Tradisi Jawa untuk Menyambut Langkah Pertama Anak, Bagaimana Tradisi Tedhak Siten Terbentuk?

Tradisi Jawa untuk Menyambut Langkah Pertama Anak, Bagaimana Tradisi Tedhak Siten Terbentuk?

Abstrak

Tujuan saya dalam penulisan artikel ini adalah untuk mencari tahu proses terbentuk, makna, relevansi, dan kelestarian dari tradisi masyarakat jawa untuk menyambut langkah pertama anak yang dikenal dengan tradisi tedhak siten.

Suku Jawa merupakan suku dengan populasi terbesar yang ada di Indonesia. Suku ini terkenal akan tatakrama, tutur kata yang lemah lembut, dan kebudayaannya yang sangat beragam. Tradisi masyarakat Jawa merupakan salah satu kekayaan budaya Indonesia yang sangat beragam dengan nilai nilai luhurnya. Tradisi ini mencakup berbagai aspek seperti upacara adat, pertunjukan seni, dan tata cara bermasyarakat yang diwariskan secara turun temurun.

Tradisi tedhak siten adalah upacara adat yang dilakukan masyarakat Jawa untuk menandai langkah pertama seorang anak. Upacara ini, biasanya dilakukan pada anak yang berusia sekitar tujuh bulan. Tidak hanya sebagai pelestarian budaya, tedhak siten juga merupakan serangkaian kegiatan bimbingan orangtua terhadap anaknya dan dipenuhi oleh nilai nilai kehidupan.

Pendahuluan

Manusia pada dasarnya adalah makhluk sosial yang saling membutuhkan. Kehidupan manusia inilah yang akhirnya terbentuk menjadi suatu masyarakat. Sekelompok manusia yang hidup bersama dan saling membutuhkan bisa menghasilkan kebudayaan. Dengan demikian tidak ada masyarakat yang tidak menghasilkan kebudayaan, karena masyarakat adalah tempat terbentuk dan pendukung kebudayaan.

Bacaan Lainnya

Masyarakat Indonesia terdiri dari berbagai suku bangsa dan tradisi kebudayaan yang sangat beragam dari Sabang sampai Merauke. Kebudayaan merupakan sesuatu yang kompleks, di dalamnya terkandung ilmu pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat istiadat serta kebiasaan yang didapat oleh manusia sebagai anggota masyarakat dan dilakukan dari dulu hingga sekarang.

Jawa merupakan salah satu pulau besar yang ada di Indonesia, dan terkenal dengan populasi masyarakatnya yang banyak. Semua masyarakatnya hidup dalam tradisi yang cukup kental yang dianut oleh para leluhur.Tradisi yang ada dalam suku Jawa banyak yang berhubungan dengan ritual, tradisi kelahiran, kematian, dan pernikahan.

Nilai budaya merupakan maasalah dasar yang sangat penting dan bernilai di kehidupan manusia. Nilai budaya Jawa yaitu apa saja yang dipandang baik oleh orang Jawa. Masyarakat Jawa umumnya adalah masyarakat yang masih mempertahankan budaya dan tradisi ritual.

Salah satu tradisi masyarakat Jawa yaitu Tedhak Siten yang merupakan salah satu rangkaian ritual dalam peristiwa kelahiran. Tedhak Siten adalah tradisi yang dilaksanakan saat anak menginjak usia tujuh bulan (245 hari/ 7 x 35 hari) atau delapan bulan kalender Masehi. Orang tua melaksanakan tradisi tersebut untuk berdoa kepada Sang Maha Pencipta agar anaknya kelak mempunyai sifat jujur, senang belajar, ahli ibadah, dan etos kerjanya tinggi.

Ciri khas tradisi ini yaitu anak dituntut untuk berjalan di atas jadah (sejenis kue dari beras ketan) sebanyak tujuh buah, dengan warna yang berbeda-beda. Karena jadah memiliki tekstur yang mudah lengket di telapak kaki si anak, harapan orang tuanya, semoga si anak harus dapat mengatasi segala masalah di hidupnya. Setelah itu, anak dimasukkan ke kurungan ayam yang di dalamnya terdapat berbagai benda seperti buku, uang, perhiasan, beras, mainan, dan lain sebagainya.

Munculnya tradisi tedhak siten ini, pasti ada sejarah proses terbentuknya yang cukup panjang. Disini saya tertarik untuk mengetahui bagaimana proses terbentuknya kebudayaan Jawa yaitu tradisi tedhak siten dan kelestariannya dalam masyarakat Jawa di era modern ini.

Baca Juga: Mendalami Fenomena Childfree: Gaya Hidup atau Pemberontakan terhadap Tradisi di Indonesia?

Permasalahan

Proses terbentuknya kebudayaan Jawa yang satu ini pasti disebabkan oleh beberapa faktor. Baik itu dari masyarakat, kebiasaan, kesamaan tujuan, ataupun adanya nilai nilai kebudayaan dari para leluhur. Disini penulis ingin menganalisis tradisi Jawa untuk menyambut langkah pertama anak dan bagaimana tradisi tedhak siten terbentuk. Untuk itu, penulis ingin melihat beberapa hal berikut:

  1. Bagaimana sejarah terbentuknya tradisi Tedak Siten?
  2. Bagaimana tradisi Tedak Siten mencerminkan nilai-nilai budaya masyarakat Jawa?
  3. Apakah tradisi ini masih dipraktikkan oleh masyarakat Jawa di era modern?

Tujuan Penulisan

Penulisan artikel ini bertujuan untuk melihat:

  1. Sejarah terbentuknya tradisi Tedak Siten
  2. Nilai-nilai budaya masyarakat Jawa dalam tradisi Tedak Siten
  3. Relevansi dan kelestarian tradisi Tedak Siten dalam masyarakat Jawa di era modern

Pembahasan

Sejarah Terbentuknya Tedhak Siten

Pengaruh Filosofi Jawa Kuno

Tedhak Siten sendiri berasal dari kata ‘tedhak’ yang artinya turun atau melangkah, dan ‘siten’ yang artinya tanah dari kata siti. Tradisi ini didasari oleh pandangan filosofis Jawa yang menghormati bumi sebagai sumber kehidupan.

Dalam tradisi Jawa, manusia dianggap sebagai bagian dari alam yang memiliki hubungan erat dengan tanah sebagai sumber kehidupan. Oleh karena itu, setiap langkah di dalam kehidupan manusia termasuk langkah pertama seorang anak, merupakan simbol dari hubungan manusia dengan alam.

Saat anak pertama kali menapakkan kakinya ke tanah, itu dianggap sebagai simbol bahwa anak mulai menapaki jalan kehidupan di dunia yang luas dan penuh dengan tantangan.

Berkaitan dengan Nilai Religiusitas

Upacara tedhak siten dalam tradisi Jawa merupakan upacara yang sudah ada pada zaman Hindu-Buddha. Zaman animisme dinamisme dalam penyebaran agama Islam, para wali tidak menghilangkan satu pun budaya yang ada meskipun budaya tersebut jauh dari ajaran Islam.

Justru para wali memasukkan nilai-nilai agama Islam dalam budaya tersebut. Dalam tradisi tedhak siten ada tata cara yang tidak diikuti, tapi yang terpenting tata cara yang pokok dan bernilai sedekah dan doa-doa Islam masih dilaksanakan.

Tentu dengan harapan semoga dengan adanya tradisi tedhak siten dapat membawa keberkahan, kesehatan, rezeki yang berlimpah kepada si anak dan keluarganya.

Pengaruh Tradisi Keraton Jawa

Upacara ini juga memiliki kaitan dengan tradisi keraton di Jawa, seperti Kesultanan Yogyakarta dan Surakarta. Keraton berperan besar dalam melestarikan budaya masyarakat Jawa, termasuk budaya daur hidup.

Tradisi tedhak siten ini diyakini mulai dilakukan oleh masyarakat umum dan menjadi sebuah kebiasaan setelah menjadi tradisi kalangan bangsawan di Jawa. Mempraktikkan upacara ini untuk melambangkan harapan bagi kehidupan anak yang baru saja mengenal dunia.

Baca Juga: Kebudayaan sebagai Cerminan Identitas setiap Daerah

Nilai-nilai Budaya Masyarakat Jawa dalam Tradisi Tedak Siten

Nilai Harmoni dengan Alam

Tedhak siten secara harfiah artinya “turun ke tanah” yang mencerminkan hubungan erat masyarakat Jawa dengan bumi sebagai sumber kehidupan.

Tanah dalam tradisi ini melambangkan awal kehidupan manusia yang bersentuhan langsung dengan dunia nyata, sekaligus mengingatkan manusia mengenai asal usulnya yang berasal dan tercipta dari tanah. Melalui tradisi inilah, masyarakat Jawa menamkan rasa hormat terhadap alam.

Nilai Kekeluargaan dan Gotong Royong

Tradisi tedhak siten biasanya dilakukan dalam lingkungan keluarga besar dan tetangga. Tradisi ini dapat memperkuat hubungan kekeluargaan dan gotong royong.

Nilai ini penting dalam budaya Jawa dimana keberhasilan seorang anak dipandang sebagai hasil dukungan lingkungan sosialnya. Acara ini menjadi momentum mempererat kekeluargaan di tengah masyarakat.

Nilai Religiusitas

Tradisi ini banyak mengandung doa dan harapan agar anak yang menjalani tradisi tedhak siten tumbuh menjadi individu yang berbudi luhur, sehat, dan sukses.

Ritual ini menunjukkan perpaduan nilai-nilai kepercayaan masyarakat lokal dengan ajaran agama Islam, seperti membaca doa atau tahlilan untuk memohon keberkahan. Hal ini menggambarkan bagaimana masyarakat Jawa menyampaikan nilai nilai keagamaan dalam setiap kehidupan.

Relevansi dan Kelestarian Tradisi Tedak Siten dalam Masyarakat Jawa di Era Modern

Tradisi tedhak siten masih dilakukan masyarakat Jawa di era modern, meskipun mengalami beberapa penyesuaian sesuai dengan perkembangan zaman. Berikut analisa praktik tradisi tedhak siten dalam masyarakat Jawa saat ini.

Keberlangsungan Tradisi Tedhak Siten

Tradisi ini masih tetap dilestarikan dalam keluarga Jawa, baik itu di pedesaan maupun di perkotaan, Tedhak Siten ini dianggap sebagai bagian dari penghormatan terhadap adat istiadat leluhur mereka. Bagi masyarakat Jawa, ritual ini adalah bentuk warisan budaya yang sangat penting untuk dilestarikan.

Penyesuaian Tradisi di Era Modern

Jika dahulu tradisi tedhak siten dilakukan dengan berbagai perlengkapan tradisional dan sangat sakral, di zaman saat ini tradisi dilakukan dengan cara yang lebih sederhana dan menambahkan beberapa elemen modern. Misalnya mengurangi inti ritual masuk ke kurungan ayam, menggunakan jasa event organizer yang lebih mewah dan penggabungan dengan pesta ulang tahun anak.

Kelestarian Tradisi Tedhak Siten di Media Sosial

Dengan adanya media sosial, tradisi tedhak siten sering diperkenalkan melalui foto dan video yang diunggah oleh keluarga ataupun komunitas. Hal ini dapat memperkenalkan tradisi ini ke generasi muda dan masyarakat luar Jawa.

Baca Juga: Menjaga Warisan Budaya dan juga Tali Silaturahmi Desa

Penutup

Kesimpulan

Tedhak siten adalah tradisi masyarakat Jawa untuk menyambut Langkah pertama anak. Tradisi ini merupakan warisan yang terbentuk melalui kebiasaan para leluhur Jawa dari zaman Hindu-Buddha. Upacara ini bukan hanya sekadar upacara seremonial, tetapi juga menjadi cara untuk menanamkan nilai nilai luhur masyarakat Jawa kepada generasi berikutnya.

Di zaman yang sudah modern ini, tradisi tedhak siten masih dipraktikkan oleh masyarakat Jawa baik di pedesaan maupun di perkotaan. Meskipun pelaksanaannya menyesuaikan perkembangan zaman. Tradisi ini tidak hanya menjadi symbol penghormatan terhadap budaya, tetapi juga sebagai sarana untuk memperkuat hubungan kekeluargaan.

Saran

Dari penulisan ini semoga bermanfaat dan menambah pengetahuan para pembaca. Penulis menyadari bahwa tulisan ini masih banyak sekali kesalahan dan jauh dari kesempurnaan. Saran dan masukan dari para pembaca akan sangat membantu penulis dalam mengembangkan tulisan ini.

 

Penulis: Nabila Alifa Khairunisa
Mahasiswa Administrasi Publik, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Andalas

Dosen Pengampu: Vitania Yulia, S.Sos, M.A

 

Referensi

Rahayu, I., Friantary, H., & Andra, V. (2022). Analisis Bentuk, Makna dan Fungsi Tradisi Tedak Siten dalam Masyarakat Jawa di Dusun Purwodadi Desa Ciptodadi Kabupaten Musi Rawas Provinsi Sumatera Selatan. JPI: Jurnal Pustaka Indonesia, 2(3), 35-50.

Nuryah. 2016. “Tedak Siten: Akulturasi Budaya Islam-Jawa”, Jurnal Fikri, Vol. 1 No. 2.

Djaya, Tika Ristia. 2020. “Makna Tradisi Tedak Siten pada Masyarakat Kendal: Sebuah Analisis Fenomenologis Alfred Schutz”, Jurnal Ekonomi, Sosial, dan Humaniora, Vol. 1 No. 6.

Hafidzi, A. (2020). Nilai-nilai Pendidikan Optimisme pada Tradisi Tedhak Siten di Masyarakat Jawa. Journal Of Education, Humaniora And Social Sciences (Jehss), 3(2), 442-451.

 

Editor: I. Khairunnisa

Bahasa: Rahmat Al Kafi

 

Ikuti berita terbaru Media Mahasiswa Indonesia di Google News

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses