Menurut Science History Institute, Plastik memiliki arti lentur serta mudah dibentuk. Namun belakangan plastik masuk kedalam kategori bahan yang dikenal sebagai polimer. Polimer memiliki arti banyak bagian yang terdiri dari rantai molekul yang panjang.
Keberadaan polimer cukup melimpah di alam. Polimer memiliki karakter yang cukup tidak biasa. Polimer mampu membuat plastik memiliki ketahanan dan kemampuan untuk dicetak di bawah suhu dan tekanan tertentu.
Hal ini yang membuat plastik mampu menjadi bentuk apa pun. Polimer ditemukan oleh John Wesley Hyatt pada tahun 1869. Selulosa sebagai polimer alami memiliki harga yang murah serta tersebar luas. Sejak saat itulah revolusi plastik dimulai.
Lalu, pada tahun 1907, Leo Baekeland menemukan Bakelite, plastik sintetis pertama. Itu berarti plastik tersebut tidak mengandung bahan-bahan dari alam. Lalu berlanjut pada Perang Dunia II yang mengharuskan penyebaran industri plastik di Amerika Serikat. Bahkan selama Perang Dunia II produksi plastik di Amerika Serikat meningkat hingga mencapai 300%.
The Story of Plastic
Film Dokumenter The Story of Plastic merupakan film garapan The Story of Stuff Project yang dirilis bertepatan pada Hari Bumi di tahun 2020. The Story of Stuff Project merupakan suatu organisasi yang berfokus pada pembuatan, penggunaan, pembuangan barang atau stuff sehingga dapat digunakan secara berkelanjutan untuk fungsi yang tepat dan adil.
The Story of Stuff Project pertama kali dikenal karena celana pendek digital yang mereka ciptakan. Film yang diproduseri oleh Deia Schlosberg yang membahas mengenai sampah plastik menjadi masalah yang tidak pernah surut di era globalisasi ini.
Film berdurasi 95 menit yang telah dirilis lewat 30 bahasa –termasuk Bahasa Indonesia– ini, memperlihatkan kepada kita tentang kebenaran yang sulit untuk ditelan mengenai polusi plastik dan berbagai solusi palsu daur ulang plastik.
Film yang menunjukkan kepada kita rentang waktu dimana telah tiba saatnya krisis polusi plastik global serta bagaimana industri minyak dan gas berhasil memanipulasi eksistensi disekitarnya. Plastik yang dulunya hanya produk terjangkau massa pasca Perang Dunia II, kini menjadi bencana ‘global’.
The Story of Plastic menunjukkan secara transparan tentang betapa buruknya dampak yang diberikan plastik kepada manusia dan hewan. Kita tahu bahwa keberadaan plastik dimana-mana, bahkan hingga tepi terjauh planet ini.
Film yang membuka mata kita sekaligus membuat kita bertanya-tanya, apakah kita mampu untuk menghentikkan penggunaan plastik?
Film penuh harapan dari para pecinta lingkungan untuk memohon agar suara mereka terdengar. Mereka membahas tentang perusahaan petrokimia yang membuat terjadinya ledakan produksi plastik, bahkan disaat kita tidak benar-benar membutuhkannya.
Plastik yang hanya menjadi gangguan dari kebutuhan untuk mengatasi perubahan iklim. Yang sudah buruk, semakin buruk. Ini menunjukkan bahwa plastik bukan hanya kesalahan individu, tetapi perusahaan dan produsen dibaliknya.
Hal ini diperjelas oleh Tiza Mafira sebagai salah satu Direktur Eksekutif Gerakan Indonesia Diet Kantong Plastik (GIDKP). Ia mengatakan bahwa semua ini terletak pada kesalahan mendaur ulang plastik di negara maju dan pembuangan plastik di negara berkembang.
Lantas Bagaimana Dampak Plastik Untuk Masa Depan Indonesia?
Seperti yang disebutkan diatas bahwa hal ini bukannya membantu mengurangi akibat dari perubahan iklim, tetapi malah menambah. Bahkan, bisa saja selama beberapa saat kedepan Indonesia menjadi kewalahan karena industrialisasi yang terjadi saat ini.
Kita tidak bisa membiarkan diri kita menjadi konsumen yang ceroboh dan mengulang kesalahan atas infrastruktur yang buruk terhadap daur ulang plastik. Terutama karena negara kita adalah negara berkembang. Mungkin tidak banyak yang tahu, bahwa banyak ‘sampah’ negara kaya yang menjadi beban negara berkembang.
Contohnya seperti produk-produk seperti Starbucks hingga Dunkin Donuts. Jadi, melalui pemutarannya, film ini diharapkan dapat memberikan edukasi serta wawasan kepada masyarakat Indonesia. Bahwa masalah plastik adalah masalah serius yang pada akhirnya membebani pemerintah dan masyarakat. Penting bagi kita semua untuk berperan mengatasi permasalahan global ini.
Nama: Amanda Nabila Noor Azahra
Mahasiswa Jurusan Hubungan Internasional Universitas Muhammadiyah Malang