Pendahuluan
Sepanjang sejarah peradaban manusia, filsafat telah menjadi suatu ilmu yang mendapat perhatian yang mendalam karena filsafat memberikan dasar bagi pengembangan ilmu pengetahuan. Perdebatan-perdebatan akan kebenaran dengan cara memperolehnya akan menjadi sesuatu yang sangat penting diantara para filsufuf sejak zaman dahulu sampai abad modern ini.
Menurut John Dewey pendidikan tidak dapat dipisahkan dari filsafat, karena filsafat adalah pemecah problem kehidupan, sedangkan pendidikan berisi melatih manusia untuk menyelesaikan problem kehidupan. Dalam hal ini filsafat sangat penting dalam perkembangan kehidupan manusia.
Seperti yang dikatakan oleh Kneller (1971) bahwa pendidikan membutuhkan filsafat karena banyaknya masalah pendidikan yang tidak dapat dijangkau oleh sains pendidikan. Peran filsafat ilmu dalam mengembangkan pendidikan bahasa. Setidaknya ada lima periode perkembangan bahasa yang dipengaruhi oleh peran aktif filsafat. Mari kita lihat beberapa periode perkembangan bahasa seturut masanya.
Periode pertama adalah Linguistik Yunani Kuno, periode ini dibedakan atas periode Plato, Aristoteles, Stoik, dan Aleksandria. Pada Aleksandria ini yang melanjutkan kaum Stoik dikenal dengan Tata Bahasa Tradisional.
Periode kedua Linguistik Romawi, di mana objek penelitian filosof pada bahasa adalah gramatika bahasa Latin dengan tokohnya Varro dan Priscia. Karya ini ‘Varro De Lengua Latina’ merupakan dasar-dasar bidang etimologi, morfologi, dan partes orationis dan oratio/sintaksis. Generasi berikutnya adalah Tata Bahasa Priscia berisi contoh tata bahasa-tata bahasa Eropa yang mencakup morfologi dan sintaksis (Parera, 1991).
Periode ketiga Linguistik Zaman Pertengahan yang merupakan zaman keemasannya filosof (Patristic dan Skolastic) yang cenderung teologia. Tokohnya Thomas Aquinas. Menggunakan metode analitika bahasa ‘summa theologiae’ yaitu analogi dan metafora.
Konsep dasar lainnya adalah Kaum Modiste yang menekankan ilmu semantik dan konsep bahasa spekulatif. Konsep ini menyatakan bahwa kata pada hakikatnya secara langsung mewakili benda yang ditunjukkannya.
Periode keempat zaman abad modern. Zaman ini ditandai dengan Renaissance dan Aufklarung yang menurut Voltaire zaman akal, berkembang ke arah ilmu pengetahuan modern. Tokoh peletak dasarnya Francis Bacon dengan Novum Organum-nya. Filosof bahasa juga mengarah ke linguistik.
Bahkan bahasa berkembang sebagai sarana ilmu pengetahuan, metode ilmiah, logika, dan epistemologi. Semua perkembangan ke arah filsafat analitika bahasa.
Periode kelima zaman Abad XX. Ada ‘revolusi’ filsafat dari pemikir Cambridge, dengan tokoh George Edward Moore, Bertrand Russel, dan Ludwig Wittgenstein. Wittgenstein dengan Tractatus Logico – Philosophicus dianggap filsafat yang sangat baru, kemudian dikenal dengan sebutan Atomisme Logis. Dengan semua uraian di atas, filsafat ilmu sangat berperan aktif dalam perkembangan bahasa.
Periode pertama dihasilkannya buku tata bahasa pertama yang komprehensif dan sistematis, kemudian dilanjutkan periode kedua perkembangan pada tata bahasa-tata bahasa Eropa yang mencakup morfologi dan sintaksis.
Pada periode ketiga munculnya ilmu semantik dan konsep bahasa spekulatif. Periode keempat bahasa berkembang sebagai sarana ilmu pengetahuan, metode ilmiah, logika, dan epistemologi. Periode kelima tentang perkembangan masalah semantik.
Filsafat Bahasa
Ilmu asal usul etimiologi kata filsafat diambil dari kata falsafaah yang berasal dari bahasa Arab, bahasa ini diambil dari bahasa Yunani, yaitu philosopiha. Sejarah terjadinya, ketika dunia Eropa pada abad pertengahan sedang berada dalam kegelapan berfikir.
Dalam tradisi filsafat agar bisa sampai pada suatu makna esensi maka seorang harus seseorang harus melakukan penjelajahan pemikiran secara radikal, logis, dan serius. Aristetoles menyatakan, “Apabila anda ingin menjadi filosof, maka anda harus berfilsafat, dan apabila anda tidak mau menjadi seorang filosof, anda harus juga berfilsafat.” Perhatian filsufuf terhadap bahasa semakin besar.
Mereka sadar bahwa dalam kenyataanya banyak persoalan-persoalan filsafat, konsep-konsep filsusuf akan menjadi jelas dengan menggunakan analisis bahasa. Tokoh-tokoh filsafat analitika bahasa hadir dengan terapi analitika bahasanya untuk mengatasi kelemahan kekaburan, kekacauan yang selama ini dalam berbagi konsep filosofi.
Secara keseluruhan filsafat bahasa dapat dikelompokkan atas dua pengertian: Pengertian filsufuf terhadap bahasa dalam menganalisis, memecahkan dan menjelaskan problema-problema dan konsep-konsep filosof, dan pengertian filsufuf terhadap bahasa sebagai objek materi yaitu membahas dan mencari hakikat bahasa yang pada gilirannya menjadi paradigma bagi perkembangan teori-teori legustik
Berdasarkan pengertian di atas bahasa sebagai sarana analisis para filsufuf dalam memecahkan, memahami dan menjelaskan konsep, problema filsafat dan kedua bahasa sebagai objek material filsafat, sehingga filsafat bahasa membahas hakikat bahasa itu sendiri. Hakikat bahasa sebagai subtansi dan bentuk yaitu bahwa bahasa di samping memiliki makna sebagai ungkapan pikiran manusia juga memiliki unsur fisis yaitu struktur bahasa.
Hubungan Filsafat dan Bahasa
Filsafat secara umum memiliki tiga cabang, yaitu metafisika, epistemologi, dan logika. Metafisika secara sederhana dapat diartikan sebagai ‘di luar fisik’ yang berarti bahwa sesuatu yang berada di luar apa yang bisa dilihat dan dirasakan secara emperis. Metafisika muncul dari tulisan Ariestoteles.
Kemudian epistemologi, menurut sumber yang sama, merupakan teori tentang ilmu pengetahuan, yaitu teori yang menaungi alat yang dipergunakan untuk memperoleh ilmu pengetahuan, batas jarak ilmu pengetahuan kita, dan kriteria yang kita pergunakan untuk menilai salah atau benarnya ilmu pengetahuan kita.
Terakhir yaitu logika, adalah cabang filosofi yang merefleksikan hakikat cara berfikir sehingga mampu memberikan penalaran yuang tepat, membedakan argument yang baik dan yang buruk, dan metode-metode untuk mendeteksi kesalahan dalam penalaran.
Empat lingkaran makna dalam bahasa yaitu: Makna yang dibicarakan dibicarakan oleh isi muatan pikiran, isi itu dijelaskan oleh makna kalimat pikiran, makna itu dijelaskan oleh makna konvensional. Makna konvensional dijelaskan oleh makna pembicara.
Untuk menemukan makna, filsafat memberikan analisis sehingga makna tersebut dapat diterima secara logis, objektif, dan sistematis. Sedangkan peran filsafat sebagai bahasa adalah bahwa analisis filsafat merupakan salah satu metode yang digunakan dalam memecahkan problematika kebahasaan. Aliran-aliran dalam filsafat dapat mewarnai pandangan para ahli bahasa dalam mengembangkan teori-teorinya.
Peranan Filsafat Bahasa dalam Mengembangkan Ilmu Bahasa
Pengertian filsafat bahasa dan sudah diuraikan hubungan filsafat dengan bahasa yang sangat erat dan sangat penting. Begitu pula dengan peranan filsafat bahasa itu sangat penting pada pengembangan bahasa karena filsafat bahasa itu adalah pengetahuan dan penyelidikan dengan akan mengenai hakikat bahasa, sebab asal hukumnya.
Jadi pengetahuan dan penyelidikan terfokus pada hakekat bahasa, juga sudah termasuk perkembangannya. Sebab dan asal mula bahasa pada dasarnya perkembangan aliran filsafat analitika bahasa meliputi tiga pokok aliran yakni aliran atomisme logis, positifsme logis, dan filsafat bahasa biasa. Aliran inilah yang menjadi pengaruh yang sangat kuat dibandingkan aliran yang lain.
Penutup
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa meskipun filsafat bahasa muncul setelah filsafat-fisafat lainnya, misalnya filsafat fisika, pada dasarnya, filsafat bahasa itu telah hadir dalam proses pembentukan filsafat-filsafat itu.
Para filosuf pada sejak dahulu kala menggunakan media bahasa untuk menyampaikan pernyataan-pernyataan filsafat mereka untuk mencari kebenaran akan segala sesuatu. Dengan lahirnya filsafat bahasa sebagai salah satu cabang ilmu filsafat, telah melahirkan teori-teori tentang bahasa sehingga wacana teori bahasa mendapatkan tempat yang sangat khusus.
Penulis: Ani Kariyati
Mahasiswa S3 IKB Universitas Negeri Padang
Editor: Ika Ayuni Lestari
Bahasa: Rahmat Al Kafi