Partisipasi publik merupakan komponen krusial dalam pengambilan keputusan yang demokratis dan inklusif. Di negara-negara seperti Swedia, Norwegia, dan Denmark dikenal dengan tingkat keterbukaannya yang tinggi dalam melibatkan masyarakat terkait pengambilan keputusan, terutama tentang kebijakan lingkungan.
Karena konsultasi publik yang dilakukan secara rutin, sehingga memungkinkan warganya untuk memberikan masukan yang nyata. keterlibatan masyarakat dalam berbagai isu seperti lingkungan, kesehatan publik, hingga pembangunan infrastruktur telah diintegrasikan dalam tata kelola pemerintahan.
Keberhasilan partisipasi di Skandinavia sangat dipengaruhi oleh tingginya kepercayaan masyarakat terhadap pemerintah serta proses transparansi yang yang terus dijaga. Hal ini menciptakan hubungan timbal balik yang kuat antara pemerintah dan warganya.
Negara-negara Skandinavia telah mencapai tingkat kesejahteraan dan kebahagiaan yang sangat tinggi dengan tingkat ekonomi yang sebanding dengan negara-negara maju lainnya.
The Nordic model berasal dari konsep Swedish model yang lebih tua. konsep ini muncul dalam diskusi-diskusi internasional pada awal tahun 1960-an.
Sebelumnya negara-negara Nordik mulai melakukan sinkronisasi terhadap kebijakan-kebijakan sosial mereka pada awal tahun 1900-an melalui pertemuan-pertemuan dan rapat-rapat pelayanan publik secara reguler dengan pembahasan seperti, asuransi kecelakaan kerja untuk para pekerja (1907), perlindungan anak (1919), jaminan sosial untuk masyarakat umum (1935), dan asuransi untuk pengangguran (1947).
Pada tahun 1953, Nordic Council dibentuk. Dengan terbentuknya Nordic Council, negara-negara Nordik dapat mempengaruhi kebijakan masing-masing satu sama lain dan dapat belajar dari pengalaman satu sama lain.
Mereka juga bebas untuk menerapkan suatu kebijakan jika dinilai cocok untuk negara mereka sebagai sebuah solusi nasional.
Mereka sendiri tampaknya tidak terlalu peduli bagaimana sistem ini (The Nordic model) didefinisikan, karena ini merupakan hasil dari proses panjang yang terartikulasi dalam sejarah kerjasama yang telah terjalin selama berpuluh atau bahkan ratusan tahun.
Hal tersebut menjelaskan kenapa hampir selalu mungkin untuk menemukan setidaknya satu pengecualian di antara negara-negara Nordik yang menentang kesempatan apapun untuk semata-mata mendefinisikan apa itu The Nordic Model.
Penerapan model ekonomi Nordik dicirikan dengan standar hidup yang tinggi dan disparitas pendapatan yang rendah. Model Nordik dipandang sebagai modal untuk kesetaraan dan peluang ekonomi.
Dalam model ekonomi Nordik, negara menerapkan kesejahteraan komprehensif yang menekankan transfer rumah tangga dan layanan sosial yang disediakan secara publik, investasi dengan modal manusia, dan jaring pengaman yang kuat bagi warga negaranya.
Model ekonomi ini menggabungkan kapitalisme pasar bebas dan manfaat sosial. Kombinasi tersebut mampu menghasilkan kualitas pelayanan publik yang tinggi, mencakup pendidikan gratis, perawatan kesehatan gratis, dan jaminan pembayaran pensiun.
Secara historis, warga negara-negara Skandinavia yang menerapkan model Nordik memiliki sinergisme yang kuat dengan pemerintahnya. Hal ini berarti bahwa warga percaya dengan pemangku otoritas, sehingga mereka saling bekerja sama untuk mengatasi masalah bersama.
Warga percaya penuh bahwa pemerintah yang merupakan lembaga publik dan organisasi swasta memperhatikan kepentingan mereka. Sebab itu, mereka mendukung dan berpartisipasi dalam upaya mencari solusi melalui proses demokrasi.
Model Nordik luar biasa karena tidak dapat diulang dan dapat diterapkan di negara lain. Tantangan utama dalam penerapan model Nordik berada pada asimilasi, integrasi, peningkatan kepercayaan terhadap pemerintah, pembangunan konteks, dan rekonstruksi institusi.
Ditambah lagi negara-negara Nordik yang memiliki karakteristik yang unik: Negara-negara yang terbilang kecil dan lebih homogen secara etnis dan budaya dibanding negara maju lainnya. Hal ini sangat membantu dalam memfasilitasi tingkat kepercayaan dan kerjasama nasional yang tinggi sehingga membuat warganya bersedia membayar pajak yang lebih tinggi dari rata-rata.
Model Nordik patut dipelajari dan dan dijadikan acuan eksperimentasi di pemerintahan negara-negara dimana Ia berkomitmen untuk dapat meningkatkan kesejahteraan rakyatnya.
Penulis: Fauzan Tri Putri Lodo
Mahasiswi Program Studi Hubungan Internasional, Universitas Kristen Satya Wacana
Editor: Salwa Alifah Yusrina
Bahasa: Rahmat Al Kafi
Referensi
https://ehef.id/post/rahasia-hidup-di-negara-paling-bahagia-di-dunia-skandinavia/id
https://www.simulasikredit.com/mengenal-lebih-dalam-tentang-nordic-model/
https://garak.id/artikel/the-nordic-model-tantangan-dan-harapan/
Ikuti berita terbaru Media Mahasiswa Indonesia di Google News