“Sebuah bangsa akan maju jika pendidikannya maju.”
– Pangeran Diponegoro –
Petuah singkat dari salah satu Pahlawan Nasional tersebut secara jelas telah menyadarkan kita jika, terdapat keterkaitan antara pendidikan dengan sebuah bangsa.
Hal tersebut memang benar adanya. Sebab dengan adanya pendidikan, semua orang dapat memiliki pengetahuan, memahami berbagai ilmu baru, serta mempengaruhi sikap bahkan upaya mereka dalam mengambil keputusan.
Mengingat pendidikan merupakan salah satu upaya yang penting untuk memajukan bangsa, tentunya akan banyak sekali inovasi baru yang dilakukan untuk mengoptimalkan kualitas pendidikan yang ada.
Dalam upaya optimalisasi tersebut, Indonesia juga telah melakukan berbagai inovasi berupa program yang dapat membangun pendidikan yang berkualitas. Salah satu program yang sedang ramai dibicarakan oleh khalayak luas ialah “Merdeka Belajar”.
Memahami Arti Merdeka Belajar
Program Merdeka Belajar yang diusungkan secara langsung oleh Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi, yakni Bapak Nadiem Anwar Makarim.
Program ini memberikan cara pembelajaran baru bagi siswa. Yakni para siswa diberikan kebebasan untuk mendalami keahlian mereka, serta terfokus kepada suatu bidang yang menjadi minat belajar mereka, hal tersebut mencakup kemampuan berfikir dan juga berekspresi para siswa.
Menciptakan lingkungan pembelajaran yang baru, membentuk pemikiran yang Merdeka merupakan beberapa dari sekian banyak tujuan dari Program ini. Dalam penerapannya, merdeka belajar juga membebaskan para guru untuk menggunakan berbagai metode yang efektif dalam pembelajaran.
Penggunaan teknologi pada metode pembelajaran program ini sangat diutamakan agar dapat menciptakan lingkungan pendidikan yang berbasis teknologi.
Mengenal Sosok Subjek Utama dari Program Merdeka Belajar
Namun, apakah para siswa memahami maksud dari program ini?
Bisakah mereka beradaptasi dengan cepat?
Atau bahkan, adakah siswa yang tidak apat mengikuti proses pembelajarannya?
Apakah pertanyaan-pertanyaan tersebut pernah terlintas dibenak kalian? Atau bahkan sama sekali tidak pernah terfikirkan? Padahal subjek utama dari program ini ialah mereka.
Sudut pandang siswa cenderung disepelekan atau bahkan tidak didengar. Mereka pasti sudah diperkenalkan dengan program Merdeka belajar ini, akan tetapi tidak semua sekolah memberikan pengertian secara lengkap.
Jika pemahaman yang mereka miliki akan program ini saja tidak lengkap, kira-kira bagaimana siswa akan optimal dalam mengikutinya?.
Sasaran utama dari Program Merdeka Belajar ialah siswa, sehingga sudah semestinya kita memahami, dan juga mengerti tentang apa yang mereka rasakan selama mengikuti proses pembelajaran.
Untuk membuktikan tingkat kesuksessan program ini, dapat dilihat melalui seberapa besar tingkat kepuasan para siswa, atau seberapa besar dampak positif yang mereka rasakan.
Baca Juga: Pendidikan Islam Ki Hajar Dewantara dan Relevansinya dengan Kampus Merdeka Belajar
Menyoroti Realita Siswa terhadap Sistem Merdeka Belajar
Jumlah siswa yang tersebar diseluruh Indonesia sangatlah banyak, sehingga tidak menutup kemungkinan terdapat perbedaan dalam cara mereka mengikuti pembelajaran. Karakteristik siswa itu berbeda-beda, dan juga cara mereka dalam memahami hal baru juga berbeda.
Tidak jarang para siswa kesulitan untuk mengikuti teman sebaya mereka, bukan karena mereka tidak pandai, namun mereka biasanya merasa kesulitan karena kurangnya penanaman pemahaman yang cukup.
Program Merdeka belajar membawa banyak tujuan yang baik. Namun, realitanya masih terdapat beberapa hal perlu diperhatikan.
Jika dilihat pada pembelajaran materi, para siswa memang diberikan kebebasan belajar, sehingga akan memudahkan mereka menguasai materi yang mereka inginkan, namun jika ditelaah lebih lanjut, para siswa akan mengalami kekurangan dalam pemahaman materi.
Hal ini menyangkut materi yang tidak mereka pelajari, dan menjadi terabaikan. Dikarenakan mereka hanya fokus terhadap suatu materi saja.
“Siswa kelas 1 SMP di kota Surabaya kesulitan untuk menentukan minat studi mereka, dikarenakan kurangnya bimbingan dan arahan terkait upaya pengenalan minat dan bakat siswa.”
Tidak hanya kekurangan pemahaman materi saja, secara tidak langsung para siswa akan mengalami tekanan untuk memilih bidang studi yang mereka minati. Dengan kurangnya arahan dan masukan, serta sudut pandang akan masa depan yang berbeda-beda, beberapa faktor ini akan menjadi penyebab siswa merasakan tekanan.
Tidak semua siswa sudah mengetahui tujuan dan fokus belajar mereka, maka dari itu permasalahan ini dapat muncul dikalangan siswa.
Tekanan yang dialami oleh siswa, akan berdampak buruk bagi kesehatan mental mereka, dengan adanya tekanan pada lingkungan belajar sudah pasti membuat suasana belajar menjadi tidak nyaman.
Siswa yang mengalami kesulitan menentukan bidang studi, biasanya memerlukan konsultasi secara langsung, sehingga mereka memiliki gambaran akan keahlian mereka.
Ketimpangan Kebutuhan Teknologi Siswa pada Metode Pembelajaran
Pemanfaatan teknologi juga dapat menjadi kecemasan baru bagi para siswa untuk mengikuti inovasi pada program Merdeka belajar.
Mengapa? Sebab tidak semua siswa mampu untuk memiliki perangkat elektronik, jika pembelajaran dilakukan secara digital, siswa tersebut tentunya akan tertinggal dan tidak dapat mengikuti pembelajaran. Dan juga masih terdapat beberapa wilayah yang mengalami susah sinyal untuk mengakses perangkat elektronik mereka.
“Beberapa Siswa dari desa S mengalami kesulitan untuk memperoleh sinyal, sehingga tidak dapat mengikuti pembelajaran pada hari itu. Beberapa siswa terlihat berusaha mencari sinyal dengan pergi ketempat yang lebih tinggi.”
Banyak sekali kondisi memprihatinkan yang dimana siswa diharuskan memiliki perangkat elektronik, dan diwajibkan mengikuti pembelajaran secara digital walau kondisi mereka tidak memungkinkan. Hal ini sangat disayangkan, sebab dapat menimbulkan kekhawatiran baru para siswa.
Walau perangkat digital merupakan salah satu cara untuk mendukung sistem pendidikan, akan tetapi sebaiknya diberlakukan alternatif lain untuk permasalahan dengan kasus seperti ini.
Pengalaman yang dialami oleh siswa, tentunya tidak bisa dibiarkan begitu saja. Pengalaman mereka harus ditelaah dan dipahami. Berbagai kesulitan yang dapat menjadi hambatan ini, perlu diminimalisir. Supaya program yang dibuat dapat diberlakukan secara optimal tanpa menimbulkan kesenjangan bagi pihak manapun.
Usulan serta Harapan bagi Siswa
Program yang ditujukan bagi siswa, sudah semestinya memberikan kemudahan bagi siswa. Dari program Merdeka Belajar ini, masih terdapat beberapa hal yang harus diperbaiki agar tidak memberikan kesulitan dan juga menimbulkan kesenjangan bagi siswa.
Permasalahan ini harus segera ditangani dan ditindak lanjuti, karena bukan hanya bagi program ini, melainkan berbagai upaya pendidikan lainnya akan menjadi terhambat. Agar semua siswa dapat merasakan dampak positif dari kebijakan ini, maka perlu menelaah dan mencari jalan keluar satu persatu dari permasalahan yang dirasakan siswa.
Siswa diberikan kebebasan untuk menentukan minat studi mereka, bukan berarti siswa dapat dilepas begitu saja sehingga tidak mendapatkan bimbingan secara khusus untuk membantu mereka dalam menentukannya. Bimbingan secara berkala dan rutin akan membuat para siswa menemukan minat studi yang ingin mereka pelajari.
Dan tidak akan ada siswa yang mengalami tekanan mental, malah sebaliknya mereka akan mendapatkan kesejahteraan emosionalnya.
Bagi siswa yang memiliki kendala akan teknologi, sebaiknya ditangani secara tegas, seperti memberikan bantuan perangkat elektronik dan juga membangun infrastruktur yang dapat mendukung kebutuhan mereka akan internet.
Dengan diberlakukannya upaya tersebut, sudah pasti akan meminimalisir ketertinggalan siswa akan pembelajaran mereka.
Semua siswa berhak untuk mendapatkan pendidikan yang setara, dengan diberlakukannya kebijakan baru, bukan berarti bisa menghalangi mereka untuk mendapatkan pendidikan yang sama dengan teman sebayanya. Kebijakan di sektor pendidikan, dibuat untuk semakin memajukan pendidikan bangsa.
Maka dari itu, marilah kita bersama-sama selaku anak bangsa, lebih peduli untuk mewujudkan pendidikan yang berkualitas. Jika bukan anak bangsa, maka siapa lagi yang akan peduli dengan bangsa ini?
Penulis: Fadlan Aydin Halim
Mahasiswa Program Studi Administrasi Publik Universitas Airlangga
Editor: Ika Ayuni Lestari
Bahasa: Rahmat Al Kafi
Ikuti berita terbaru di Google News