Manusia sering kali mengalami sakit ketika tidak mampu mengatur pola hidup dan menjaga kesehatannya, begitu juga organisasi yang akan mengalami masa krisis.
Ketika dalam organisasi mengalami masa krisis bisa jadi kegiatan organisasi terhambat atau mungkin berhenti total.
Di era globalisasi, organisasi dihadapkan pada berbagai tantangan baru, salah satunya adalah krisis komunikasi.
Krisis komunikasi dapat terjadi kapan saja dan berakibat fatal bagi reputasi organisasi jika tidak dikelola dengan baik, krisis komunikasi bisa diminimalisir dengan adanya manajemen krisis.
Baca juga: Transformasi Media Komunikasi dalam Organisasi: Menghadapi Tantangan Abad Digital
Manajemen krisis komunikasi adalah proses perencanaan dan pelaksanaan strategi untuk merespon krisis yang dapat mengancam reputasi organisasi.
Dalam era globalisasi dan informasi yang serba cepat, krisis dapat terjadi kapan saja dan di mana saja.
Krisis tidak hanya mempengaruhi reputasi organisasi, tetapi juga kinerja dan keberlangsungan operasional.
Oleh karena itu, manajemen krisis komunikasi menjadi komponen penting yang harus dikuasai oleh setiap organisasi untuk menghadapi situasi yang tidak terduga.
Era globalisasi telah membawa banyak keuntungan, seperti kemudahan akses informasi, perluasan pasar, dan kolaborasi internasional.
Namun, globalisasi juga membawa tantangan baru, terutama dalam manajemen krisis komunikasi.
Organisasi harus siap menghadapi krisis yang dapat tersebar dengan cepat dan berdampak luas akibat interkonektivitas global.
Artikel ini akan membahas pentingnya manajemen krisis komunikasi dalam era globalisasi, tantangan yang dihadapi, dan strategi efektif untuk mengelola krisis.
Baca juga: Efek Globalisasi yang Mengakibatkan Lunturnya Budaya Indonesia di Kalangan Anak Muda
Diera globalisasi ini informasi tentang krisis dapat menyebar dengan cepat dan luas melalui media sosial dan platform online lainnya, yang mengakibatkan infomarmasi tentang suatu organisasi sangat mudah diketahui oleh khalayak.
Sering kali bukan hanya informasi positif yang khlayak tau terkait suatu organisasi tapi juga informasi negatif yang diketahui oleh khalayak umum.
Ketika terjadinya krisis dan informasi negatif sudah tersebar, organisasi kesulitan untuk memanajemen informasi yang telah tersebar.
Dengan tersebarnya informasi negatif tentang suatu organisasi akan berdampak pada citra yang telah dibangun, dan mengakibatkan menurunya kepercayaan khalayak pada organisasi tersebut.
Maka perlu adanya strategi dalam manajemen komunikasi krisis di era globalisasi, organisasi perlu memiliki rencana krisis yang komprehensif yang menguraikan langkah-langkah yang harus diambil jika terjadi krisis.
Rencana ini harus mencakup pencegahan krisis, respon krisis, dan pemulihan pasca krisis, pencegahan Krisis, dengan pencegahan krisis terjadi yang harus diindetifikasi pertama kali adalah potensi risiko.
Hal ini dapat dilakukan dengan menggunakan analisis SWOT, analisis PESTEL, dan analisis pemangku kepentingan. Setelah mengidentifikasi risiko, organisasi perlu membuat rencana krisis yang komprehensif.
Rencana ini harus mencakup langkah-langkah yang harus diambil jika terjadi krisis, seperti pembentukan tim krisis, strategi komunikasi, dan prosedur pemulihan.
Tidak sampai disitu tapi juga organisasi perlu membangun budaya komunikasi yang terbuka dan transparan dengan semua pemangku kepentingan.
Hal ini akan membantu membangun kepercayaan dan meningkatkan peluang untuk menyelesaikan krisis dengan cepat dan efektif.
Setelah melalukan pencegahan risiko maka perlu adanya respon krisis dengan membentuk tim krisis yang terdiri dari individu-individu yang kompeten dan berpengalaman dalam menangani krisis.
Setelah itu organisasi menetukan juru bicara yang akan mewakili organisasi untuk menimalisisr opini publik yang negatif tentang organisasi.
Organisasi memantau media sosial untuk mengindifikasi rumor atau informasi yang salah, hal ini dapat dilakukan dengan adanya klarifikasi yang tepat dan akurat.
Untuk membangun stategi yang baik, pemulihan pasca krisis juga harus dilakukan supaya strategi berjalan dengan maksimal.
Setelah krisis mereda, organisasi perlu melakukan evaluasi untuk mengetahui apa yang berhasil dan apa yang tidak berhasil dalam penanganan krisis.
Evaluasi ini akan membantu organisasi untuk meningkatkan strategi manajemen krisis di masa depan. Organisasi perlu memperbaiki hubungan dengan pemangku kepentingan yang terdampak oleh krisis.
Hal ini dapat dilakukan dengan meminta maaf, memberikan kompensasi, atau mengambil langkah-langkah korektif lainnya.
Organisasi harus belajar dari pengalaman krisis dan meningkatkan strategi manajemen krisis mereka, hal ini akan membantu organisasi untuk lebih siap menghadapi krisis di masa depan.
Baca juga: Perubahan Sosial Budaya Masyarakat Indonesia dan Dampaknya terhadap Kehidupan Bermasyarakat
Penting untuk diingat bahwa strategi manajemen krisis komunikasi harus disesuaikan dengan jenis krisis, budaya organisasi, dan pemangku kepentingan yang terlibat.
Strategi yang tertera diatas bisa digunakan jika permasalahan yang dialami hampir mirip ataupun sama.
Dengan adanya masalah yang dialami maka perlunya menjaga komunikasi yang baik bagi setiap pemangku kepentingan, seperti kariyawan, pelanggan, invertor, media, dan pemerintah.
Penulis:Â Rifdah Az-Zahra
Mahasiswa Jurusan Ilmu Komunikasi, Universitas Muhammadiyah Prof. Dr. Hamka
Editor:Â Anita Said
Bahasa: Rahmat Al Kafi
Ikuti berita terbaru di Google News