Transisi energi merupakan upaya yang dilakukan untuk mengatasi pemanasan global yang dapat mengancam kehidupan di masa yang akan datang. Pemanasan global dapat disebabkan oleh emisi karbon dari polusi contohnya dari kendaraan berbahan bakar fosil dan juga emisi karbon akibat alih guna lahan.
Pemanasan global juga bisa berpengaruh terhadap iklim. Hal ini tidak terlepas dari gas rumah kaca (GRK). Agar hal ini tidak terus berlanjut di masa yang akan datang, maka diperlukan adanya transisi energi dari yang merugikan dan memiliki dampak negatif terhadap alam ke energi yang lebih ramah lingkungan untuk menunjang kelangsungan hidup dan kestabilan keadaan lingkungan di masa yang akan datang.
Indonesia sendiri memiliki potensi total energi baru terbarukan yang cukup besar yaitu sebesar  3.295 GW. Hal ini tentu harus dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya. Energi baru terbarukan dapat dimanfaatkan contoh yang sudah umum diketahui ialah pembangkit listrik tenaga surya.
Tenaga surya tentunya banyak dan mudah untuk dimanfaatkan mengingat negara kita adalah negara yang disinari oleh matahari sepanjang tahun. Contoh sumber energi baru terbarukan yang lainnya ialah angin, air, biomasa, mikro hidro, dan banyak lagi contoh energi baru terbarukan yang bisa dimanfaatkan.
Untuk mendukung program pengembangan ini, pemerintah sudah menerbitkan kebijakan dan regulasi seperti Peraturan Presiden No. 5/2006 tentang Kebijakan Energi Nasional, Undang-undang No. 15/1985 tentang Ketenagalistrikan, dan masih banyak lagi kebijakan dan regulasi yang diterbitkan.
Hal ini menunjukkan betapa pemerintah menaruh atensi yang besar mengenai pergeseran penggunaan energi yang semula menggunakan bahan bakar fosil menjadi bahan yang lebih ramah lingkungan dan akan selalu tersedia sampai ke masa yang akan datang.
Visi dari Kementerian ESDM sendiri yaitu Indonesia kedepannya mampu membuat energi sendiri, bukan berasal dari negara lainnya. Namun, energi tebarukan yang sudah dimanfaatkan secara komersial baru 10,3 GW. Rata-rata laju penambahan kapasitas terpasang energi terbarukan sekitar 334 MW per tahunnya.
Berbeda dengan negara lain contohnya Vietnam dengan angka 1.745 MW per tahun. Pemerintah juga menetapkan mulai tahun 2030 pembangkit listrik hanya berasal dari energi terbarukan agar dapat mengurangi pemakaian bahan bakar fosil secara bertahap sampai akhirnya diberhentikan. Di masa yang akan datang, pembangkit listrik tenaga surya akan menjadi fokus utama pemerintah.
Untuk mencapai visi tersebut, tentu diperlukan kerja sama dari berbagai disiplin ilmu salah satunya yaitu teknik industri.
Dalam hal ini, ilmu teknik industri berperan seperti mengenai desain infrastuktur yang di mana teknik industri akan merancang infrastruktur energi terbarukan seperti jaringan listrik dan sistem penyimpanannya serta memastikan infrastruktur tersebut dirancang dengan baik untuk mendukung pengembangan dan integrasi energi terbarukan dalam jaringan listrik yang sudah ada.
Teknik industri juga terlibat dalam manajemen rantai pasokan mulai dari perolehan bahan baku sampai ke tahap akhir barang jadi dan memastikan proyek yang dibuat sudah efisien. Selain itu, teknik industri juga berperan dalam optimasi proses produksi yang di mana nantinya teknik industri yang membantu pengoptimalan proses produksi seperti dalam pembuatan panel surya dan lain sebagainya.
Konsultasi dan penyuluhan pun juga masuk dalam kontribusi teknik industri dalam pengembangan energi terbarukan ini yaitu memberikan saran teknis informasi tentang teknologi terbaru, kebijakan energi, dan praktik terbaik.
Baca Juga:Â Indonesia Menuju Era Baru: Membangun Kekuatan Energi Terbarukan
Sumber energi terbarukan adalah aset yang harus dimanfaatkan sebaik-baiknya agar negara dan dunia menjadi lingkungan yang lebih sehat dan juga lebih layak lagi untuk dihuni oleh manusia. Hal ini tentu tak terlepas dari segala aspek terutama masyarakatnya yang harus bekerja sama lebih baik lagi.
Sumber daya manusia yang ada harus bisa dikolaborasikan lebih optimal lagi, karena kunci dari terwujudnya pemanfaatan sumber daya energi terbarukan ini ialah sumber daya manusia yang saling peduli dan berkolaborasi bersama menuju masa depan yang lebih baik.
Tantangan di masa yang akan datang tentu pasti ada, entah itu tantangan internal maupun eksternal. Tapi kita harus tetap mengerahkan segala usaha dan ilmu yang dipunya agar tantangan tersebut tidak akan menjadi hambatan untuk terus berkembang.
Penulis:Â Zelda Rizalti
Mahasiswa Teknologi Industri Universitas Airlangga
Editor:Â Ika Ayuni Lestari
Bahasa: Rahmat Al Kafi
Ikuti berita terbaru di Google News