, dalam dinamika global masa kini, Taiwan memainkan peran yang tak kalah strategis melalui pendekatan yang jauh lebih halus: soft diplomacy, khususnya di bidang pendidikan.

Lewat jalur ini, Taiwan berupaya membangun simpati, memperluas pengaruh, dan menunjukkan pada dunia bahwa kekuatan tidak selalu harus datang dari dominasi ekonomi atau militer.

Salah satu bentuk soft diplomacy yang paling menonjol adalah program beasiswa pendidikan internasional yang ditawarkan Taiwan.

Program seperti TaiwanICDF Scholarship dan MOE Taiwan Scholarship membuka kesempatan bagi pelajar dari negara-negara berkembang, termasuk Indonesia, untuk melanjutkan studi hingga jenjang S2 dan S3 di universitas-universitas Taiwan.

Bacaan Lainnya

Dalam skema ini, Taiwan tidak hanya menawarkan ilmu, tetapi juga pengalaman hidup dalam sistem demokrasi yang terbuka dan menjunjung nilai-nilai hak asasi manusia.

Di sisi lain, China tetap tampil dominan dengan strategi globalnya melalui Belt and Road Initiative (BRI) dan investasi masif di berbagai belahan dunia. Namun, pendekatan tersebut kerap dipandang transaksional dan tidak selalu berkelanjutan.

Baca Juga: One China Policy Kembali Membuat Taiwan Kehilangan Negara yang Mengakuinya

Taiwan mengambil jalur berbeda: membangun relasi jangka panjang berbasis nilai, bukan hanya keuntungan ekonomi. Mahasiswa asing yang kembali ke negaranya menjadi duta tak resmi yang membawa cerita positif tentang Taiwan—dan ini menjadi kekuatan diplomatik tersendiri.

Persaingan antara China dan Taiwan dalam ranah soft diplomacy mencerminkan bagaimana dunia kini tidak hanya menilai dari siapa yang lebih kuat, tetapi juga siapa yang lebih bijak dalam membangun hubungan internasional.

Taiwan, dengan segala keterbatasannya, justru berhasil menciptakan ruang pengaruh yang otentik, terutama di kalangan masyarakat sipil, akademisi, dan generasi muda global.

Baca Juga: Security Dilemma antara China dan Taiwan

Sebagai mahasiswa Hubungan Internasional, saya melihat bahwa strategi soft diplomacy Taiwan layak menjadi perhatian dalam studi dan praktik hubungan internasional. Ini bukan sekadar upaya mencari pengakuan, tapi juga cara Taiwan menunjukkan eksistensinya sebagai negara demokratis yang siap berbagi, bukan mendominasi.

Di tengah kompleksitas hubungan China–Taiwan, pendekatan berbasis nilai seperti ini adalah angin segar bagi masa depan diplomasi global.

Penulis: Rachel Olua
Mahasiswa Hubungan Internasional Universitas Cenderawasih

Editor: Ika Ayuni Lestari
Bahasa: Rahmat Al Kafi

Referensi

  1. (2024). International Higher Education Scholarship Program. Diakses dari https://www.icdf.org.tw/
  2. Ministry of Education Taiwan. (2024). Taiwan Scholarship Program. Diakses dari https://www.studyintaiwan.org/
  3. Chase, M. S., & Ryou-eui, L. (2021). China’s Soft Power in East Asia. RAND Corporation.
  4. Sutter, R. G. (2020). U.S.-China Relations: Perilous Past, Uncertain Present. Rowman & Littlefield.

 

 

Ikuti berita terbaru di Google News

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses