Teknologi Semiotika: Mengatasi Permasalahan PJJ di Masa Pandemi

Teknologi Semiotika PJJ

Sejak Covid 19 merebak di Indonesia, lembaga pendidikan seperti berjalan dengan satu kaki. Pembelajaran di sekolah beralih menjadi pembelajaran daring yang mengandalkan teknologi atau istilah kerennya saat ini adalah Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ).

Mengintegrasikan teknologi di dalam dunia pendidikan sebenarnya sudah ada jauh sebelum Covid ini menyerang. Para guru sejak dulu sudah dibekali dengan konsep blended learning, open learning, online learning, dan metode pembelajaran lain yang berkaitan dengan pengintegrasian teknologi di dalamnya.

Baca Juga: Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) Fase Kedua, Masih Banyak Keluhan?

Dilema Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ)

Pembelajaran di sekolah bukan semata-mata sebuah ajang pengejaran kognitif, meskipun selama ini mungkin terkesan seperti itu. Namun, pembelajaran sejatinya lebih kepada proses pembentukan karakter.

Bacaan Lainnya

Selain itu, pembelajaran lainnya berupa pencapaian nilai afektif yang dicapai melalui interaksi dari seorang guru kepada muridnya, dari seorang murid kepada teman-temannya, dan juga dengan lingkungannya. Pembentukan karakter tersebut tentu sangat sulit dilakukan bila proses pembelajaran berlangsung secara jarak jauh seperti saat ini.

Mengajarkan materi melalui tatap virtual tentu tidak sama dengan tatap muka secara langsung. Guru pun kehilangan momen dalam memahami gerak-gerik siswa terhadap pembelajaran yang dilaksanakan.

Guru tidak mampu menganalisis respons dari siswa terhadap penjelasan yang diutarakan dan tidak sedikit guru yang bertanya-tanya apakah siswa paham dengan materi yang diajarkan. Ditambah lagi, pengintegrasian tekonologi dalam pembelajaran masih dalam tahap guru dan murid beradaptasi pada apa dan bagaimana sebuah aplikasi dioperasikan.

Baca Juga: Kendala Pelajar di Daerah Terpencil selama Pembelajaran Daring

Lalu, Apa Itu Teknologi Semiotika?

Teknologi semiotika merepresentasikan perangkat teknologi yang digunakan dengan tujuan untuk membentuk makna. Tujuannya untuk mencapai komunikasi sosial dalam proses pembelajaran.

Teknologi semiotika memberikan pemahaman bahwa pengintegrasian teknologi tidak sebatas berbicara mengenai kemampuan guru dalam mengoperasikan teknologi. Ternyata, sudah jauh dari itu, yakni merujuk kepada proses seorang guru menggunakan teknologi untuk menghasilkan sebuah pembelajaran yang bermakna.

Penggunaan aplikasi schoology misalnya, aplikasi berbasis web dengan konsep learning management system dapat difungsikan sebagai aplikasi yang terintegrasi dengan aplikasi pembelajaran lain. Guru dapat memberikan komunikasi verbal melalui video dan menyematkannya pada aplikasi tersebut.

Selain itu, guru dapat memberikan simbol-simbol penegasan dengan warna, memberikan permainan, dan memberikan penjelasan serta kelengkapan materi yang perlu dipelajari. Sampai di sini, poin utama dalam memahami teknologi semiotika adalah perlu ada inovasi bahkan interaksi dalam proses PJJ tersebut.

Peran Teknologi Semiotika Pada Pemberian Tugas PJJ

Pemenuhan tugas dalam pembelajaran tentunya bukanlah hal yang salah selagi hal tersebut tidak menjadi sesuatu yang dominan dalam proses pembelajaran. Pembelajaran perlu dikombinasikan dengan aplikasi yang mendukung kebutuhan guru dan siswa. Pada poin ini, titik pentingnya adalah guru memiliki aplikasi sesuai dengan kebutuhannya.

Dalam sudut pandang bahasa sebagai semiotika sosial, setidaknya terdapat beberapa simbol pada narasi yang diberikan seorang guru kepada muridnya pada ilustrasi di atas. Kalimat pertama yang dibuka dengan salam dan ucapan selamat pagi, menyimbolkan doa dan harapan.

Baca Juga: Google Classroom Platform Sebagai Platform Belajar di Singapore Intercultural Schools (SIS) Jakarta

Ucapan tersebut menjadi simbol yang menyiratkan keceriaan. Lalu, dilanjutkan dengan paragraf satu sebagai instruksi atau arahan dan paragraf kedua sebagai bentuk perintah penugasan yang perlu dilakukan.

Paragraf berikutnya menyimbolkan karakteristik waktu tugas yang berisi batas akhir pengerjaan. Lalu, diakhiri dengan antisipatif yang memberikan kesan bahwa guru siap membantu jika ada kendala dalam pelaksanaan pemenuhan tugas. Serta ditutup dengan penyematan file bab 1 dalam format PDF.

Ilustrasi di atas adalah salah satu bentuk perintah penugasan tugas yang telah memberikan konteks semiotik sosial. Tentunya hal ini cukup sederhana, namun memiliki dampak yang besar.

Kejelasan informasi atas apa yang harus diperbuat siswa, mekanisme pelaksanaan pembelajaran, serta tanda bahwa guru siap membantu atas kendala yang mungkin dialami siswa dapat menjadikan pembelajaran lebih kondusif meski berjalan secara jarak jauh.

Fauzi Afriansyah
Guru Bahasa Indonesia SMP Islam Al Azhar 22 Sentra Primer
Mahasiswa S2 Pendidikan Bahasa indonesia

Universitas Muhammadiyah Prof. Dr. Hamka

Editor  : Kurnia Putri Mirani

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses