Pendahuluan
Sosok Nabi Muhammad shallallahu alaihi wa sallam adalah seseorang yang sukses menjadi suri tauladan bagi manusia dalam hal apapun, Baik segi sosial maupun religius, baik hubungan yang dijalin antar manusia maupun hubungan terhadap Allah.
Tentu Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bukanlah sosok yang hanya pandai bicara dan tidak mengamalkanya. Jauh sekali dari hal itu Rasulullah bahkan sukses menjadi suri tauladan tanpa banyak bicara, dalam beberapa hal beliau memilih diam akan tetapi juga menerapkan apa yang telah beliau ungkapkan di segala aspek hidupnya.
Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam adalah sosok yang sempurna yang bahkan dalam diamnya saja mampu untuk menjadikan sebuah petunjuk bagi umatnya.
Tentu sangatlah panjang dan terlalu panjang apabila kita membahas tentang sirah nabawiyah dan perjalanan tentang kisah hidup Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam, karena banyak sekali riwayat yang berbeda-beda hal itulah yang menjadi problematika untuk menela’ah Sirah nabi secara komperhensif.
Sebagai sampel dan sedikit gambaran atas sulitnya menguak kehidupan Rasulullah adalah minimnya literatur yang membahas secara mendetail dan mendasar terkait masa kecil raulullah, sehingga menimbulkan berbagai opini yang berkembang di masyarakat bahwa masa kecil Rasulullah terjadi layaknya anak kecil pada umumnya.
Hal tersebut yang kemudian dipresepsikan bahwa Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam juga melakukan hal-hal yang tidak senonoh yang wajar dilakukan oleh anak kecil, karena dipandang masih belum cukup umur, dan belum mampu untuk membedakan mana hal yang baik dan mana hal yang buruk
Melihat fenomena yang seperti itu maka dengan ini penulis akan mengulas tentang kebenaran terkait kisah dan kejadian yang kemudian disematkan terhadap Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam, melalui perangkat ulum al-hadislah niscaya hal tersebut akan terkuak.
Baca juga: Mengenal Pentingnya Mempelajari Ulumul Hadis
Pembahasan
Kita tahu bahwa setiap makhluk yang telah diciptakan oleh Allah subhanahu wa ta’ala akan merasakan maut tanpa terkecuali bahkan malaikat maut pun yang notabenenya mengemban tugas mencabut nyawa juga tak luput dari mati.
Maka mati adalah hal yang lumrah terjadi bagi makhluk, justru tidak mati itulah yang menjadikan mahkluk congkak dan sombong bahkan mengaku dirinya bukanlah sesuatu yang diciptakan, akan tetapi mengaku dapat menciptakan seperti halnya cerita Fir’aun yang ternaktub dalam Al-Qur’an.
Maka mati adalah sebagai pengingat bahwa manusia adalah makhluk yang diciptakan oleh Allah subhanahu wa ta’ala serta sebagai sunatullah tak terkecuali terhadap utusanya.
Telah termaktub dalam kitab Shahih Bukhori dan Shahih Muslim diriwayatkan dari Anas radhiallahu anhu, dengan redaksi kata sebagai berikut:
حَدَّثَنَا يَحْيَى بْنُ حَبِيبٍ الْحَارِثِيُّ، حَدَّثَنَا خَالِدُ بْنُ الْحَارِثِ، حَدَّثَنَا شُعْبَةُ، عَنْ هِشَامِ بْنِ زَيْدٍ، عَنْ أَنَسٍ، أَنَّ امْرَأَةً يَهُودِيَّةً أَتَتْ رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِشَاةٍ مَسْمُومَةٍ، فَأَكَلَ مِنْهَا، فَجِيءَ بِهَا إِلَى رَسُولِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، فَسَأَلَهَا عَنْ ذَلِكَ؟ فَقَالَتْ: أَرَدْتُ لِأَقْتُلَكَ، قَالَ: «مَا كَانَ اللهُ لِيُسَلِّطَكِ عَلَى ذَاكِ» قَالَ: – أَوْ قَالَ – «عَلَيَّ» قَالَ قَالُوا: أَلَا نَقْتُلُهَا؟ قَالَ: «لَا»، قَالَ: «فَمَا زِلْتُ أَعْرِفُهَا فِي لَهَوَاتِ رَسُولِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ»
Artinya: Sesungguhnya perempuan Yahudi telah mendatangi Rasulullah dengan membawa daging kambing yang telah diolesi racun. Kemudian Rasulullah memakan hidangan tersebut, sehingga beliau merasakan ada sesuatu dan menanyakan perihal makanan terhadap Wanita tersebut, Wanita tersebut menjawab: Bahwa aku ingin membunuhmu (dengan racun yang ada pada daging ini) Kemudian Rasulullah membantah ungkapan tersebut: Allah tidak akan memberikan keleluasa’an terhadapmu untuk membunuhku, Selanjutnya para sahabat meminta izin terhadap Rasulullah untuk membunuhnya, akan tetapi Rasulullah melarangnya. Tambahan dari Anas radhiallahu anhu, bahwa aku selalu yakin bahwa Racun tersebut masihlah tersimpan dalam Katup nafas Rasulullah.
Baca juga: Pentingnya Memahami Hadis Secara Tekstual dan Kontekstual
Tafsir Hadis
Dipandang secara bahasa kata لهوات adalah jama’ dari kata لهات yang bermakna sebuah daging yang menggantung di atas rahang atau biasa disebut dengan anak lidah, adapun yang dimaksud dari Anas dari ungkapanya tersebut yaitu
“Sesungguhnya Rasulullah tertimpa sebuah penyakit yang menyebabkan beliau wafat disebabkan makanan yang telah disisipi racun oleh Wanita yahudi pada saat di khoibar. Penafsiran semacam ini bukanlah tidak bertendensi bahkan penafsiran semacam ini didukung pula oleh hadis lain yang diriwayatkan oleh Ibn sunnyyi dan juga dikuatkan oleh periwayatan yaitu Abu nu’aim yang tertulis pada kitab shahih al’bani, bahwa sesungguhnya Nabi shallallahu alaihi wa sallam berkata: Aku selalu tersakiti dengan daging yang aku makan pada saat berada di khoibar dahulu, sampai-sampai aku merasakanya di sepanjang tahun, hingga saat ini racun tersebut telah memotong otot-ototku.
Selain hadis ini, statement Anas terkait hadis di atas juga didukung oleh hadis yang terpampang pada kitab Shahih Bukhori, yang diriwayatkan oleh Aisyah radhiallahu anha, bahwa Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam sempat berkata pada saat sakitnya yang menjadi penyebab beliau meninggal, Rasulullah berkata:
“Qahai aisyah aku tidak pernah memakan makanan yang menyakitiku kecuali makanan yang telah aku makan pada saat berada di khoibar, maka oleh sebab itu aku tertimpa sebuah penyakit hingga saat ini aku mengetahui bahwa racun tersebut telah memutus uratku.”
Terlepas dari hadis pendukung di atas, bahwasanya kita harus mengetahui, sesungguhnya semua utusan Allah itu (maksum) dengan artian di jaga langsung oleh Allah subhanahu wa ta’ala.
Maka dimungkinkan bahwa maksud Anas pada hadis di atas bukan terkait pengetahuanya atas racun yang tersimpan pada anggota tubuh Rasulullah secara fisik, akan tetapi hanyalah sebatas bekas yang ditimbulkan dari racun tersebut, dengan indikasi bengkak atau perubahan warna yang terjadi pada anak lidah Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam.
Hal ini akan lebih sinkron apabila dihadapkan dengan kenyataan bahwa Rasulullah itu dijaga atas segala marabahaya yang ditujukan terhadapnya, sesuai sekali dengan Firman Allah pada surat Al-Maidah ayat 67 yang berbunyi : والله يعصمك من النا.
Itu adalah mu’jizat yang di berikan oleh Alah terhadap Rasulnya, sebagai upaya penyelamatan terhadap Rasulullah dari racun yang ia makan yang sudah barangkali akan meracuni pada manusia selain Rasulullah, atau mu’jizat tersebut adalah cara Allah memberikan sebuah pengetahuan terhadap Rasulullah bahwa makanan tersebut telah diolesi racun, sebagaimana redaksi lain menyebutkan bahwa Rasulullah berkata pada Wanita yahudi tersebut ”sesungguhnya kaki kambing ini telah berkata kepadaku bahwasanya ia telah diolesi racun”.
Kemudian penafsiran model seperti ini juga didukung oleh ungkapan Al-Zarqoni pada karya tulisnya yang berjudul “syarah mawahib ad-diniyyah” ia berkata bahwa sebagian dari mu’jizat yang diberikan Allah terhadap Rasulullah adalah racun pada makanan tersebut tidak memberikan efek secara langsung, karena orang orang yahudi yang mengutus wanita dan yang menyuguhkan makanan beracun terhadap Rasulullah tersebut telah berkata: ”Apabila benar Muhammad adalah utusan allah, niscaya dia akan merasakanya tapi racun ini tidak akan membunuhnya dan apabila ia (Muhammad) adalah malaikat maka dia sama sekali tidak akan mampu untuk merasakan sakitnya.
Baca juga: Apa itu Hadist?
Kesimpulan
Dari penafsiran yang telah diuraikan kita bisa menarik kesimpulan, bahwa penyakit yang menimpa Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam jauh sebelum beliau wafat memanglah disebabkan oleh racun yang disisipkan pada daging kambing pada saat beliau berada di khoibar.
Namun hal tersebut tidak beliau rasakan spanjang sisa umurnya, kecuali bekas yang memang masih tersisa pada anak lidah beliau. Dengan indikasi bahwa beliau masih mampu memimpin peperangan besar setelah kejadian tersebut, selain itu racun tersebut memanglah tidak membekas terhadap diri Rasulullah sehingga membuat beliau kesakitan, namun bekas dari racun tersebut masihlah membekas dengan timbulnya sebuah benjolan yang ada pada anak lidahnya.
Penulis: M Izul Haq
Mahasiswa UIN Maulana Malik Ibrahim Malang